Bahaya di Balik Wi-Fi Gratis Taman Kota

Fasilitas smart city harus diiringi peningkatan kapasitas warga dan aspek keamanan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 13 Apr 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2016, 09:00 WIB
Taman Kota
Fasilitas wifi gratis taman kota menyimpan bahaya

Liputan6.com, Semarang - Upaya Semarang menuju model smart city sudah dimulai. Berbagai aplikasi pelayanan publik seperti pengurusan izin, pemantau kemacetan lalu lintas, hingga pemantauan anak jalanan dan gelandangan sudah dibuat.

Jaringan wi-fi di seluruh taman-taman kota juga sudah dibangun. Namun, taman dengan fasilitas wi-fi bebas ini menyimpan bahaya jika tak disikapi sejak dini.

Dari analisis Ibnu Dwi Cahyo, peneliti lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center), saat ini banyak yang tidak paham konsep smart city secara utuh. Menurut dia, smart city mempunyai keterkaitan dengan konsep Internet of Things.
 
"Itu adalah konsep di mana banyaknya perangkat pintar di masyarakat dan pemerintah harus bisa diintegrasikan. Contohnya, untuk membayar enggak perlu uang tunai, cukup pakai kartu, teknologi NFC maupun model pembayaran canggih lainnya," kata Ibnu.
 
Di banyak negara maju, kata dia, model pembayaran banyak yang menggunakan model Apple Pay dan Samsung Pay. Semarang sendiri juga sudah mulai menggunakan pola ini bagi sebagian kalangan.
 

 
Dia mengapresiasi Semarang yang sedang menuju ke arah smart city. Namun, kata dia, programnya masih perlu dibenahi. Sementara, yang ramai di publik adalah penggunaan wi-fi gratis di beberapa titik.

"Sebagai awalan, sebenarnya itu bagus. Tapi wi-fi publik yang gratis bukan berarti sebuah kota sudah berhasil menjadi smart city," kata Ibnu.
 
Alumnus Universitas Diponegoro itu menilai konsep smart city setidaknya harus ada dua hal, yaitu kemanfaatan dan juga keamanan. Pemberian wi-fi gratis untuk publik juga harus diikuti dengan keamanan yang layak.
 
"Saya khawatir, ketika taman-taman kota ada wi-fi gratis tanpa pengaman VPN misalnya, masyarakat yang mengakses wi-fi publik tersebut bisa jadi korban peretasan. Apalagi kalau bertransaksi elektronik dengan wi-fi tersebut, jelas ini berbahaya," kata Ibnu.
 
Sebaiknya, pembangunan smart city di Semarang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik saja. Edukasi keamanan cyber pada publik sebagai pengguna fasilitas juga penting.
 
"Pada saatnya, ketika infrastruktur sudah bagus, masyarakat enggak kaget. Ada wi-fi gratis, bayar tinggal pakai kartu atau smartphone, publik sudah tahu do and don’t-nya. Jangan sampai infrastruktur sudah jadi, masyarakat tidak tahu harus ngapain aja, repot jadinya," kata Ibnu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya