Demi Jadi Sentra Produksi Cabai, Banyuwangi Gandeng Belanda

Belanda berjanji menanam cabai unggulan di wilayah utara Banyuwangi.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Feb 2017, 08:31 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2017, 08:31 WIB

Liputan6.com, Surabaya - Kabupaten Banyuwangi terus memantapkan diri sebagai sentra produksi cabai nasional dengan menyiapkan ratusan hektare lahan di wilayah Kecamatan Wongsorejo. Pengembangan tanaman cabai di Banyuwangi akan melibatkan Belanda yang dikenal sebagai salah satu negara dengan teknologi pertanian terbaik di dunia.

"Alhamdulillah, hari ini kami bertemu perwakilan Benelux Chamber of Commerce, teman-teman Kadin Belanda, yang didampingi Komite Tetap Hortikultura Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari humas Pemkab Banyuwangi usai pertemuan di Banyuwangi, Jumat, 17 Februari 2017.

Anas menambahkan, dengan melibatkan Belanda dalam pengembangan budidaya cabai, Pemkab Banyuwangi berharap dibangun juga aspek hilirnya. Artinya, hasil cabai akan langsung diolah yang bisa memberi nilai tambah ke petani dan pelaku usaha.

"Jadi di wilayah utara itu nanti basisnya agroindustri. Kan untuk kawasan industri di sana sudah susah karena permasalahan lahan dan kami menyerap aspirasi publik. Jawabannya agar ekonomi tetap bergerak adalah industri berbasis pertanian atau agroindustri yang bernapaskan pemberdayaan petani," tutur Anas.

Anas menerangkan, pemilihan lokasi utara Banyuwangi sebagai sentra agroindustri cabai karena wilayah itu relatif kering. Iklim tersebut cocok untuk budidaya cabai dan terbukti dengan sistem irigasi hemat air yang sudah dijalankan selama ini.

"Itu berhasil cukup bagus. Dengan teknologi Belanda ini akan semakin baik lagi," ucap Anas.  

Di Banyuwangi, luas lahan yang digunakan untuk produksi cabai terus meningkat. Pada 2010, luas lahan cabai 1.003 hektare, meningkat menjadi 1.254 hektare pada 2015. Demikian pula luas lahan cabai kecil meningkat dari 2.298 hektare menjadi 2.970 hektar.

Dari sisi produksi, pada 2010, produksi cabai baru berkisar 5.997 ton, lalu melonjak 144 persen pada 2015 menjadi 14.684 ton. Adapun produksi cabai kecil stabil di kisaran 21.000 ton.

"Produktivitas cabai Banyuwangi termasuk yang tertinggi di Indonesia," ujar Anas.

Sementara itu, Ketua Komite Tetap Holtikultura Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Karen Tambayong menyatakan pihak Belanda bakal mengembangkan cabai unggulan.

"Mengapa kami memilih Banyuwangi? Karena kami melihat pertanian di sini sangat maju. Maka dengan menggandeng Kadin dari Belanda, kami ingin menanam bibit unggulan yang telah dikembangkan menggunakan teknologi pertanian Belanda di Banyuwangi," kata Karen.

Semua proses, kata dia, berdasarkan teknologi pertanian modern berbasis hitungan matematika, ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan pengolahan pangan.

Executive Director Indonesian Benelux Chamber of Commerce Peter A. Halm menambahkan, Belanda siap mengembangkan pertanian Banyuwangi.

"Kami sudah lama mendengar kebaikan-kebaikan serta potensi yang dimiliki Banyuwangi. Ini mengapa kami bekerja sama dengan Kadin Indonesia ingin mengembang industri pertanian di sini," ucap Peter.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya