Resep Panjang Umur Orang-Orang Berusia 100 Tahun Lebih

Manusia-manusia tertua di Indonesia punya resep pribadi untuk menjaga kesehatannya. Pengelolaan pikiran dan hati adalah kunci.

oleh Eka HakimFajar AbroriYanuar HPanji Prayitno diperbarui 06 Sep 2017, 13:32 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2017, 13:32 WIB
Nenek 117 Tahun
Ada resepo obat yang selalu digunakan oleh wanita tua berusia 117 tahun bernama Suparni. (Liputan6.com/Yanuar H).

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang mendapat karunia umur panjang hingga berusia 100 tahun lebih. Orang-orang tertua semacam ini juga ada di Indonesia. Mereka punya resep, obat, atau makanan yang jadi andalannya selama menggenggam hidup.

Suparni yang berusia 117 tahun misalnya. Wanita tua asal Desa Sadang, Kelurahan Tanjungharjo, Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, ini selalu mengandalkan obat yang disebutnya obat Jawa. Bedak ini juga digunakannya untuk mengobati luka.

"Pernah luka di tangan cuma sampai rumah dikasih bedak terus diikat. Ini ada di Giwangan. Bedak es, ini ndak gatel, cepat kering. Itu obat Jawa," ujarnya dalam bahasa Jawa ketika ditemui pada Juli 2017.

Suparni mengaku pernah mengalami kecelakaan ditabrak motor dan menyebabkan dia mengalami patah tulang di bagian bahu. Saat dibawa ke rumah sakit, dokter memintanya untuk istirahat dan minta bantuan orang lain jika bangun atau bergerak. Namun, semua masalah itu dapat diselesaikan sendiri dengan caranya, termasuk dengan bedak Jawa itu.

"Dokter bilang kalau mau bangun suruh orang lain bangunin. Kok, percuma bisa bangun sendiri. Jadi, kalau bangun tidur diludahi tiga kali, sudah itu saja," katanya.

Suparni pernah mengalami luka akibat kena cangkul di bagian kaki yang membuat tiga otot kaki bagian atasnya terpotong. Saat itu memang banyak keluar darah, tapi ia terus mengambil obat itu dan dibalut dengan kain bersih. Tidak butuh lama, luka itu mampu sembuh dalam hitungan dua minggu.

Namun baginya, obat terpenting dari semua masalah yang dialaminya adalah berpikir positif. Dengan begitu, ia tidak pernah merasakan kesusahan yang berarti hingga panjang umur.

"(Pusing) ndak pernah. Mikir kalau berlebihan malah darah tinggi. Dibikin santai saja. Kalau ndak punya ya, ndak punya saja, nyantai," ujarnya.

Tukiyem (65), anak pertama nenek 117 tahun itu mengakui, ibunya pernah terkena cangkul dan membuat kakinya berdarah, sehingga banyak darah yang keluar. Namun, ibunya memiliki cara sendiri dalam mengobati lukanya.

"Dikasih bedak itu sama di-uyuhi (dikencingi) sendiri. Pagi itu biasanya di-uyuhi. Dua minggu sembuh, tuh," ujarnya.

Sabar dan Nerimo ala Mbah Gotho

Ngobrol dengan Mbah Gotho Kini Tak Usah Berteriak
Sebelumnya, keluarga harus berteriak tepat di telinga untuk bicara dengan Mbah Gotho. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Tanpa janjian, resep sehat dengan pikiran positif juga dijalankan Sodimejo atau biasa dipanggil dengan sebutan Mbah Gotho. Berdasarkan rekam data administrasi kependudukan KTP, Mbah Gotho lahir pada 31 Desember 1870 dan meninggal pada April 2017, alias sempat berusia 146 tahun.

Bertahan hingga usia itu, Mbah Gotho memiliki resep sederhana untuk menjalani hidup. "Resepnya itu cuma sabar lan nrimo (sabar dan syukur), " kata Mbah Gotho kala masih hidup saat ditemui di rumahnya, di Dusun Segeran, Desa Ceeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah, Selasa, 23 Agustus 2016 .

Resep itu terbukti ampuh. Meski sudah senja, ia terlihat jarang sakit berat. Seperti disampaikan salah satu cucunya, Suryanto.

"Selama dua puluh tahun saya merawat Mbah Gotho ini tidak pernah dibawa ke rumah sakit. Kalau sakit itu paling cuma masuk angin atau kecapaian, " kata Suryanto.

