Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei PoliticaWave melakukan penelitian terkait pemberitaan bohong alias hoaks yang aktif beredar di sosial media. Hasilnya, Joko Widodo atau Jokowi menjadi sasaran terbesar dalam pemberitaan hoaks.
"Isu hoaks yang jumlahnya semakin besar di Pilpres 2019. Pada Pilpres 2014 pasangan Jokowi-JK mendapat serangan hoaks 7 kali lebih besar daripada pasangan Prabowo-Hatta," tutur Founder PoliticaWave Yose Rizal dalam konferensi pers 'Pilihan Netizen Menjelang Pilpres' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (7/2/2019).
Pada 2014 lalu, Jokowi-JK memperoleh 94,9 persen kampanye hitam atau tudingan kelemahan tanpa fakta dan 5,1 persen kampanye negatif yakni kekurangan kandidat berdasarkan fakta.
Advertisement
Sementara Prabowo-Hatta menerima 13,5 persen kampanye hitam dan 86,5 persen kampanye negatif.
"Selama proses Pilpres 2019, PoliticaWave memantau 10 isu hoaks dengan jumlah percakapan terbesar di sosial media," jelas dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Isu-Isu Hoaks
Isu tersebut adalah kasus hoaks Ratna Sarumpaet, utang pemerintah 2 miliar USD, tujuh kontainer surat suara, transaksi E-Toll dikaitkan utang Cina, E-KTP palsu yang juga dari China, Jokowi dituduh PKI, Jokowi gunakan konsultan asing, Ijazah SMA Jokowi palsu, 10 juta TKA Cina, dan Ma’ruf Amin akan diganti Ahok.
"Terlihat bahwa 10 isu hoaks terbesar ditujukan untuk menyerang Jokowi. Dari Pilpres 2014 sampai 2019 terlihat bahwa Jokowi adalah korban hoaks politik," Yose menandaskan.
Dalam penelitian tersebut, PoliticaWave memperoleh sebanyak 1.899.881 total percakapan terkait kedua kandidat yang dilakukan oleh 267.059 akun selama periode penelitian 28 Januari hingga 04 Februari 2019. Di antara sosial media yang dipantau adalah Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, online forum, dan news portal.
Advertisement