Liputan6.com, Jakarta Hasil survei triwulan II-2016 Bank Indonesia menunjukkan indeks harga properti komersial tercatat sebesar 167,66, lebih rendah dibandingkan 167,78 di triwulan I-2016, atau mengalami penurunan 0,05% (qtq).
Penurunan harga properti komersial di triwulan II-2016 tersebut lebih dalam dibandingkan penurunan sebesar -0,01% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Deflasi harga properti komersial terutama disebabkan oleh deflasi harga pada segmen warehouse complex (-0,05%, qtq), khususnya di wilayah Jabodetabek.
Sementara itu perlambatan harga terjadi pada ritel sewa, dari 0,24% (qtq) pada triwulan I-2016 menjadi 0,11% (qtq) sebagai akibat tambahan pasokan ritel kelas menengah dengan harga lebih rendah dibandingkan rata-rata harganya.
Advertisement
Selain ritel sewa, harga lahan industri juga menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan II-2016 harga cenderung stabil (0,00%, qtq) daripada triwulan I-2016 yang masih mengalami peningkatan (0,13%, qtq).
Secara wilayah, penurunan harga terjadi di wilayah Jabodetabek (-0,10%, qtq) dan Medan (-0,20%, qtq). Deflasi harga properti komersial di Medan dipicu faktor deflasi segmen perkantoran (-2,10%, qtq) khususnya perkantoran sewa, apartemen (-1,82%, qtq), dan hotel (-8,34%, qtq).
Hal ini sejalan dengan lesunya permintaan, sehingga beberapa tenant perkantoran tidak lagi memperpanjang sewa kantor. Penyesuaian tarif sewa dan kemudahan dalam cara pembayaran dilakukan pengembang untuk menarik minat penyewa untuk mempertahankan tingkat hunian.
Sedangkan menurut tahunan, harga properti komersial masih tumbuh 0,89% (yoy), meskipun melambat dibandingkan pertumbuhan sebesar 2,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan harga tertinggi berasal dari segmen perhotelan (23,17%, yoy) dan convention hall (11,70%, yoy), sementara pertumbuhan harga terendah terjadi pada segmen apartemen (0,42%, yoy) sebagai salah satu strategi tenant dalam meningkatkan tingkat penjualan maupun hunian.
Di sisi wilayah, pertumbuhan harga yang melambat terjadi merata di seluruh wilayah dengan pertumbuhan harga terendah di kawasan Jabodetabek (0,43%, yoy) sejalan dengan turunnya permintaan.
Perkembangan pasokan properti komersial
Indeks pasokan properti komersial pada triwulan II-2016 sebesar 106,14 atau tumbuh 0,28% (qtq), namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (0,74%, qtq).
Pertumbuhan pasokan properti komersial terjadi di semua segmen, dengan pertumbuhan tertinggi pada semua segmen perkantoran (2,48%, qtq), sementara pertumbuhan harga terendah terjadi di lahan industri (0,00%, qtq), dan warehouse complex (0,00%, qtq).
Berdasarkan wilayah, perlambatan pertumbuhan pasokan properti terjadi hampir di semua wilayah survei, kecuali Medan yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dari 0,09% (qtq) menjadi 0,16% (qtq).
Pasokan properti komersial di Jabodetabek masih tumbuh 0,32% (qtq), khususnya hotel (3,49, qtq), perkantoran (2,69%, qtq), dan convention hall (1,87%, qtq).
Penambahan pasokan berasal dari penambahan pasokan kamar hotel berbintang 5 dan penambahan luasan convention hall sebagai bagian dari fasilitas hotel, serta tambahan pasokan perkantoran jual di wilayah non-CBD dan beberapa perkantoran sewa di wilayah CBD maupun non-CBD.
Kenaikan pasokan properti komersial juga terjadi di Banten (0,33%, qtq), terutama pada segmen apartemen jual (3,21%, qtq) sebagai akibat tambahan pasokan dari 5 proyek apartemen baru (Crown Sky, Kingland Avenue, Padina Residence, B Residence, dan Loftvilles) yang memasok apartemen kelas bawah.
Jumlah ini termasuk tipe studio (tipe 19m2) sehingga pengembang dapat mengoptimalkan penyerapan/penjualan apartemen di tengah permintaan yang relatif rendah.Deflasi harga properti komersial terutama disebabkan oleh deflasi harga pada segmen warehouse complex (-0,05%, qtq), khususnya di wilayah Jabodetabek.
Sumber: Rumah.com
Advertisement