Makin Bergairah, Pasokan Ruang Kantor di Surabaya Bakal Melimpah

Perkembangan di Surabaya nyaris serupa seperti Jakarta. Khususnya terkait infrastruktur di Kawasan CBD.

oleh Kantrimaharani diperbarui 06 Okt 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2016, 18:00 WIB
Tahun 2020, Pasokan Perkantoran di Surabaya Mencapai 28.740m2
Perkembangan di Surabaya nyaris serupa seperti Jakarta. Khususnya terkait infrastruktur di Kawasan CBD.

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan di Surabaya nyaris serupa seperti Jakarta. Khususnya terkait infrastruktur di Kawasan CBD. Ibu Kota JawaTimur ini pernah menjadi sorotan sejumlah investor untuk berbisnis properti karena semakin lengkapnya infrastruktur dan juga tata letak kota yang baik.

Ya, kendati pertumbuhan properti saat ini banyak yang bilang tengah ‘lesu’, namun tidak begitu halnya bagi sejumlah pengamat. Sebaliknya, bagi mereka Surabaya menunjukkan geliat yang positif.

Joseph Lukito, Head of Jones Lang Lassale (JLL) Surabaya mengatakan bahwa Surabaya merupakan cerminan dari properti di Jakarta. Sama-sama sedang berkembang, namun tingkat penyerapannya masih sangat sedikit.

“Daerah CBD (pusat bisnis) Surabaya berada di Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Basuki Rahmat masih tergolong bagus. Sedangkan untuk di luar CBD Surabaya yang ada di bagian selatan, barat, dan timur dinilai akan menjadi tempat yang dipertimbangkan hingga kurun tahun 2020,” kata Joseph seperti dikutip dari laman Rumah.com, Kamis (6/10/2016).

Ia juga memaparkan alasan mengapa di wilayah-wilayah Surabaya tersebut menggeliat positif, karena sudah mulai ada bentuk strata office.

“Khusus strata office, kini perkantoran tersebut sudah mulai dijual kepada investor. Padahal sebelumnya unit perkantoran hanya disewakan saja. Jenis strata office yang dijual bisa strata murni ataupun kombinasi dari bentuk Small Office House Office (SOHO).”

“Di CBD Surabaya perkantoran dengan grade A masih mendominasi sebanyak 50%, grade B sebanyak 39%, dan grade C sebesar 11%. Sedangkan di luar CBD Surabaya grade B sangat mendominasi yakni sebesar 86%. Sisanya adalah adalah grade C 14%, sedangkan grade A 0%,” tutur Joseph.

Menurut Joseph alasan mengapa grade A di non-CBD Surabaya 0%, dikarenakan perkantoran grade B mencoba menawarkan konsep B ‘High Class’ yang mana merupakan perpaduan konsep grade A dan grade B.

Meninjau tingkat okupansi di daerah CBD ternyata mengalami penurunan pada kuartal ketiga tahun 2016. Hal tersebut dikarenakan dua hal utama antara lain:

– Bebeberapa perusahaan mengecilkan beberapa ukuran unitnya.
– Beberapa perusahaan ada yang pindah ke rumah toko maupun ke rumah hunian. Upaya ini dikarenakan tingkat polusi di Surabaya masih tergolong aman, sehingga merasa tidak harus berada di gedung perkantoran.

Josep juga mengungkapkan, untuk perkantoran di Surabaya akan mengalami penambahan hingga tahun 2020 sebanyak 28.740 meter persegi. Ia juga optimistis dengan adanya infrastruktur di Surabaya bisa mendukung mewujudkan hal tersebut.

“Keunggulan yang dimiliki Surabaya terlihat dari karakteristik infrastruktur seperti jalan tol, di mana pintu keluar tol di sana tidak memotong tengah kota. Melainkan berada di pinggir kota seperti Wonogiri dan bagian selatan Surabaya yang berdekatan dengan bandara udara,” tambah Joseph.

Berbicara tentang harga sewa perkantoran di Surabaya, ia juga mengatakan nyaris serupa dengan Jakarta. Dimana harga sewa perkantoran grade A berkisar di atas Rp100 ribu-Rp103 ribu per meter persegi selama per tahun.

Perkantoran Grade B dibanderol sebesar Rp91 ribu per meter persegi. Sedangkan untuk grade C seharga Rp66 ribu meter persegi per tahun.

“Di tengah lemahnya kondisi properti di Surabaya, sepertinya masih memberikan secercah harapan dengan adanya perkantoran MNC di Ahmad Yani (sebelah selatan Surabaya) dan Mayapada yang baru mengambil Skyline Tower menjadi strata office yang akan disewakan,” kata Joseph.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya