Suka-Duka Pengantin Sahur, Wajib Begadang hingga Jadi Tontonan

Tradisi pengantin sahur telah berlangsung puluhan tahun di kawasan perbatasan antara Riau dan Jambi, bahkan sampai dilombakan.

oleh Bangun Santoso diperbarui 09 Jun 2017, 15:21 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2017, 15:21 WIB
Suka Duka Pengantin Sahur, Wajib Begadang hingga Jadi Tontonan
Pasangan pengantin sahur sebelum diarak keliling desa

Liputan6.com, Jambi - Bulan suci Ramadan menjadi bulan paling ditunggu warga pesisir timur Jambi, tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Warga di beberapa desa di daerah ini memiliki cara unik untuk membangunkan warga makan sahur.

Bukan seperti kebiasaan menggunakan bunyi-bunyian, menabuh beduk atau semacamnya, tetapi dengan mengarak pasangan pengantin hampir semalaman mulai dari pukul 00.00 WIB hingga menjelang waktu sahur sekitar pukul 03.00 WIB.

Tak hanya satu pasangan pengantin, tetapi ada beberapa pasang, tergantung kelompok warga yang ada. Tradisi ini biasa disebut pengantin sahur.

Amrizal (45), salah seorang warga Lambur, Kecamatan Muarasabak Timur, Kabupaten Tanjabtim mengatakan, tradisi tersebut sudah berlangsung lama, puluhan tahun silam.

"Kurang tahu pastinya sejak kapan, tapidari saya kecil sudah ada," ujar Amrizal saat dihubungi, Kamis malam, 8 Juni 2017.

Menurut dia, pengantin yang diarak tersebut bukan pengantin dalam arti sebenarnya, melainkan dua orang yang didandani layaknya pengantin. Pasangan ini kemudian diarak keliling desa diiringi musik khas Islam. Nah, iring-iringan pengantin ini nantinya berkeliling sembari membangunkan warga sahur.

"Setiap Ramadan kita adakan pengantin sahur. Biasa setiap rukun warga mengirim minimal satu pasang pengantin untuk diarak. Jika panitia aktif, acara ini bisa digelar seminggu sekali selama Ramadan," ujar Amrizal menjelaskan.

Abdul Hamid (47), warga Lambur yang berasal dari Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau mengatakan, tradisi pengantin sahur tak hanya ada di Kabupaten Tanjabtim. Banyak juga warga di Tembilahan yang menggelar tradisi serupa.

Di sebagian desa di perbatasan Jambi dengan Provinsi Riau, tradisi pengantin sahur sudah menjadi ritual tahunan

Di sana, kata Abdul, bahkan lebih semarak lagi. Ajang mengarak pengantin sahur ini sudah menjadi tradisi tahunan yang dilombakan antar-kelompok warga.

Kabupaten Tanjabtim merupakan daerah di pesisir timur Jambi yang berbatasan dengan Kabupaten Inhil, Riau. Bedanya, jika di Tanjabtim pengantin yang dirias benar-benar pasangan laki-laki dan perempuan, di daerah Tembilahan pengantin yang dirias adalah sepasang laki-laki.

"Jadi dua-duanya laki-laki, tapi yang satu dirias layaknya perempuan," ucap Abdul.

Namun secara umum, tujuan arakan pengantin sahur adalah untuk menyemarakkan bulan Ramadan sekaligus membangunkan warga makan sahur. Baik di Tanjabtim maupun di Tembilahan, tradisi tersebut cukup menyita perhatian warga. Banyak warga dari luar daerah sengaja datang untuk melihat tradisi tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya