Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Arya Sinulingga menilai Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak bakal memberikan dampak signifikan terhadap elektabilitas capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia berkaca pada perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2014.
Dia menjelaskan, elektabilitas Partai Demokrat ambruk pada 2014, dibandingkan perolehan pada 2009. Menurutnya masyarakat tidak puas pada periode kedua SBY.
Baca Juga
Sekadar mengingatkan, pada 2014 suara partai berlambang bintang mercy itu hanya meraup 10,19 persen. Turun hampir setengahnya dari 20,85 persen saat menjadi pemenang Pemilu di 2009.
Advertisement
"Kita lihat 2014 itu, terlihat elektabilitas Demokrat ambruk, artinya kinerja SBY sebelum 2014, 5 tahun lalu tidak memuaskan masyarakat. Terbukti Demokrat ambruk jatuh dari 2009," kata Arya, Rabu (9/1/2019).
Dia juga mengaku tak khawatir apabila SBY mulai bermanuver dengan menyambangi masyarakat. Arya menyebut langkah itu tak bakal ada pengaruhnya terhadap elektabilitas Prabowo-Sandiaga.
"Jadi kalau dikatakan mempengaruhi, tidak mempengaruhi," kata Arya.
Dia juga dengan tegas membantah tudingan tren elektabilitas Jokowi turun. Dia mengambil survei elektabilitas Indikator, di mana elektabilitas Jokowi naik menjadi 54,9 persen pada Desember 2018, dari 53 persen di Oktober 2018
"Jadi salah itu. Jadi kalau lihat angkanya mereka justru yang menurun, justru yang stack dan menurun," tegas Arya.
Sebelumnya, Partai Demokrat percaya tren elektabilitas Jokowi turun berdasarkan survei Indikator. Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan elektabilitas Prabowo bakal naik jika SBY mulai menyapa masyarakat.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
AHY Kalah di Pilkada
Hal senada juga disampaikan Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni. Dia mempertanyakan taji SBY untuk menaikkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga. Dia beralasan, putra SBY Agus Harimurti Yudhoyono kalah di putaran pertama Pilkada DKI Jakarta.
"Kita lihat, di Pilkada Jakarta saja Pak SBY anaknya kalah. Apakah itu menandakan taji Pak SBY tidak tajam atau tidak bertaji lagi," kata Sekretaris Jenderal PSI itu di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).
Menurut Antoni, taji SBY bisa diperlihatkan bagaimana cara menyikapi anak buahnya Andi Arief. Andi dinilai berbeda dengan gaya politik sang Presiden ke-6 RI yang santun. Sementara, Andi kerap bersuara keras di Twitter soal penyebaran hoaks tujuh kontainer surat suara tercoblos.
"Kira-kira Pak SBY masih bertaji nggak untuk sekadar memberikan sanksi Andi Arief yang merusak citra Demokrat dan merusak citra SBY," kata dia.
Pernyataan itu menanggapi survei elektabilitas capres-cawapres terbaru oleh Indikator. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo masih terpaut 20 persen. Demokrat percaya tren Jokowi turun sehingga jika SBY mulai menyapa masyarakat, Prabowo bakal menyalip petahana.
Antoni tidak percaya jika survei tersebut dibaca tren elektabilitas Jokowi turun. Dia tak yakin Prabowo bakal menyalip dengan dan strategi menggunakan hoaks.
"Bahwa hoaks tidak lagi menurunkan menaikan elektabilitas," ucap Antoni.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Advertisement