Asal-muasal Satai Maranggi Legenda Purwakarta

Karena kekhasannya, satai maranggi kini telah dijadikan sebagai ikon dan makanan khas Purwakarta.

oleh Abramena diperbarui 08 Jul 2016, 12:39 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2016, 12:39 WIB
Sate maranggi
Asal muasal sate maranggi dari Mak Ranggi

Liputan6.com, Purwakarta - Siapa yang bisa menolak sensasi satai maranggi? Makanan khas dari Purwakarta, Jawa Barat ini banyak dijajakan pedagang keliling, warung dan rumah makan.

Budayawan Sunda yang juga sebagai Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi bercerita tentang asal-muasal satai maranggi. Menurut dia, pada awalnya nama satai maranggi tercetus dari nama seorang penjual sate, bernama Mak Ranggi yang berjualan di daerah Cianting, Purwakarta.

‪"Awalnya nama satai maranggi itu berasal dari nama sang penjualnya, yaitu Mak Ranggi. Pada ratusan tahun lalu, Mak Ranggi sangat dikenal akan kelezatan satainya hingga menjadi buah bibir. Sehingga dengan tidak sengaja ketika menyebutkan satai pasti diakhiri dengan sebutan maranggi," ungkap Dedi Mulyadi.‬

Satai maranggi berbeda dari satai lain. Jika jenis satai lain langsung dibakar setelah setelah ditusuk, namun maranggi harus melalui beberapa tahapan lagi.

Yaitu melewati tahap perendaman dengan menggunakan aneka rempah yang bisa membutuhkan waktu hingga satu hari. Dan ketika akan dibakar, satai ini pun kembali diberi bumbu yang menjadi ramuan khusus.‬

"Tata cara pembuatannnya juga beda dari satai lainnya, maka dari itu satai maranggi hanya ada di Purwakarta. Kalaupun ada di daerah lain, itu hanya penyebaran saja," tutur Dedi.‬

(Abramena/Liputan6.com)

Salah satu yang menjual satai maranggi, yakni rumah makan Cibungur di ruas jalan utama Purwakarta-Cikampek, di Kecamatan Bungursari, Purwakarta.‬ Maranggi di warung sate tersebut, mempunyai cita rasa khas dengan resep andalan berupa bumbu ajaib, rempah 12.‬

Di rumah makan yang berdiri sejak 1991 itu, kita bisa menikmati beragam sajian satai maranggi. Mulai dari maranggi daging sapi, kambing atau domba, hingga ayam.‬

Sebanyak 700 kilogram daging dihabiskan setiap harinya di warung makan tersebut.

"Sekarang satai maranggi kan semakin dikenal, jadi omzet penjualan juga terus naik. Yang datang juga makin banyak," tutur pemilik rumah makan sate maranggi Cibungur, Yeti, Jumat (8/7/2016).‬

"Awalnya paling dalam sehari cuma habis satu kilogram daging."

Di rumah makan itu, satai marangginya dipatok dengan harga Rp 35 ribu per porsi. Setiap porsinya berisi 10 tusuk satai beserta bumbu kacang dan kecap, serta sambal tomat khas Cibungur.

‪Karena kekhasannya, satai maranggi kini telah dijadikan sebagai ikon dan makanan khas Purwakarta.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya