Liputan6.com, Pekanbaru - Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Riau, yang ditetapkan sebagai kawasan paru-paru dunia dan cagar alam oleh UNESCO kembali terbakar. Kebakaran itu mengancam keberadaan satwa liar yang dilindungi.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Riau, Supartono, mengatakan pihaknya sudah meminta bantuan BPBD RIau untuk melakukan pengeboman air. Pihaknya khawatir kebakaran akan semakin meluas.
"Berdasarkan laporan dari petugas, ada tiga titik api yang terpantau di sana," kata Supartono, Senin, 4 April 2016.
Penyebab kebakaran hingga kini belum diketahui apakah karena faktor alam atau memang ulah manusia yang selalu merambah lokasi yang dikelilingi hutan tanaman industri itu.
"Namun, memang sepekan terakhir tidak ada hujan turun dan cuacanya beberapa hari belakangan panas," tutur Supartono.
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu Riau (CG-GSK-BB) merupakan salah satu dari tujuh cagar Biosfer yang ada di Indonesia. Cagar yang terkenal dengan hutan rawa gambut itu terletak di dua wilayah pemerintahan, yaitu Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak di Provinsi Riau.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menyatakan kebakaran hutan dan lahan tidak hanya membahayakan manusia. Menurut Sutopo, kebakaran menjadi bencana tahunan dan selalu terulang ini mengancam keberadaan satwa liar yang dilindungi.
Baca Juga
"Kebakaran mengancam kehidupan satwa seperti orang utan dan harimau," kata dia.
Cagar Biosfer GSK-BB terkenal dengan satwa liarnya seperti harimau sumatera, primata dilindungi dan ribuan jenis satwa liar lainnya yang berada dalam perlindungan negara.
Menyikapi kebakaran tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau menerbangkan satu unit helikopter asal Ruai, MI-8 guna melakukan bom air atau water bombing.
"Kita dapat informasi dari BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Riau bahwasanya di sana ada kebakaran yang sulit dijangkau lewat jalur darat," kata Kepala BPBD Riau Edwar Sanger.
Menurut Edwar, helikopter yang beroperasi sejak akhir Maret itu dipiloti warga Rusia dan telah melakukan 50 kali pengeboman air.
"Kebetulan di sekitar lokasi kebakaran ada sungai sehingga memudahkan petugas memadamkan kebakaran di sana," urai Edwar.
Sementara itu, Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru Marsekal Pertama Henri Alfiandi menyebutkan, water bombing masih dilakukan di kawasan taman nasional tersebut.
"Masih dilakukan. Kita kirim ke taman nasional yang terbakar akibat pembukaan lahan. Yang terbakar itu penyangganya," ucap Henri.