Fahri Hamzah Usul Debat Capres Kedua Berlangsung Tanpa Jeda Iklan

Menurut Fahri, debat capres juga harus berlangsung natural. Sehingga masyarakat bisa mengetahui kapasitas masing-masing kandidat capres-cawapres.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jan 2019, 17:05 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2019, 17:05 WIB
Peluk Hangat Jokowi - Prabowo Akhiri Debat Perdana Pilpres 2019
Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengusulkan, debat capres tahap kedua berlangsung tanpa jeda iklan. Semua itu dilakukan agar masyarakat lebih bisa memberikan penilaian yang utuh.

"Dan saya setuju sekali lagi tidak perlu ada jeda iklan. Biarkan pertarungannya sampai selesai biar kita lihat sebuah kepuasan bagi masyarakat melihat pertarungan cukup panjang. 90 menit enggak usah ada potongan," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

"Tarung saja langsung supaya dialognya tuntas. Sebab saya kira tidak ada percakapan yang tidak bisa kita selesaikan dalam 90 menit," sambung dia.

Menurutnya, debat capres juga harus berlangsung natural. Sehingga masyarakat bisa mengetahui kapasitas masing-masing kandidat capres.

"Diatur supaya keliatan betul siapa yang punya konsepsi, siapa pengetahuannya soal ide besar, siapa yang hanya ide kecil atau siapa yang enggak punya pengetahuan tentang itu, itu akan kelihatan semuanya," ungkap Fahri.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Debat Tak Memuaskan

Sebelumnya, mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sigit Pamungkas mengkritik pelaksanaan debat capres-cawapres pertama pada 17 Januari 2019. Dia menilai KPU periode kali ini gagal memenuhi janji untuk membuat debat yang memuaskan hasrat keingintahuan masyarakat.

"Pertama itu tadi yang menjanjikan untuk membuat debat yang membuat publik terpuaskan tidak terpenuhi," katanya.

Dia menilai hal itu terjadi karena KPU memberikan kisi-kisi pertanyaan pada peserta debat. Mungkin peserta debat tidak bisa menjawab pertanyaan panelis secara spontan.

"KPU menyampaikan kisi-kisi ke kandidat ternyata bukan kisi-kisi, yang dikirim adalah yang mengajukan 20 pertanyaan yang berbeda dengan yang disampaikan," ungkap Sigit.

 

Reporter: Sania Mashabi

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya