Liputan6.com, Makassar - Operasi gabungan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Direktorat Jenderal Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sulawesi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan, dan TNI berhasil menyita enam ekor satwa yang dilindungi.
Hewan yang diamankan tersebut merupakan enam burung yang diamankan dari rumah salah satu warga di Balang Baru, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulsel. Di antaranya satu si besar hitam atau kakatua raja, satu nuri kepala hitam, dua kakatua seram, serta dua nuri bayan yang merupakan salah satu burung paruh bengkok asli Indonesia dan dilindungi.
"Kami terbuka pada masyarakat, siapa saja bisa melaporkan pengaduan sehubungan dengan penemuan tumbuhan atau satwa dilindungi yang berada di luar habitat mereka. Termasuk perdagangan dan pemeliharaan satwa liar secara ilegal," kata polisi kehutanan BKSDA Sulsel Muh Rasul kepada Liputan6.com di Makassar, Sulsel, Jumat 29 Juli 2016.
Advertisement
"Karena baik kakatua raja dan nuri bayan termasuk salah satu burung yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999," dia menambahkan.
Baca Juga
Muh Rasul menjelaskan, kakatua raja atau kakatua hitam berbeda dengan jenis kakatua lainnya. Kakatua raja mempunyai bulu berwarna hitam serta jambul yang berwarna hitam pula. Ukurannya sangat besar hingga mencapai 70 cm.
"Saking langka dan dilindunginya karena kakatua raja adalah sebagai spesies kakatua terbesar di Indonesia. Di sejumlah daerah, kakatua raja disebut dengan berbagai nama yang berbeda. Seperti alkai (Aru), awehie (Membramo), kasmalas (Papua Barat-laut), Mampais (Doreh), Sangya (Sorong), dan Siong (Andai)," tutur dia.
"Sedangkan dalam bahasa Inggris burung paruh bengkok ini dinamai palm cockatoo, cape york cockatoo, great palm cockatoo, black macaw, great black cockatoo, atau goliath cockatoo," dia menjelaskan.
Muh Rasul mengatakan, selain bulunya yang berwarna hitam, ciri khas burung kakatua raja adalah saat terbang, bulu jambulnya terangkat tinggi (tegak berdiri). Dan suara kakatua raja saat memanggil dengan pekikan keras.
"Suaranya seperti ini, keeyaank, eeyohn, atau raah. Dan burung ini bisa siulan seperti uree uree uree yurrr dengan berirama," ujar Rasul.
"Sementara nuri bayan yang kami sita sudah ada yang pandai menjawab ketika diajak berinteraksi seperti ditanya di mana bos. Nuri ini menjawab di kantor bos," ucap Rasul.