Liputan6.com, Yogyakarta - Ratusan pelajar dari berbagai sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar flash mob di Alun-Alun Selatan Yogyakarta, Selasa 28 Maret 2017Â sore. Aksi berupa gerak dan teatrikal digelar sebagai bentuk keprihatinan pelajar di Yogyakarta terhadap maraknya klithih yang kian meresahkan dan sudah menelan korban jiwa.
Mereka membentuk formasi di utara beringin kembar Alun-Alun Selatan Yogyakarta, dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama menaikkan kertas berwarna merah, kelompok kedua kertas berwarna putih, dan kelompok ketiga mengangkat kertas berwarna merah.
Advertisement
Baca Juga
Jika dilihat dari atas, kertas tersebut membentuk kalimat "Ayo Akur Dab". Ayo akur dab merupakan ajakan dalam bahasa Jawa yang artinya mengajak damai. Gerakan kertas diiringi dengan lagu Jogja Istimewa-Jogja Hip Hop Foundation.
Flash mob berlanjut ke babak kedua. Para pelajar berpindah lokasi ke selatan beringin kembar dan bergerak di bawah bendera merah putih raksasa.
Acara bertajuk "Ayo Akur Dab" ini merupakan gerakan pelajar Jogja yang peduli terhadap persoalan kerukunan antar-siswa di Yogyakarta. Tujuannya, mengajak seluruh pelajar Jogja menjaga kerukunan dan persatuan agar terwujud suasana nyaman di Kota Pelajar.
Aksi ini diikuti sekitar 600 pelajar dan diinisiasi oleh Forum Komunikasi Pengurus OSIS (FKPO) Jogja, Forum Komunikasi Pencinta Alam (FKPPA), dan Forum Antar-Rohis (Farohis).
"Fenomena klithih bukan hanya tanggung jawab pelajar dan sekolah, tetapi juga merupakan tanggung jawab kita bersama," ucap Fathin Difa selaku Ketua FKPO Jogja, Selasa, 28 Maret 2017.
Adapun Perwakilan FKPPA DIY Pungkas M. Naufal menuturkan ada tiga hal yang mendasari gerakan "Ayo Akur Dab!" Yakni, akur nang omah, akur nang sekolah, dan akur kekancan.
Akur nang omah berarti damai di rumah mengingat faktor utama yang mendorong terjadinya kekerasan adalah ketidakakuran di lingkungan keluarga. Karena itu, hak anak atas rasa nyaman, aman, dan damai harus dipenuhi.
Demikian pula dengan akur di sekolah perlu ditumbuhkan lewat suasana belajar-mengajar yang menghargai sesama, keberagaman, dan berbudi. Sementara akur dalam pertemanan perlu ditumbuhkan untuk mencegah tindak kekerasan. Apabila ada teman yang berniat berbuat kekerasan, maka didekati dan diajak mengikuti kegiatan yang positif.
"Ibarat keran, potensi pelajar Jogja adalah air, sehingga wadah-wadah berbentuk kegiatan positif yang dapat menampung potensi, minat, bakat, serta energi muda pelajar harus terus dikembangkan," ujar dia.
Sebelumnya, Jogja Police Watch (JPW) mencatat setidaknya ada delapan kasus kekerasan brutal di jalan atau klithih oleh pelajar di Yogyakarta dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Empat kasus di antaranya mengakibatkan korban tewas.