Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto menilai, sikap politik PDIP yang konsisten mendukung dan mendorong multikulturalisme merupakan nilai lebih partai ini bagi konstituennya.
"Pilihan mengedepankan NKRI dan kebhinekaaan membuat PDIP berjarak dengan konstituen Islam, terutama kelompok Islam kanan,” ujar Bagong, Rabu 12 Desember 2018.
Menurut dia, sebagai partai politik yang memperjuangkan multikulturalisme, ada sejumlah hal yang mesti ditimbang PDIP dalam menentukan sikap dan mencari perluasan dukungan konstituen.
Advertisement
"Tetap mempertahankan citra sebagai partai nasionalis, sementara di saat yang sama juga harus memperluas basis dukungan massa dari berbagai kelompok lain, tentu membutuhkan strategi dan kerja keras para pekerja partai," saran dia.
Bagong menyebut ada dua hal yang perlu menjadi fokus perhatian PDIP ke depan. Pertama, sejauh mana PDIP menentukan batas demarkasi perluasan dukungan dari basis massa baru, terutama dari kelompok umat Islam.
Dengan menjalin koalisi dengan Ma’ruf Amin yang dikenal sebagai sesepuh NU, ada banyak hal positif akan diperoleh Jokowi yang merupakan kandidat presiden yang diusung PDIP dan partai koalisinya.
Selama ini, kata Bagong basis kuat massa pendukung PDIP dan Jokowi adalah pada kelompok nasionalis, kaum abangan, dan masyarakat marginal yang untuk sebagian kerap berseberangan dengan kelompok Islam kanan.
Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, terlalu mengejar dukungan dari Islam kanan, tetapi melupakan kondisi psikologis konetituen yang memiliki sikap politik dan ideologi yang berbeda, tentu juga bisa berdampak merugikan.
"Membatasi meraih dukungan dari basis massa baru, lebih realistis jika diharapkan dari simpatisan Ma’ruf Amin," kata dia.
Revitalisasi Diri
Kedua, kata Bagong, sejauh mana PDIP mampu merevitalisasi diri dan mengembangkan basis dukungan dari kelompok yang ditengarai bakal menjadi penentu kuat dalam memberikan suara kepada calon anggota legislatif maupun Presiden.
"Kelompok suara anak muda milenial dan kaum ibu adalah dua kelompok strategis yang perlu menjadi fokus perhatian tim sukses Jokowi-Ma’ruf Amin," ucapnya.
Untuk meraih simpati dan dukungan suara dari kelompok anak muda milenial dan kaum perempuan, Bagong menyarankan sudah tentu yang dibutuhkan bukan hanya terminologi yang sesuai dengan karakteristik dan subkultur kedua kelompok ini, tetapi juga maskot program yang benar-benar relevan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement