Liputan6.com, Jakarta Lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di real count sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendapat sorotan tajam.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Romahurmuziy alias Romy menilai lonjakan suara PSI sangat tidak wajar. Romy pun meminta KPU dan Bawaslu untuk menyelidiki kenaikan suara signifikan yang didapat PSI.
Bahkan Romy curiga ada "operasi" yang dilakukan untuk menaikkan suara partai pimpinan putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep.
Advertisement
"Mohon atensi kepada KPU dan Bawaslu operasi apa ini? Meminjam bahasa Pak Jusuf Kalla, apakah ini operasi "sayang anak" lagi?" tulis Romy dalam akun Instagramnya dikutip Minggu (3/3/2024).
Romy meyakini ada lonjakan yang tidak wajar dari suara PSI. Berdasarkan bukti yang diklaim, terdapat terdapat 19 ribu suara dari 110 TPS. Artinya, secara rata-rata ada 173 suara untuk PSI di tiap TPS tersebut.
"Ini dari monitoringnya, saya cuplik salah satunya dari yang beredar di media sosial. Dengan suara per TPS hanya 300 suara, dan partisipasi pemilih rata-rata 75%, suara sah setiap TPS ini hanya 225 suara. Artinya, PSI menang 77% di 110 TPS itu. TIDAK MASUK AKAL!" tegas Romy.
"Saya dan DPP PPP mohon atensi dan tindak lanjut seksama KPU dan Bawaslu untuk tidak menutup mata dari penyimpangan ini!" ucap Romy.
PPP akan Bawa ke Angket
Romy pun mengancam jika KPU tidak mengoreksi lonjakan suara PSI yang dinilai tidak wajar, maka partainya akan membawa masalah ini ke dalam hak angket DPR agar dapat diungkap dengan terang.
"Kalau ini tidak dikoreksi, PPP akan meminta hal ini bagian yang termasuk dibongkar seterang-terangnya di hak angket pekan ini!" tegas Romy.
"Saya mohon atensi KPU dan Bawaslu secara terbuka dan tindak lanjutnya secara cepat dan seksama!" imbuh Romy.
Suara PSI Meroket, Roy Suryo: Tidak Masuk Akal
Pemerhati Telematika Roy Suryo menilai, lonjakan suara partai yang dipimpin putra bungsu Presiden Jokowi, Kaerang Pangarep, merupakan anomali yang tidak logis.
"Rekapitulasi real count KPU yang meroket tajam. Meroket itu memang benar sedang terjadi pada perolehan partai tertentu, contohnya PSI dan Gelora, di mana menunjukkan akselerasi yang luar biasa cepat dan tajam dibandingkan dengan perolehan partai lainnya yang cenderung landai atau bahkan stagnan," kata Roy dalam keterangan tertulis diterima, Minggu (3/3/2024).
Mantan Menpora itu menjelaskan, kecenderungan atau tren pergerakan perolehan suara partai biasanya masih akan berjalan serempak mengikuti pola perolehan yang sudah ada. Bahwa ada satu dua yang kemungkinan saling fluktuatif bisa dimaklumi.
"Namun jarang atau bahkan tidak mungkin hanya partai tertentu saja yang naik, sedangkan lainnya tidak," kata Roy.
Roy juga meyakini kelazimannya adalah sebuah hasil nyata dari perhitungan suara kalau data yang masuk sudah di atas 60 persen atau bahkan 70 persen, maka volatilitas yang terjadi tidak akan ekstrem.
"Volatilitas adalah ukuran perubahan statistik dalam periode tertentu. Karena volatilitas dapat digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan peluang maupun risiko,” ungkap Roy.
Roy menyebut bahwa partai yang paling banyak mengalami peningkatan perolehan suara tidak wajar adalah PSI. Dia kemudian menjelaskan secara detail, pada 15 Februari 2024 suara PSI masih 2,68 persen. Namun pada 1 Maret 2024 suara PSI sudah melejit 3,02 persen.
Bahkan ketika pukul 10.00 WIB mencapai 3,03 persen, kemudian pukul 16,00 WIB sudah sudah 3,12 persen atau menjadi 2.393.774 dengan pertambahan 83.343 suara.
"Pertambahan jumlah 83 ribu ini hanya dari 110 TPS, ini tidak masuk akal sehat. Sebab jika dihitung 83.343 dibagi 110, maka perolehan PSI di tiap TPS mencapai 757 lebih. Padahal 1 TPS rata-rata hanya berisi 250-300 suara saja," kata Roy heran.
"Anomali ini terjadi secara tidak wajar dan sulit dimengerti," ucap Roy.
Akibat anomali secara tidak wajar berdasarkan input data real count, Roy pun meminta agar segera lakukan audit forensik IT KPU dan sekaligus audit investigatif Sirekap, agar terbuka dengan jelas untuk menjawab pertanyaan publik.
Advertisement
PSI: Jangan Giring Opini Menyesatkan
Sementara itu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta semua pihak agar tidak menyampaikan pernyataan tendensius menyikapi rekapitulasi suara KPU yang hingga kini masih berlangsung.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam menanggapi penambahan suara PSI, yang berdasar rekapitulasi suara real count KPU per partaikya sudah melejit ke angkat 3 persen dengan jumlah suara terhitung 65,73 persen.
"Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Grace dalam keterangan pers, Sabtu (2/3/2024).
Grace menambahkan, saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi. Dia pun meyakini, PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat di basis suara tersebut
Grace mengingatkan perbedaan antara hasil quick count dengan rekapitulasi KPU juga terjadi pada partai-partai lain. Maka dari itu dia meminta semua pihak bersikap adil, proporsional dan tidak tendensius hanya terhadap PSI.
"Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik," Grace menandasi.
PSI Ungkap Dua Faktor Penyebab Suara Naik Drastis: Kaesang dan Jokowi
Ketua DPD PSI Kota Semarang Melly Pangestu mengeklaim, peningkatan suara PSI di real count sementara KPU RI mempengaruhi penambahan kursi DPRD di wilayahnya untuk pemilu 2024.
"Pemilu 2024 belum final perhitungan, masih tingkat kota. Tapi bisa PSI dapat 5 kursi untuk DPRD di 2024," ujar Melly seperti dilansir dari Antara, Sabtu (2/3/2024).
Dia mengungkapkan peningkatan perolehan kursi DPRD ini karena kerja keras para calon legislatif selama masa kampanye. Kemudian peran penting Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep juga memberikan efek besar.
"Dua faktor, Kaesang dan Jokowi effect serta perjuangan all caleg secara merata," kata Melly.
Advertisement
Tanggapan KPU soal Meroketnya Suara PSI
Sebelumnya, anggota KPU RI, Idham Holik angkat suara terkait lonjakan suara dari PSI. Dia menjelaskan bahwa perolehan suara partai pada data real count sejalan dengan penambahan data yang masuk ke aplikasi Sirekap.
"Terkait kenaikan angka perolehan suara parpol itu akibat adanya penambahan data dokumen foto formulir Model C hasil plano yang diunggah ke aplikasi Sirekap," kata Idham saat dihubungi, Minggu (3/3/2024).
Idham menilai kenaikan perolehan suara dalam real count KPU adalah hal yang wajar, karena dialami oleh semua partai politik lain. Sejalan data yang masuk dan diinput melalui aplikasi Sirekap
"Pada umumnya data kuantitatif perolehan suara parpol juga naik, efek bertambahnya data perolehan suara peserta pemilu TPS-nya yang masuk Sirekap," tuturnya.
Namun demikian, Idham mengingatkan bahwa data real count yang disajikan KPU bukanlah hasil resmi dari pileg. Sebab hasil resmi merupakan perolehan suara yang dilakukan berdasarkan rekapitulasi berjenjang.
Sehingga kehadiran real count hanyalah sebatas data untuk setiap pihak dapat memantau dan mengawasi secara bersama dan transparan terkait proses pemilu yang masih berlangsung.
"Sampai saat ini KPU RI belum melaksanakan rekapitulasi nasional untuk suara dalam negeri. KPU RI baru melakukan rekapitulasi nasional untuk suara luar negeri," kata Idham.
"Hasil resmi perolehan suara peserta pemilu berdasarkan rekapitulasi berjenjang dimulai dari PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi sampai dengan KPU RI," tambahnya.