Liputan6.com, Semarang - Rekor sapi terberat di Indonesia selama ini ternyata dipegang peternak dari lereng Gunung Merapi. Setelah memecahkan rekor dengan sapi Doraemon yang berbobot 1,15 ton dan sapi bernama Bagong berbobot 1,2 ton, Nur Waluyo (43) kembali memecahkan rekor.
Kali ini, sapi berjuluk Sembodo yang dirawatnya mencapai bobot 1,25 ton. Sementara satu sapi lainnya yang dinamai Bimo memiliki bobot 1,2 ton.
Warga Dusun Gowok, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, itu menuturkan, awalnya ia membeli Sembodo saat berusia 4 tahun dengan harga Rp 22,5 juta pada 2015.
"Sembodo ini hasil silangan sapi limousin, simental, dan PO. Saat ini panjangnya sudah 2,5 meter dan tinggi 1,6 meter," kata Waluyo kepada Liputan6.com, Kamis, 25 Agustus 2016.
Sementara sapi bernama Bimo dibeli saat masih berusia 3,5 tahun dengan panjang 2,5 meter dan tinggi 1,5 meter. Harganya masih Rp 23 juta dengan berat 500 kg. Setelah 14 bulan berlalu, bobot Bimo bertambah 700 kg menjadi 1.200 kg.
"Bulan lalu Bimo ditawar Rp 70 juta. Katanya mau untuk kontes di Kalimantan. Bimo ini saya hargai Rp 90 juta dan Sembodo Rp 80 juta. Bimo lebih mahal meski beratnya kalah dengan Sembodo karena kualitasnya lebih baik," tutur Waluyo.
Baca Juga
Pada 2015, dua ekor sapi hasil perawatan Nur Waluyo sebelumnya, yakni Doraemon dibeli warga Yogyakarta Rp 70 juta. Sementara Bagong yang memiliki berat 1,2 ton, dibeli pengusaha asal Tegal seharga Rp 67.500.000.
Resep Pembesaran Sapi
Apa resep utama sehingga peternak kaki Merapi itu mampu menghasilkan sapi terbesar di Indonesia?
Menurut Nur Waluyo, ia selalu memperlakukan sapi-sapi piaraannya secara manusiawi. Meskipun tidak seperti sapi pekerja yang sering digunakan untuk membajak sawah, Nur Waluyo secara rutin memijat sapi-sapinya.
"Agar pertumbuhan otot-ototnya bisa sempurna," kata Waluyo.
Selain itu, setiap hari sapi-sapi itu dimandikan. Cara memandikannya juga lembut. Tak seperti sapi-sapi lain yang kadang digosok dengan rumput atau sabut kelapa, sapi-sapi Waluyo dibersihkan dengan kuas lembut setiap harinya.
Makanan yang diberikan bukan sekadar rumput hijau, tapi juga ada makanan tambahan, yakni komboran (campuran ketela pohon yang dicacah, dedaunan sayur-sayuran dan air). Sapi Waluyo juga diberi ketela pohon secara mandiri, bekatul, dan garam.
"Ini bukan rahasia, saya berharap para peternak lain juga memperlakukan sapi secara manusiawi. Sapi-sapi itu juga saya beri buah pisang kluthuk batu dan ramuan empon-empon," kata Waluyo.
Pisang kluthuk batu banyak didapatkan di kaki Gunung Merapi yang tumbuh secara liar. Warga hanya memanfaatkan daaun-daunnya untuk pembungkus makanan karena daun pisang batu yang lentur.
Sementara, empon-empon adalah bahan jamu seperti kunyit yang berfungsi untuk antikembung, jahe untuk penghangat badan, kencur untuk mencegah radang.
"Selain itu empon-empon berfungsi menyehatkan sapi dan mengurangi kandungan lemak," kata Waluyo.
Minat mencoba? Belajarlah memanusiakan binatang.