Perjuangan Siswa Ikut UN di Mobil Ambulans

Siswa SMP Pakem Yogyakarta tetap semangat mengerjakan UN di ambulans.

oleh Yanuar H diperbarui 11 Mei 2016, 13:00 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2016, 13:00 WIB
Ujian Nasional
Siswa ikut UN di ambulance

Liputan6.com, Sleman - Pagi pecah di kaki Merapi, Selasa 10 Mei 2016. Warga Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah meramaikan jalanan untuk beraktivitas. Di tengah kesibukan itu, suasana tenang terasa di halaman SMP 2 Pakem. Ujian Nasional (UN) tengah berlangsung.

Tak semua mengerjakan soal-soal UN di dalam kelas. Di sebelah Utara halaman depan sekolah tampak satu mobil Palang Merah Indonesia (PMI) dengan pintu terbuka. Seorang siswa sedang terbaring di atas tempat tidur dari kayu sembari sibuk membolak-balikan kertas UN dengan meja lipat dari kayu.

Siswa bernama Fitrian Ghaib Dewa Samudra ini harus mengerjakan UN di ambulans karena patah tulang di pangkal paha. Dia cedera saat bermain dengan teman-temannya di sekolah.

"Patah tulang di pangkal paha. Tetap semangat karena ingin lulus SMP," kata Dewa kepada Liputan6.com usai mengerjakan UN Selasa, 10 Mei 2016.

Pada Sabtu, 16 April 2016, Dewa  sedang bermain kejar-kejaran dengan temannya. Kakinya tersangkut di salah satu bagian gedung sekolah, dan dia terjatuh sampai cedera.

Dia pun hanya bisa terbaring di kasur. Namun, jadwal UN tak bisa ditunda. Melupakan rasa sakitnya, Dewa yang ditemani ayahnya Parjio Pradito dan ibunya, Linangkung Mastuti semangat tetap ikut UN.

Ia pun sudah menyiapkan semua kebutuhan UN termasuk mempelajari soal Matematika yang jadi momok baginya. Namun, halangan itu tetap dilaluinya karena UN menjadi proses dalam kehidupannya.

"Bisa alhamdulillah. Ada kesulitan pas hitung segitiga dan prisma," ujar Dewa.

Sang ayah, Parjio Pradito, setia menunggu anaknya ikut UN. Warga Wonogiri Pakem ini terlihat duduk di dekat mobil ambulans. Sesekali melihat anaknya yang tenang mengerjakan soal. Sesekali ia ke ruang guru dan kembali ke tempat duduknya dekat dengan dua pengawas.

Parjio mengaku sudah memberikan yang terbaik bagi anaknya.  Ia mendapat keterangan dari dokter jika kasus yang dialami anaknya cukup sulit sehingga perlu penanganan yang sempurna. Akhirnya Dewa dibawa ke RS Ortopedi Soeharso Solo dan dioperasi pada 19 April 2016 lalu.

"Pangkal paha lepas ibarat pang (cabang pohon) itu lepas. Dokter kesulitan. Awalnya tak bawa ke Panti Nugroho dirontgen hasil rontgen harus dioperasi," ujar Parjio.

Ia bangga karena anaknya tetap semangat dalam menghadapi UN ini. Walaupun hanya bisa terbaring di kasur, anaknya sering belajar baca buku dan sesekali melihat laptop miliknya.

"Tidak pernah down, dia itu selalu semangat. Kami orang tua selalu memberikan semangat dan melakukan apapun termasuk kesembuhannya demi masa depannya," kata dia.


Siswa SMP Pakem Yogyakarta UN di Ambulance (Liputan6.com / Fathi Mahmud)

Seorang guru SMP 2 Pakem Suparyadi mengaku jika pihak sekolah sudah menyiapkan satu tempat untuk siswanya ikut UN di dalam kelas. Namun melihat kondisi anak didiknya itulah, pihak sekolah membolehkan siswanya mengerjakan soal di ambulans.

Pihak sekolah memang mendukung bisa mengikuti UN bersama-sama temannya. Hal ini agar anak didiknya tidak terbebani jika harus mengikuti UN susulan.

"Agar tetap ikut UN susulan biar tidak beban. Tidak ada tambahan waktu begitu dibagikan ya sama waktunya. Semuanya 125 siswa," ujar dia.

Kepala Disdikpora Sleman Arif Haryono mengatakan setidaknya ada dua siswa di Sleman yang mengerjakan UN di luar kelas.  Satu siswa SMP 2 Ngaglik dan SMP 2 Pakem. Di Ngaglik, siswa tersebut mengerjakan UN di bangsal rumah sakit karena terkena penyakit DB.

Dia menyebutkan ada 14.521 siswa yang ikut UN. Sementara, sekolah yang mengikuti UN ada 136 buah dan lima sekolah lainnya bergabung dengan sekolah lain.

"Kalau ada siswa yang tidak mengikuti UN di kelas maka ada dua orang pengawas untuk mengawasi dan memberikan soal," kata Arif.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya