Liputan6.com, Bandung - Jaringan prostitusi online melalui media sosial Twitter berhasil diungkap Polda Jawa Barat. Pertengahan Agustus 2016 lalu, polisi telah mengamankan dua orang tersangka yang diduga sebagai germo dan pemilik akun.
Wadir Reskrimsus Polda Jawa Barat AKBP Diki Budiman mengatakan setelah dilakukan patroli cyber, pihaknya mencurigai akun Bandung Agency @agencyladies. Setelah diselidiki, ternyata akun tersebut menjajakan perempuan-perempuan untuk dipasarkan.
"Kita mencurigai akun ini telah menjajakan perempuan-perempuan freelance untuk dipasarkan. Kemudian kami melakukan penyelidikan lebih lanjut setelah itu kita menemukan bahwa pemilik akun tersebut adalah saudara MIR dan NNU sebagai germo," kata Diki di Mapolda Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (1/9/2016).
Diki menuturkan, para calon pemesan perempuan di akun Twitter tersebut diwajibkan membayar uang pendaftaran sebesar Rp 500 ribu melalui rekening yang telah disiapkan MIR. Setelah itu, kata dia, calon pemesan akan diberikan nomor Whatsapp atau PIN BBM untuk memilih perempuan-perempuan yang dijajakan.
Setelah sepakat soal harga, kata Diki, pemesan bertemu dengan perempuan dan tersangka di hotel yang telah disetujui. Calon pemesan terlebih dahulu membayar separuh uang jasa kepada tersangka sebagai tanda jadi.
"Mereka memilih lalu mentransfer uang ke rekening yang sudah disiapkan oleh pemilik akun. Kemudian setelah ditransfer setengah harga, mereka janjian kapan ketemu di mana, kemudian nanti perempuan itu diantar ke hotel. Setelah bermain, si pelanggan memberikan uang kekurangan kepada si perempuan itu," tutur Diki.
Menurut dia, tersangka MIR dan NNU mendapatkan 30 persen dari setiap PSK yang dipesan pelanggan. Bahkan, kata Diki, para tersangka mendapatkan keuntungan puluhan juta setiap bulannya.
Baca Juga
"Ada pun yang didapat dari transaksi itu, pemilik Bandung Agency atau tersangka ini mendapatkan 30 persen. Mereka ini kelas middle low, jadi setiap satu transaksi berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp 5 juta untuk short time, untuk full day atau long time Rp 7-8 juta. Mereka sudah beroperasi selama satu tahun," jelas dia.
Dia mengatakan, para perempuan yang dijajakan melalui Bandung Agency itu berumur 19 sampai 25 tahun. Profesinya macam-macam ada mahasiswi, tidak ada pekerjaan, ada juga SPG. Jaringan Bandung Agency, kata dia, juga ada di beberapa kota besar lainnya.
"Kemudian jaringan ini tidak hanya ada di Bandung, tapi ada di kota-kota besar lainnya, setiap kota mereka (Bandung Agency) punya agen-agen. Bandung, Jakarta, Medan, Surabaya, kemudian kota besar lainnya. Ada beberapa kota yang sudah kita identifikasi, ada agen-agen yang sudah disiapkan. NNU adalah agen yang ada di Bandung," jelas dia.
Saat ini, lanjut dia, pihak kepolisian tengah menyelidiki kota-kota besar yang merupakan jaringan agen dari Bandung Agency tersebut. Sementara untuk Kota Bandung, kata Diki, agen itu memiliki sebanyak 19 orang perempuan.
"Yang sudah kita identifikasi Bandung dan Jakarta ada 19 perempuan, namun untuk di daerah-daerah lain masih dalam penyelidikan kepolisian. Untuk tersangka lainnya, kita masih lakukan penyelidikan lebih lanjut, karena kita sedang bidik middle high," ucap dia.