"Kalau soal makanan, Mbah Gotho ini tidak pernah rewel. Makan apa saja pasti mau. Minum es teh masih bisa. Tapi sejak tiga bulan ini harus disuapi saat makan. Harus dimandikan karena sudah benar-benar tua."

Dalam sejarah hidupnya Mbah Gotho memiliki empat istri. Seluruh istrinya ini sudah meninggal, termasuk anak-anaknya. Sepengetahuan Suryanto, Mbah Gotho ini ditinggal istrinya yang terakhir pada 1988.‎

"Jika dihitung-hitung turunan keluarga Mbah Gotho itu sudah empat kali. Anak, cucu, cicit, dan canggah. Anak-anaknya sudah tidak ada. Ini yang ada tinggal cucu, cicit, dan canggah," ucap Suryanto.

Kemampuan indra penglihatan Mbah Gotho saat itu memang sudah menurun. Meski demikian, dia masih bisa menanggapi pembicaraan. Terlebih jika diajak ngobrol tentang masa-masa lalu, mulai dari pengalamannya saat zaman penjajahan ataupun saat ia berburu ikan di sungai.

Puasa Senin Kamis Nenek Masniah

Perjalanan Nenek 106 Tahun Berjualan Keliling dari Zaman Belanda
Nenek Masniah si penjual keliling dari zaman penjajahan Belanda itu mengalami perjalanan kemerdekaan bangsa hingga memasuki abad milenium. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Rahasia umur panjang juga diungkapkan Nenek Masniah (106) yang masih terlihat bugar saat melayani pembeli. Penjual keliling sejak era penjajahan Belanda itu mengaku hampir tidak pernah sakit parah sepanjang hidupnya.

"Kalau flu, demam, sama batuk mah biasa. Tinggal diistirahatkan saja dulu sama minum-minuman tradisional," kata Masniah, Kamis, 23 Maret 2017.

Masniah menuturkan semasa muda, ia sosok yang anti mengonsumsi obat-obatan berbahan kimia. Sebagai pengganti obat, Masniah muda mengonsumsi jahe di sela aktivitasnya.

Dia mengatakan, jahe tersebut diparut kemudian dicampur gula merah. Setelah dicampur gula merah, jahe tersebut ditumbuk di atas mangkok. Campuran jahe tersebut, diseduh dan disaring air hangat dan olahan jahe tersebut siap untuk diminum.

"Minumnya jangan setiap hari cukup dua kali dalam satu minggu. Terus airnya jangan panas sekali, nanti kasihan di badan," tutur dia.

Dalam keseharian, Masniah mengaku selalu menjaga makanan yang akan dikonsumsi. Ia lebih sering makan pisang dicampur dengan cabai. Selain itu, Masniah juga rajin berpuasa Senin-Kamis.

"Puasa Senin-Kamis, tapi bukanya sama nasi saja. Mandi selalu air hangat. Tapi sekarang, Emak sudah tua jadi tidak minum ramuan lagi," ujar dia.

Hingga memasuki usia ke 106 tahun, sang Nenek sudah punya tujuh suami. Bersama Karduyun, suami ketujuhnya, Masniah pada usia 66 tahun memutuskan untuk beralih profesi menjadi pedagang nasi lengko khas Cirebon.

Kopi Pahit tanpa Gula

Laporan terbaru Liputan6.com tentang manusia tertua adalah tentang Nenek Dewi, warga Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Sombaopu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Usianya mencapai 116 tahun. Badannya masih sehat dan bugar, meski seluruh rambutnya telah memutih.

Nenek Dewi jarang sakit. Indra penglihatan dan pendengarannya bahkan masih berfungsi dengan baik.

"Penglihatan dan pendengarannya masih normal. Memang, ia agak pikun," kata Lurah Romang Polong, Syamsuddin, usai mengunjungi kediaman Nenek Dewi, Rabu (6/9/2017).

Syamsuddin menduga, resep sehat ala Nenek Dewi adalah kopi hitam tanpa gula. Setiap hari, nenek usia seabad lebih itu, selalu minta kepada cucunya untuk dibuatkan kopi hitam tanpa gula.

"Nenek jarang meminta makan, tapi mintanya hanya kopi hitam tanpa pemanis gula. Itu yang diminum setiap hari hingga memasuki usia 116 tahun," ujarnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya