Jembatan di Gilimanuk Ambruk, Pemasok Sembako Menjerit

Beban biaya transportasi membengkak akibat jalur memutar yang harus dilalui truk pengangkut logistik bertonase besar.

oleh Yudha Maruta diperbarui 27 Jan 2016, 23:06 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2016, 23:06 WIB
Truk sembako
Awak truk sedang membongkar muatan bahan pokok di Denpasar, Bali. (Liputan6.com/Yudha Maruta)

Liputan6.com, Denpasar - Ambruknya Jembatan Dangin Tukadaya, Jembrana, Bali, mulai dirasakan dampaknya oleh distributor kebutuhan pokok di Denpasar.

Mereka tidak bisa mengelak dari makin membengkaknya beban biaya transportasi akibat jalur memutar yang harus dilalui truk pengangkut bertonase besar.

Sebab sejak putusnya jembatan penghubung jalur utama Denpasar-Gilimanuk tersebut, kendaraan besar diharuskan memutar melalui jalur Singaraja.

Namun tidak semua kendaraan besar bisa melewati jalur Singaraja via Bedugul, yang terlalu curam dan banyak tikungan tajam.

Truk berbadan panjang harus melewati jalur Karangasem, yang jaraknya bisa 2 kali lipat jarak normal. "Biayanya banyak pak, banyak sekali ini," ucap Nyoman Santajaya, seorang distributor kebutuhan pokok di Denpasar, Rabu (27/01/2016).

Pria paruh baya ini mengungkapkan, sejak ambruknya jembatan tersebut, pihak pengelola transportasi langsung minta kenaikan harga.

"Kalau dulu dari Surabaya ke Denpasar biayanya Rp 210 per kilogram, sekarang menjadi Rp 290 per kilogram, itu untuk truk besar," imbuh Santajaya.

Biaya tersebut dikenakan pada seluruh kebutuhan pokok seperti gula, tepung, minyak goreng dan kebutuhan lainya.
 
Tidak hanya truk besar, truk kecil juga menaikkan tarif transportasi. Biasanya Rp 230 per kilogram, kini naik bisa mencapai Rp 320 setiap kg.

"Kan jalurnya memutar pak, jadi biayanya juga ikut naik," beber Santajaya.
 
Akibat lonjakan biaya transportasi, kenaikan harga pun tidak bisa dielakkan. Santajaya pun memutuskan kenaikan harga untuk seluruh kebutuhan pokok mencapai maksimal 30 persen.

"Maksimal itu pak, tapi jika ada yang minta turun ya mau gimana lagi. Saya tidak bisa nolak yang penting barang ada di pasaran, tapi kita rela nanggung rugi," kata Santajaya.

Namun dari sejumlah kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan, harga beras justru tetap stabil. Selain bisa dipenuhi dari pasokan lokal, Santajaya mengatakan transportasi beras juga lebih mudah.

"Kalau beras kan bisa pakai kendaraan kecil pak. Bisa lewat jalur alternatif," tutup Nyoman Santajaya.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya