Liputan6.com, Jakarta Istri calon presiden Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti, menyatakan Ganjar-Mahfud sangat berkomitmen menangani kasus pelecehan seksual di Indonesia, khususnya di lembaga pendidikan.
Hal itu disampaikan Atikoh saat menjawab pertanyaan dokter Hajjah Manurung dari Medan. Atikoh menyadari kasus pelecehan seksual cenderung sulit untuk dibawa ke ranah hukum.
"Karena hukum itu tak peduli apa pun, harus ada bukti dan saksi. Lah, kalau kejadiannya itu di tempat tertutup yang tidak ada orang melihat bagaimana? Saksinya, ya, korban," ujar Siti Atikoh Supriyanti dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2023 Perempuan Indonesia Pilih Ganjar (Pijar) di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Sabtu (16/12/2023).
Advertisement
Menurut Atikoh, pelecehan seksual berbeda karakteristiknya dengan kejahatan lain, seperti kasus pencurian yang peristiwanya kemungkinan besar dilihat oleh orang lain. Sementara pelecehan seksual, terkadang hasil visum pun tidak menunjukkan adanya indikasi tindak pidana.
"Hasil fisik bahkan kadang tidak menunjukkan itu adalah pelecehan seksual," kata Atikoh.
Sebab itu, lanjut Atikoh, Tim Pemenangan Nasional (TPN) telah menyusunkan program Ganjar-Mahfud yang apabila memenangkan pilpres 2024, maka wajib adanya tempat konseling di setiap lembaga pendidikan, baik di sekolah maupun perguruan tinggi.
"Kemudian mewujudkan satuan tugas pencegahan dan penanganan pelecehan seksual di setiap satuan lembaga pendidikan. Jadi, nanti akan dibentuk untuk satgasnya ini mereka bergerak melaporkan itu tahu harus ke mana dan orang yang menerima laporan itu tidak juga langsung prejudice," kata Atikoh.
Atikoh Nilai Banyak Korban Pelecehan Seks Justru Di-bully
Lebih lanjut, menurut Atikoh, ada banyak korban pelecehan seksual yang justru menjadi korban perundungan alih-alih dilindungi. Korban pun dianggap menjadi pihak yang menjelekkan lembaga pendidikan tersebut.
Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan haruslah memiliki posko pengaduan. Di sisi lain, dia juga memastikan adanya hotline untuk pengaduan pelecehan seksual.
"Pernah, bu, ketika saya di Jateng, yang saya fokuskan memang pelecehan dan penanganan kekerasan seksual. Muridnya ini malah akhirnya yang ke luar karena tidak siap dengan prejudice dan stigma dari lingkungan," tutur Atikoh.
"Jadi, itu kemudian yang lain adalah edukasi. Mereka itu korban, dia itu victim, kenapa malah justru seolah-olah jadi pelaku malah dipermasalahkan," Atikoh menandaskan.
Advertisement
Atikoh Ganjar Ingatkan Perlunya Penanganan Kesehatan Mental Anak di Sekolah
Selain itu, Siti Atikoh menyoroti perlunya keberadaan psikolog atau psikiater profesional di setiap sekolah. Hal itu, menurut Atikoh Ganjar, demi menjaga kesehatan mental atau mental health anak muda bangsa yang semakin menjadi perhatian seiring perkembangan zaman.
"Kalau kita bisa mengidentifikasi di awal-awal, masyarakat akan bahagia karena kita kan visi misi Ganjar-Mahfud itu agar masyarakat itu sejahtera. Kalau bicara masalah sejahtera itu maka sejahtera jasmani rohani, dan tidak ada rasa takut," ujar Atikoh.
Menurut dia, kesehatan jasmani dan mental anak sekolah tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab itu, kata Atikoh, selain program satu desa satu tenaga kesehatan dan satu psikolog, akan ada pula penempatan psikiater di lembaga pendidikan.
"Di sekolah-sekolah itu nanti juga setiap sekolah kan ada pisikolog, mungkin nanti bisa bekerja sama," terang dia.
Atikoh mengatakan, selama ini bagian BK di sekolah lebih seolah-olah menjadi investigator untuk menghukum siswa. Sementara fungsi utamanya terlupakan, yakni turut menjadi pembimbing anak dari segi mental.
"Karena bu, kadang-kadang nih ada anak sekolah dia merasa kurang tertangani mental health-nya kena. Maka perlu adanya psikiater atau psikolog yang ahli. Wah itu anaknya ibu A ke psikiater lho, ke psikolog lho, ada masalah apa," ucap dia.
"Lah ini kita juga harus bisa mengedukasi ibu-ibu semua enggak usah gibah seperti itu. Karena gibah itu bisa menyerang kesehatan mental orang lain," Atikoh menandaskan.