Saat Polisi Terjepit di Antara Konflik Lama Warga 2 Desa Nelayan

Konflik lama antar-dua desa nelayan itu menyinggung soal jaring ikan.

oleh M Syukur diperbarui 30 Des 2016, 21:21 WIB
Diterbitkan 30 Des 2016, 21:21 WIB
Kampung Nelayan Belawan, Medan, Sumatera Utara.
Ilustrasi kampung nelayan.

Liputan6.com, Pekanbaru -‎ Sebuah gudang ikan dan tiga kapal di Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, dibakar ratusan nelayan dari Desa Mungtai. Amarah nelayan dari desa tetangga itu dipicu aksi penabrakan kapal yang diduga dilakukan nelayan dari Desa Bantan Air.

Puluhan personel Polsek Bantan yang mencoba menenangkan massa tak bisa berbuat apa-apa. Dengan membawa senjata tajam, nelayan yang sudah beringas hampir menyerang polisi‎.

"Peredaman massa ini dipimpin Kapolsek Bantan AKP Yuherman. Petugas sudah mencegah supaya massa tak membakar," kata Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo, Kamis  petang, 29 Desember 2016.

Guntur menerangkan kejadian bermula saat kapal yang dibawa anak buah pria berinisial ED melihat kapal tongkang dari Desa Mungtai melaut pada Rabu, 28 Desember 2016. Diduga ada masalah sebelumnya, anak buah ED langsung menabrakkan kapalnya ke kapal nelayan dari desa tetangganya itu.

Akibatnya, kapal yang dibawa pria berinisial EJP tenggelam. Bukannya menolong, si penabrak langsung kabur. EJP bisa menyelamatkan diri setelah dibantu nelayan dari desa tetangganya.

"Konflik nelayan dari dua desa berbeda ini sudah berlangsung lama. Pemicunya penggunaan jaring besar oleh nelayan dari Desa Bantan yang diduga mengurangi pendapatan dari Nelayan Desa Mungtai karena menggunakan jaring kecil," kata mantan Kapolres Pelalawan ini.

Hal itu membuat ratusan nelayan dari Desa Mungtai marah. Mereka kemudian mendatangi nelayan di Desa Bantan. Bentrokan tak dapat dihindari‎ membuat sebuah gudang ikan dan tiga kapal di Desa Bantan dibakar.

"Tidak ada korban jiwa. Saat ini, kondisi mulai kondusif dan akan dilakukan mediasi untuk menghindari hal tak diinginkan," kata Guntur.

Menurut Guntur, antara dua kelompok ini sudah sering terjadi gesekan. Hal itu dimulai dari penggunaan jaring besar oleh nelayan Bantan, sementara ‎nelayan Mungtai hanya menggunakan kapal kecil dan jaring kecil pula.

Selain dipicu jaring, konflik juga sering terjadi karena satu desa selalu masuk ke kawasan penangkapan ikan desa lainnya. "Hal ini mengurangi pendapatan ikan nelayan Mungtai dan membuatnya marah," kata Guntur.

Sebelum bentrokan ini terjadi, nelayan Mungtai juga pernah mengamankan kapal dari nelayan Bantan dan membakarnya. Kondisi ini semakin meruncingkan konflik.

"Nanti akan dimediasi, dibentuk tim mediasi, dicarikan solusinya. Tokoh masyarakat dari kedua belah pihak akan dipertemukan, begitu juga dari unsur pemerintahnya," kata Guntur.

Menjelang mediasi dilakukan, Guntur meminta kedua kelompok nelayan menahan diri dan tidak melakukan tindakan yang bisa memicu bentrokan. "Jangan sampai melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri," ucap dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya