Misteri Meriam Terpotong di Benteng Somba Opu

Potongan meriam konon tersimpan di museum di Belanda. Sebagian warga menganggap kawasan itu wingit alias angker.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 17 Feb 2016, 23:32 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2016, 23:32 WIB
20160217-Benteng Somba Opu
Meriam terpotong di kawasan Benteng Somba Opu (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Makassar - Sejumlah cagar budaya terserak di Sulawesi Selatan, salah satunya Benteng Somba Opu di Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, tepatnya di Kampung Sapiria daun bundar atau Sapiria Lekoboddong.

Di kawasan tersebut ada sebuah pendopo yang di dalamnya terdapat potongan meriam terpotong. Warga setempat menyebut meriam itu mariang polonga. Warga juga menjaga suasana kawasan ini agar tidak ramai.

"Jangan lakukan hal-hal yang tidak senonoh kalau tak ingin celaka. Apalagi tidak memberi salam ketika lewat di sekitar pondopo," tutur Daeng Ngasseng, warga Kampung Sapiria Lekoboddong, beberapa waktu lalu.

Sebagian warga menganggap kawasan itu wingit alias angker. Dari pengamatan Liputan6.com, di pendopo terdapat kuburan sepanjang satu meter. Di bagian selatan terdapat ranjang dan kasur berikut tempat sesajen seperti baki untuk menaruh persembahan dan tempat membakar kemenyan.

 


Sedangkan pada bagian depan terdapat potongan bedil meriam sepanjang 1,5 meter yang disangga batu. Meriam inilah yang disebut mariang polonga. Konon sebagian dari potongan meriam ini ada pada museum di negeri kincir angin Belanda.

Daeng Ngewa, warga Kampung Sapiria yang pernah ikut dilibatkan dalam penggalian situs purbakala, mengisahkan pada masa abad ke-15 Kerajaan Gowa memiliki 2 buah meriam yakni meriam subhana dan meriam polong.

Mengutip sejarah turun termurun, dia menjelaskan, pada jaman perang dahulu pasukan Belanda menyerang dari arah Maccini Sombala. Pasukan Kerajaan Gowa mati-matian bertahan di Benteng Somba Opu.

"Selama 40 hari meriam ini terus menerus menyala dan memuntahkan peluru, hingga salah satu meriam terpotong," kata Daeng Ngewa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya