Liputan6.com, Washington D.C - Drama mewarnai pidato Donald Trump pada Selasa, 4 Maret 2025, di Gedung Capitol, Washington D.C. Anggota DPR Al Green dari Partai Demokrat, terpaksa dikeluarkan dari acara tersebut gara-gara melayangkan protes terhadap orang nomor satu di Amerika.
Melansir Al Jazeera, Kamis (5/3/2025), insiden itu terjadi saat Presiden Donald Trump memulai pidato. Green, yang mewakili Texas, secara terang-terangan menunjukkan ketidaksetujuannya dengan meneriaki dan mencemooh Trump. Ia bahkan menggunakan tongkatnya untuk menekankan protesnya. Kejadian ini berlangsung di tengah suasana tegang antara Partai Demokrat dan Republik.
Advertisement
Al Green berdiri, menggoyangkan tongkatnya, dan berteriak: "Anda tidak punya mandat."
Advertisement
Menurut laporan berbagai media, Green beberapa kali diberi peringatan oleh Ketua DPR Mike Johnson untuk menjaga ketertiban. Namun, Green tetap menolak untuk diam dan duduk.
"Duduklah!" Perwakilan Nancy Mace, seorang Republikan, berteriak balik kepada Green, yang tetap berdiri.
Di tengah teriakan dari para Republikan yang marah, Juru Bicara DPR Johnson memerintahkan petugas keamanan yang bertugas menjaga ketertiban di ruang sidang, untuk mengawal legislator Texas berusia 78 tahun itu keluar dari ruangan.
"Menemukan bahwa para anggota terus terlibat dalam gangguan yang disengaja dan terpadu terhadap kesopanan yang pantas, ketua sekarang memerintahkan petugas keamanan untuk memulihkan ketertiban," kata Johnson. "Singkirkan pria ini dari ruang sidang."
Green, yang menyerukan pemakzulan Trump selama masa jabatan pertama Partai Republik, kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa ada gunanya untuk menyampaikan maksudnya meskipun ia dihukum oleh para pemimpin DPR, yang kemudian meminta anggota kongres itu dikecam.
"Presiden mengatakan bahwa ia memiliki mandat, dan saya menegaskan bahwa ia tidak memiliki mandat untuk memotong Medicaid," kata Green kepada wartawan, mengacu pada program perawatan kesehatan yang digunakan oleh 80 juta orang Amerika yang sebagian besar berpenghasilan rendah.
Medicaid telah menjadi isu utama bagi Demokrat, yang khawatir akan potensi pemotongan dana di bawah kepemimpinan Republik.
"Adalah penting untuk memberi tahu orang-orang bahwa ada beberapa dari kita yang akan menentang presiden ini," kata Green.
Pengusiran Ai Green ini menjadi sorotan utama dalam sidang tersebut.
Insiden ini tentu saja memicu reaksi beragam di antara anggota Kongres.
Beberapa anggota mencemooh Green, sementara yang lain justru bertepuk tangan mendukung aksinya. Ironisnya, beberapa anggota Partai Republik bahkan menyanyikan lagu 'Nah, nah, nah, nah, hey, hey, goodbye' saat Green dikawal keluar ruangan. Presiden Trump sendiri menanggapi insiden ini dengan komentar sinis, menggambarkannya sebagai ketidaksetujuan Partai Demokrat terhadap dirinya.
Kemarahan Green memicu suasana malam yang tidak nyaman ketika Demokrat yang berwajah dingin, yang sekarang menjadi minoritas, duduk diam di satu sisi ruang sidang, dan Republik yang riuh di sisi lain.
Beberapa anggota Demokrat mengangkat plakat dengan pesan seperti “Selamatkan Medicaid” dan “Lindungi Veteran”, yang bertujuan untuk menarik perhatian pada kebijakan yang mereka yakini dapat membantu mereka mendapatkan kembali mayoritas.
Beberapa legislator Demokrat lainnya menemukan cara yang tidak mencolok untuk menunjukkan protes dengan pilihan busana kolektif: Pakaian berwarna merah muda.
Beberapa legislator perempuan, termasuk mantan Ketua DPR Nancy Pelosi, mengenakan pakaian dengan warna tersebut untuk pidato presiden dari Partai Republik, menciptakan pertunjukan persatuan dan solidaritas di ruangan yang didominasi oleh jas biru dan abu-abu.
Momen Pidato Terpanjang Donald Trump di Kongres AS
Adapun Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mencuri perhatian dunia dengan pidato kenegaraannya yang berlangsung lebih dari 90 menit, sejumlah media menyebutnya 1 jam 40 menit. Ini menandai pidato pertamanya sejak kembali menjabat pada Januari 2025 dan memecahkan rekor sebagai pidato terpanjang yang pernah disampaikan dalam pidato gabungan di Kongres AS.
NPR yang dikutip Rabu (5/3) menyebut pidato Donald Trump adalah yang terpanjang dalam setidaknya 60 tahun pidato gabungan Kongres.
Protes Keras di Tengah Ketegangan Politik
Aksi protes Al Green terjadi di tengah meningkatnya ketegangan politik antara Partai Demokrat dan Republik. Selama pidato Trump, anggota Demokrat lainnya juga beberapa kali menunjukkan ketidaksetujuan mereka dengan cemoohan dan protes. Suasana tegang ini telah menjadi pemandangan umum dalam beberapa bulan terakhir, menandakan perpecahan yang dalam di pemerintahan AS.
Menurut pengamat politik, mengutip sejumlah sumber, aksi Green merupakan puncak dari kekecewaan Partai Demokrat terhadap kebijakan-kebijakan Trump. Mereka menganggap pidato Trump sebagai provokasi dan tidak mewakili kepentingan rakyat Amerika. Namun, pihak Republik menilai tindakan Green sebagai penghinaan terhadap lembaga Kongres dan presiden.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang etika dan tata tertib dalam sidang Kongres. Apakah protes keras seperti yang dilakukan Green masih dapat ditoleransi, atau perlu ada aturan yang lebih ketat untuk menjaga ketertiban selama sidang berlangsung? Debat mengenai hal ini pasti akan terus berlanjut.
Beberapa analis politik berpendapat bahwa insiden ini akan semakin memperkeruh suasana politik di AS. Ketegangan antara kedua partai besar ini dikhawatirkan akan berdampak negatif pada stabilitas politik dan pemerintahan.
Advertisement
Tanggapan Beragam atas Pengusiran Al Green
Sejumlah sumber menyebut pengusiran Al Green telah memicu perdebatan sengit di media sosial dan kalangan politik. Pendukung Green memuji keberaniannya dalam menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap Trump, sementara kritikus mengecam tindakannya yang dianggap mengganggu jalannya sidang. Berbagai opini bermunculan, menunjukkan betapa kontroversial insiden ini.
Beberapa tokoh publik bahkan turut berkomentar. Ada yang berpendapat bahwa tindakan Green merupakan bentuk perlawanan yang sah dalam sistem demokrasi, sementara yang lain menekankan pentingnya menghormati aturan dan tata tertib dalam lembaga legislatif. Perdebatan ini mencerminkan polarisasi politik yang semakin tajam di AS.
Insiden ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana Kongres dapat menangani perbedaan pendapat yang semakin ekstrem di antara anggotanya. Apakah perlu ada mekanisme baru untuk meredakan ketegangan dan memastikan jalannya sidang tetap tertib? Ini menjadi tantangan besar bagi kepemimpinan Kongres.
Meskipun kontroversial, insiden ini memberikan gambaran nyata tentang dinamika politik AS saat ini. Ketegangan yang tinggi dan perbedaan pendapat yang tajam antara kedua partai besar menjadi faktor utama yang memicu kejadian ini. Bagaimana Kongres akan mengatasi perpecahan ini menjadi hal yang perlu dipantau.
Kesimpulannya, pengusiran Al Green dari sidang Kongres merupakan peristiwa yang signifikan, menunjukkan meningkatnya polarisasi politik di AS dan menimbulkan pertanyaan tentang tata tertib dan etika dalam lembaga legislatif. Insiden ini akan terus dibahas dan dianalisis dalam konteks politik AS yang semakin terpolarisasi.
