Ribuan Burung Hitam Menyerbu, Petani Aceh Kewalahan

Hama burung rimba dan walang sangit merepotkan petani Aceh jelang panen.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Mar 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2016, 09:00 WIB
Hewan paiaraan harga selangit
Burung Hyacinth Macaw merupakan yang terpanjang dari spesiesnya. (Wikipedia)

Liputan6.com, Lhokseumawe - Para petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, mengeluhkan banyaknya hama burung rimba dan walang sangit yang menyerang tanaman padi mereka menjelang panen.

Arjuna, Ketua Kelompok Tani Pusu Cut, Kecamatan Tangan-Tangan, di Blangpidie, Minggu mengatakan hama burung rimba dan hama walang sangit menjadi musuh utama karena menyerang tanaman padi petani di sawah.

"Bukan hama burung pipit biasa yang memakan padi petani, tetapi ini burung turun dari rimba ke lahan sawah secara berombongan. Burung ini kecil-kecil berwarna hitam pekat dan dalam satu rombongan mencapai ribuan ekor," kata Arjuna, dilansir Antara, Minggu 27 Maret 2016.

Menurut dia, para petani di daerahnya saat ini mengaku kesulitan dalam memberantas hama burung yang muncul bagaikan kawanan lebah sejak pagi hingga terbenam matahari.

"Bila tidak kita jaga, kawanan burung rimba ini, selain memakan butir padi yang sudah mulai keras, juga menghisap bulir padi muda, sehingga menyebabkan padi petani tidak mau lagi merunduk akibat kekosongan," kata ida.

Ia mengaku para petanui sudah melakukan berbagai upaya untuk memberantas hama burung tersebut, mulai dari membuat orang-orangan di sawah hingga membuat bunyi-bunyian, namun burung rimba tersebut masih tetap membandel.

"Jadi, solusi yang kami lakukan saat ini hanya dengan menjaga sejak keluar matahari hingga terbenam. Kami terpaksa harus tiap hari ke sawah. Jadi, kami tidak sempat mencari nafkah ke tempat lain," ujar Arjuna.

Selain burung rimba, kata dia, tanaman padi yang saat ini sudah rata-rata mengeluarkan malai juga diserang hama walang sangit akibat perubahan musim yang tidak menentu.

"Kami sudah berusaha melakukan semprotan pestisida tiap hari, namun hama ini masih juga tetap banyak, lebih-lebih sudah musim hujan makin bertambah banyak," katanya.

Ia berharap agar pemerintah segera menyalurkan obat-obatan untuk memberantaskan hama walang sangit yang kini sudah mulai merambah tanaman padi sawah milik petani dengan cara melakukan semprotan secara serentak.

"Jadi, untuk solusinya, pihak dinas harus memberikan obat dan memberikan perintah pada semua petani untuk semprot secara serentak baru hilang. Kalau tidak, hasil panen tahun ini bakal turun dari sebelumnya," katanya.

Sedangkan cara antisipasi burung rimba, lanjutnya, satu-satunya cara hanya dengan membuat jaring di atas hamparan tanaman padi, namun cara macam ini tentu membutuhkan anggaran yang lumayan besar.

"Penanggulangan hama burung rimba dengan sistem tradisional itu tidak efektif sama sekali, namun kalau dengan cara menjaga di sawah tiap hari ada sedikit membantu. Jadi, solusi terbaik hanya memasang jaring, tapi anggarannya terlalu besar," demikian Arjuna.

Demam Tanam Mangga

Sementara itu minat warga Kabupaten Aceh Utara untuk menanam pohon mangga meningkat. indikasinya banyak warga membeli bibit.

Saifuddin, penjual bibit mangga di Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara, mengatakan berbagai jenis bibit mangga unggulan ramai dilirik masyarakat, seperti mangga golek, endog, madu, dan mangga kweni.

"Pembeli bukan hanya warga di sekitar, tetapi ada juga yang dari luar kecamatan ini, bahkan ada yang datang dari Kota Lhokseumawe," kata Saifuddin.

Tanaman mangga umumnya ditanam di pekarangan rumah sebagai pohon pekarangan dan ada juga yang dibudidayakan secara khusus sebagai salah satu usaha perkebunan. Harganya sangat tergantung dari ukuran batang, mulai dari harga Rp20 ribu hingga ada yang mencapai Rp200 ribu/batang.

"Harga sangat tergantung dari pilihan tentang jenis mangga apa yang dibeli, harganya pun bervariasi dan sesuai dengan ukurannya, kalau yang berukuran kecil tentu harganya rendah," ujar dia.

Selain menyediakan bibit mangga, dia juga menyediakan bibit tanaman lainnya seperti jambu dan rambutan. Sebagian besar bibit jenis tanaman itu didatangkan dari Binjai, Sumatera Utara. Namun ada juga yang berasal dari hasil pengembangan bibit lokal.

"Untuk sekali pemesanan bibit tanaman dari luar Aceh, mencapai 400 jenis bibit. Baik bibit mangga maupun bibit jenis tanaman produktif lainnya," kata Saifuddin.

Ia menjelaskan pula, minat pembeli terhadap bibit tanaman produktif tersebut, tidak selamanya ramai. Namun sebagai penjual, ia harus selalu merawat tanaman supaya kualitasnya tetap terjaga dengan baik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya