Liputan6.com, Jakarta - Jakarta menghuni peringkat 119 dalam riset kota layak huni Index Liveability Global yang digelar oleh The Economist tahun lalu. Posisi ini menempatkan ibukota di bawah Kuala Lumpur (78), Singapura (98), Bandar Seri Begawan (101), Manila (103) bahkan Ho Chi Minh (116). Wina, Austria, menduduki peringkat teratas. Riset ini menilai lima faktor utama, yaitu stabilitas, kesehatan, budaya dan lingkungan, Pendidikan, serta infrastruktur.
Apa yang bisa dilakukan agar tingkat layak huni di Jakarta semakin baik?
Baca Juga
Bagi Wibowo Muljono, Director, Astra Land, aksi yang ia lakukan tergolong sederhana saja. “Ketika kembali ke Indonesia tahun 2010, saya tegaskan kepada diri saya. Kalau saya berkarier di sini suatu hari nanti, saya hanya ingin ikut terlibat dalam proyek yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang banyak. Jika tidak, lebih baik saya menekuni usaha saya sendiri,” katanya.
Advertisement
Sempat berkarier di Amerika Serikat dan Pakubuwono Development di Jakarta, Wibowo kini berlabuh dalam proyek perumahan mewah Asya di timur Jakarta.
“Waktu di Amerika, saya tinggal di lingkungan yang lebih padat daripada komplek perumahan yang saya huni di Jakarta. Tapi di sini saya tidak bisa menikmati jalan-jalan dengan bayi saya. Sulit sekali menemukan pepohonan teduh dan area pejalan kaki yang memadai,” keluhnya.
Baca juga: Syarat-syarat biaya ekstra yang dikeluarkan saat beli rumah
Kini melalui Asya, Wibowo dan timnya mengusung konsep perumahan dengan area terbuka hijau prestisius di Cakung. Asya terdiri atas 8 cluster, 1 lake villas dan 23 tower di atas lahan seluas 70 hektar. Yang mengagumkan, kawasan ini akan dilengkapi danau seluas 15 hektare, taman dan area asri di sepanjang tepi danau seluas 2,3 hektar. Area ini melengkapi kenyamanan para penghuni untuk berjalan kaki, selain area trotoar yang nyaman dan luas.
Tawaran Asya kepada pasar sejalan dengan tren selera konsumen properti yang dinamis. Sebuah survey di Amerika Serikat pernah mengungkapkan bahwa 3 dari 4 millennial yang berusia 18-34 berharap dapat bekerja dan tinggal di lingkungan yang memiliki fasilitas aman dan nyaman bagi pejalan kaki, serta transportasi publik memadai. Apakah area komersial dan hunian di kawasan Asya akan menjadi daya tarik baru bagi kaum millennial bekerja dan menetap?
Pada level kawasan, skenario itu bisa saja terjadi di Asya. Namun untuk level kota, konsep jalan kaki tampaknya akan menemui tantangan berat di Asia. Menurut Chintan Raveshia, Cities lead of the Cities and Planning team di Arup Singapore, masyarakat Asia masih menganggap sukses berarti memiliki mobil sendiri. Ia mengungkapkannya dalam ajang PropertyGuru Real Estate Summit akhir tahun lalu. Akibatnya, area pejalan kaki semakin terpinggirkan dalam proyek tata ruang karena jumlah kendaraan yang terus melesat.
Tetapi masyarakat Singapura mulai memiliki anggapan berbeda tentang kepemilikan mobil. Menurut Raveshia, salah satu survey di negaranya mengungkapkan bahwa keinginan generasi muda Singapura untuk memiliki kendaraan semakin menurun. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi kepemilikan.
“Mereka justru ingin membelanjakan uangnya untuk mencoba pengalaman-pengalaman lain daripada membeli kendaraan,” katanya. Ia pun optimistis bahwa negara lain di Asia, termasuk Indonesia, juga akan terus memperbaiki regulasi dan memberi area lebih luas bagi pejalan kaki. Asya telah melangkah lebih jauh dengan visi yang diyakini oleh Wibowo sejak proyek ini dimulai 2017 silam.
Area Hijau Super Luas
“Bagi kami, properti bukan lagi tentang brick and mortar tetapi value apa yang ingin diberikan oleh developer. Bagi Astra Land, kami ingin membentuk lingkungan dan kualitas kehidupan yang lebih baik,” ujar Wibowo.
Di Asya misalnya, dua club house dapat ditempuh dengan jalan kaki demi menjadikan gaya hidup sehat bagian dari penghuninya. Fitness center, kolam renang, spa, dan sauna juga akan tersedia dalam bangunan tersebut. “Kami percaya, tubuh dan pikiran yang sehat akan menciptakan keluarga yang bahagia,” demikian teks dalam brosurnya. Visi inilah yang mendorong Asya menyediakan area terbuka hijau super luas di dalamnya.
Dan semua fasilitas utama, seperti rumah sakit, mal, sekolah terletak dalam area eksklusif yang asri dengan pengamanan 24 jam. Tentu saja terdapat shuttle dalam lingkungan dan untuk mengantar penghuni menuju stasiun LRT terdekat.
Kompensasi dari lingkungan yang asri dan kemewahan bagi pejalan kaki pun berdampak pada harga. Asya menawarkan rumah-rumah besar berukuran 98 meter persegi mulai Rp2,3 miliar yang lebih tinggi dari kompetitor di sekitar kawasan tersebut. Tinggi langit-langit rumah pun terbilang ekstra, mencapai 4,3 meter. Padahal umumnya developer menawarkan hunian dengan tinggi langit-langit sekitar 3 meter saja. Bahkan di kawasan Toba Lake Villas, Asya menawarkan satu hunian super mewah dengan luas 977 meter persegi seharga 66 miliar. Wow!
Dengan harga mulai di atas 2 miliar, tentu saja millennial bukan target utama Asya. Terbukti, para pembeli berasal dari kalangan yang telah memiliki satu atau dua rumah sebelumnya. Pembeli dari kawasan Kelapa Gading dan Jakarta Timur juga banyak ditemui di lingkungan ini. Inilah kunci sukses Astra Land. Kawasan hijau super luas dengan desain hunian mewah tampaknya bakal sulit ditandingi di timur Jakarta.
Cek simulasi perhitungan kredit rumah idaman melalui Kalkulator KPR dari Rumah.com!
Hanya Rumah.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah