Politik Merangkul Prabowo Dipandang Bisa Buat Situasi Tenang

Sejumlah elite politik seperti Ketua Umum Surya Paloh, lalu Plt Ketum PPP Mardiono, dan Ketua Umum Partai Perindo Angela Tanoesoedibjo menyambangi dan bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 16 Agu 2024, 20:26 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2024, 20:23 WIB
Prabowo Subianto
Presiden terpilih yang juga Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto tiba untuk menghadiri Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR dan DPD tahun 2024 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). (Yasuyoshi CHIBA / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah elite politik seperti Ketua Umum Surya Paloh, lalu Plt Ketum PPP Mardiono, dan Ketua Umum Partai Perindo Angela Tanoesoedibjo menyambangi dan bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.

Pengamat politik Igor Dirgantara melihat apa yang dilakukan Prabowo adalah bentuk dari rekonsiliasi nasional pasca Pilpres 2024.

“Memang Pak Prabowo itu kan dari awal dia sudah mengatakan setelah dia memenangkan Pilpres 2024, keinginan Pak Prabowo melakukan rekonsiliasi nasional, jadi tidak hanya Nasdem tapi juga PPP, Perindo,” kata dia, Jumat (16/8/2024).

"Memang rekonsiliasi itu sesuatu yang diharapkan oleh Pak Prabowo pasca pilpres, intinya satu kawan itu terlalu banyak, seribu musuh terlalu sedikit. Jadi maksudnya yaitu Prabowo itu politiknya pasca kemenangannya di pilpres dan akan dilantik 20 Oktober itu memang menggarisbawahi pentingnya rekonsiliasi nasional," sambungnya.

Igor memprediksi tidak hanya 3 partai Nasdem, PPP dan Perindo yang akan diterima bergabung dengan pemerintah Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, melainkan juga PKB, setelah melakukan muktamar akan menyampaikan secara resmi masuk Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Igor menganalogikan bergabungnya PKB masuk gelombang kedua. Ia juga memprediksi PKS akan mengikuti langkah PKB masuk ke pemerintahan gelombang dua.

"Nah ini tinggal menunggu Muktamar PKB nanti juga gabung tuh, kalau logika aku jadi partai-partai yang dulu berseberangan atau menjadi lawan KIM di Pilpres itu seperti penerimaan mahasiswa baru saja ada gelombang pertama, gelombang pertama itu ada Nasdem, PPP dan Perindo nanti ada gelombang kedua tuh mungkin PKB, PKS itu gelombang kedua," ungkapnya.

Igor berpandangan kebijakan merangkul semua partai ini diambil Prabowo-Gibran untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.

"Jadi strategi Pak Prabowo besar kemungkinan akan menjadi kenyataan yaitu rekonsiliasi nasional bisa diwujudkan di pemerintahan Prabowo - Gibran menuju jembatan emas 2045," paparnya.

Menanti Sikap PDIP

Dikatakan Igor hubungan antara Prabowo dengan PDIP maupun Megawati Soekarnoputri tidak pernah ada masalah, baik Megawati maupun Prabowo keduanya saling menghormati dan tetap memiliki hubungan yang baik.

"Jadi Pak Prabowo tidak meninggalkan PDIP, sekarang pertanyaannya PDIP mau tidak bergabung ke dalam Koalisi Indonesia Maju plus?," katanya.

Lebih jauh Igor menuturkan, meskipun pada akhirnya PDIP kokoh pendiriannya menjadi oposisi pemerintah, Prabowo akan tetap menghormati Megawati dan PDIP.

"Pak Prabowo itu orangnya rendah hati, menghargai Ibu Mega yang dianggap sebagai anak tokoh proklamator dan dia menghormati sekali PDIP," ulasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya