11 Harimau Stres Berkeliaran di Bengkulu

Dalam kondisi lapar dan stres, para harimau mulai masuk kampung dan mencari apapun yang bisa dimakan.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 29 Jan 2016, 20:10 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2016, 20:10 WIB
20160129-Harimau Sumatera di Bengkulu
Giring, seekor Harimau Sumatra (panthera tigris sumatrae) yang berada di kandang milik BKSDA Bengkulu, belum siap dilepasliar dan dalam tahap rehabilitasi di Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putra)

Liputan6.com,Palembang - Sepanjang 2015 tercatat 11 kasus harimau mengalami stres di Bengkulu. Kasus harimau stres tersebut menyebabkan 1 harimau tewas, yakni Elsa, seekor harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) yang mati di Taman Wisata Alam (TWA) Seblat Bengkulu Utara. 

Elsa stres karena memakan daging babi dan terjadi penimbunan lemak di tubuhnya. Kondisi harimau stres itu dipicu konflik antara manusia dan harimau di beberapa wilayah, khususnya di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara.

Secara kejiwaan, hewan yang lapar dan memiliki sifat liar alami serta ingin tetap bertahan hidup akan melakukan tindakan apapun, termasuk nekat memasuki kawasan pemukiman penduduk.

Kepala BKSDA Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan pembangunan pusat rehabilitasi di TWA Seblat. Harimau yang dalam kondisi stres akan dilatih oleh tim ahli termasuk dokter hewan di wilayah konservasi seluas 7.737 hektare tersebut.


"Kasus kematian Elsa akan kami jadikan pelajaran, apalagi wilayah Bengkulu sangat rentan dengan konflik antara harimau dan manusia. Kondisi stres baik bersumber dari stres psikologi maupun dari makanan harus bisa ditanggulangi terlebih dahulu sebelum harimau dilepas," kata Anggoro di Bengkulu, Jumat (29/1/2016).

Di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu saat ini masih ada seekor harimau bernama Giring yang ditangkar di Taman Wisata Alam Seblat. Harimau jantan berumur 6 tahun yang ditangkap dari Taman Buru Semidang Bukit Kabu Kabupaten Seluma itu belum siap untuk dilepas liar. Kondisi kejiwaannya belum stabil dan belum siap berhadapan dengan kerasnya kehidupan di alam liar.

Populasi harimau yang berada di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan saat ini terdata tidak lebih dari 100 ekor. Habitat harimau terganggu akibat desakan pembukaan lahan oleh masyarakat dan perusahaan kelapa sawit. Itu menyulitkan mereka mendapatkan makanan.

Dalam kondisi lapar dan stres, para harimau mulai masuk kampung dan mencari apapun yang bisa dimakan. Kawanan harimau juga tak jarang menyerang manusia pemilik hewan ternak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya