Sejarah Pilkada DKI Berulang, Petahana Tak Pernah Menang

Menengok jejak Ahok dan Foke dalam ajang Pilkada DKI.

oleh Ramdania El Hida diperbarui 20 Apr 2017, 07:38 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2017, 07:38 WIB
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama

Liputan6.com, Jakarta - Kekalahan calon gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dari pesaingnya, Anies Baswedan, dalam ajang Pilkada DKI 2017 mengingatkan pada kondisi serupa yang dialami mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo ketika berlaga untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai gubernur di Pilkada DKI 2012.

Pria yang akrab disapa Foke ini tidak berhasil menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu Kota selama dua periode. Dia mengalami kekalahan pada Pilkada DKI 2012.

Fauzi Bowo dan Prijanto merupakan pasangan gubernur dan wakil gubernur pertama hasil pemilihan langsung warga DKI Jakarta dalam pilkada. Sebelumnya, Foke merupakan pendamping Sutiyoso sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sutiyoso dan Foke merupakan pasangan yang menang pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur di DPRD DKI Jakarta tahun 2002.

Pada 16 Agustus 2007, pasangan Fauzi Bowo-Prijanto yang didukung Partai Demokrat unggul dalam pilkada pertama langsung di Jakarta melawan pesaingnya, Adang Daradjatun dan Dani Anwar dari PKS dengan 57,87% suara pemilih. Fauzi Bowo pun menggantikan Sutiyoso sebagai Gubernur Jakarta periode 2007-2012 pada tanggal 7 Oktober 2007.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo memeriksa daftar hadir di komputer saat inspeksi mendadak di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi DKI, Jakarta, Kamis (24/9). (Antara)

Namun, ketika Foke ingin memperpanjang jabatan Gubernur DKI dalam dua periode, langkahnya terhenti di Pilkada DKI Jakarta 2012.

Pilkada DKI 2012 berlangsung dua putaran. Pada putaran pertama, bersaing enam pasang cagub dan cawagub. Pasangan pertama, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang diusung tujuh partai.

Pasangan kedua, Hendardji Soepandji dan Ahmad Riza Patria yang maju melalui jalur independen. Ketiga, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.

Pasangan keempat, Hidayat Nur Hidayat dan Didik J Rachbini yang diusung PKS. Pasangan kelima, Faisal dan Biem Triani Benjamin yang juga maju melalui jalur independen. Pasangan terakhir adalah Alex Noerdin dan Nono Sampono yang diusung 11 partai.

Pasangan Foke-Nachrowi dan Jokowi-Ahok berhasil melaju ke Pilkada DKI 2012 putaran kedua dengan perolehan suara 34,05% dan 42,6%.

Sementara, pada putaran kedua Pilkada DKI 2012, Foke-Nachrowi harus mengakui elektabilitas Jokowi-Ahok dengan perolehan suara 46,18% dan 53,82%.

Joko Widodo dan Fauzi Bowo (Antara)

Namun, Jokowi menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu kota tidak sampai akhir masa jabatan. Pasalnya, dua tahun menjabat sebagai gubernur, Jokowi mendapat mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri, untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2014.

Secara otomatis, Ahok yang menjabat sebagai Wagub DKI naik pangkat menjadi Gubernur DKI dengan wakilnya Djarot Saiful Hidayat.

Sebagai petahana, Ahok-Djarot masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan kepemimpinannya di Ibu Kota. Keduanya pun mencalonkan diri dalam Pilkada DKI 2017.

Pada Pilkada DKI 2017, Ahok-Djarot harus bersaing dengan dua paslon lain, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Berdasarkan perhitungan KPU DKI, dua paslon Ahok-Djarot dan Anies-Sandi lolos ke putaran kedua Pilkada DKI. Ahok-Djarot meraih 42,99 persen suara, sementara Anies-Sandiaga memperoleh 39,95 persen suara.

Namun, lagi-lagi pada Pilkada DKI 2017 putaran kedua, sang petahana harus mengakui kemenangan pendatang baru. Anies-Sandi berhasil menang dengan perolehan suara sekitar 60 persen.

Hasil hitung cepat Voxpol Center Reseach & Consulting pada pukul 19.00 WIB dengan total suara sementara 100 persen Ahok-Djarot memperoleh 40,6 persen, sedangkan Anies-Sandi memperoleh 59,4 persen suara.

Sementara hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada pukul 19.00 WIB, dengan total suara sementara 100 persen Ahok-Djarot memperoleh 41,9 Persen dan Anies-Sandi memperoleh 58,1 Persen

Untuk hasil hitung cepat Charta Politika pada pukul 19.00 WIB dengan total suara sementara 100 persen, Ahok-Djarot mendapat 42,1 persen, sementara Anies-Sandi memperoleh 57,9 persen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya