Mengenang Tragedi 40 Ribu Jiwa Korban Westerling

Diperingati setiap 11 Desember, sejarah mencatat ribuan rakyat Sulawesi Sulawesi Selatan terbunuh dalam operasi yang dipimpin Westerling.

oleh Eka HakimAhmad Yusran diperbarui 11 Des 2015, 20:20 WIB
Diterbitkan 11 Des 2015, 20:20 WIB
20151211-Peringatan Korban Westerling
Sulawesi Selatan memperingati Hari Korban 40 Ribu Jiwa (Eka Hakim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Makassar - Segenap elemen di Sulawesi Selatan pada Jumat (11/12/2015) ini memperingati Hari Peringatan Korban 40.000 Jiwa. Upacara digelar di halaman Museum Makam Pahlawan Korban 40.000 Jiwa, di Jalan Pongtiku, Kota Makassar. 

"Peringatan ini tidak hanya bersifat seremonial semata, tetapi menjadi momentum untuk kembali membangkitkan nilai-nilai nasionalisme khususnya bagi generasi muda," kata Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo saat memimpin upacara diakhiri pemberian bingkisan untuk para pejuang veteran oleh gubernur didampingi para Muspida, Wali Kota Makassar, dan Ketua DPRD Makassar.

Acara dilanjutkan dengan Upacara Ziarah di Taman Makam Pahlawan Panaikang.Di tengah kesibukan melakukan pengamanan pilkada, aparat Polres Pare-Pare juga menggelar hari berkabung dalam memperingati Hari Korban 40 Ribu Jiwa di Monumen Korban 40 Ribu jiwa di kota Pare-Pare, Sulsel.

"Mari kita maknai peristiwa ini tidak hanya sekadar sebagai sebuah tragedi sejarah saja melainkan sebagai spirit dan semangat perlawanan rakyat Sulsel," kata Kapolres Pare-Pare, AKBP Alan Gerrit Abast, saat upacara.

Spirit perlawanan dalam konteks kekinian, kata Abbas dapat diwujudkan dalam bentuk memperkokoh dan memperkuat persatuan, menjaga sikap nasionalisme, dan menghentikan segala pertikaian antar sesama.

Kekejaman Belanda

Hari Korban 40.000 Jiwa diperingati setiap 11 Desember untuk mengenang pembantaian rakyat Sulawesi Selatan oleh serdadu  Belanda dibawah pimpinan Kapten KNIL Reymond Paul Pierre Westerling.

Aksi brutal Belanda itu dimulai pada 11 Desember 1946 setelah Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Van Mook, memaklumkan keadaan darurat perang di sebagian besar daerah Sulawesi Selatan, meliputi kota praja Makassar, Afdeling Makassar, Bonthain (Bantaeng), Pare-Pare, dan Mandar.

Atas perintah Jenderal S. Poor, Panglima KNIL di Jakarta, maka Komandan KNIL di Sulawesi Selatan, Kolonel H.J. de Vries mengeluarkan surat perintah harian pada 11 Desember 1946 kepada seluruh jajaran tentara Belanda di bawah komandonya agar serentak menjalankan operasi pengamanan.

Baca Juga

Operasi dilakukan berdasarkan keadaan darurat perang dengan melakukan tindakan tegas, cepat dan keras, tanpa kenal ampun dengan melaksanakan tembak di tempat tanpa proses.

Operasi pembersihan dan pembunuhan yang dipimpin Westerling berlangsung selama kurang lebih lima bulan, sampai ditariknya kembali pasukan Westerling dari Sulawesi Selatan pada 22 Mei 1947.

Diperkirakan sekitar 40.000 rakyat Sulawesi Selatan terbunuh, sehingga peristiwa itu disebut Peristiwa Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya