Liputan6.com, Malang - Ratusan ribu wisatawan menjejakkan kaki ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) setiap tahun. Taman nasional itu pun terus dibenahi sarana dan prasarana pendukungnya. Hal itu diyakini tak akan merusak konservasi di taman nasional tersebut.
Kepala Balai Besar TNBTS, John Kennedie mengatakan, taman nasional seluas 52 ribu hektare itu dibagi menjadi tiga zonasi. Pembagiannya adalah zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Nah, zona pemanfaatan inilah yang boleh dikunjungi wisatawan.
"Luas zona pemanfaatan tak lebih dari sepuluh persen dari luas kawasan keseluruhan. Kalau zona inti tentu tak boleh disentuh karena untuk konservasi," kata John di Malang, Jawa Timur, Rabu, 6 September 2017.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan data BB TNBTS, jumlah wisatawan di tahun ini sampai dengan Juli lalu tercatat ada sebanyak 11.234 wisatawan mancanegara dan 339.825 wisatawan Nusantara. Sampai akhir tahun nanti, angka kunjungan wisatawan diperkirakan bisa mencapai lebih dari 500 ribu orang.
"Kami yakin konservasi tetap tak terganggu. Memang ada usulan membatasi kuota pengunjung," tutur John.
Tingginya kunjungan wisatawan itu sendiri menyumbang penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang cukup signifikan. Sejauh ini, dari target PNPB sebesar Rp 16,2 miliar, realisasinya sampai Juli lalu sudah mencapai Rp 11,7 miliar atau 72,75 persen.
"Saya malah optimistis sampai akhir tahun pendapatan kita bisa menembus Rp 20 miliar," ucap John.
Pemerintah pusat menetapkan sepuluh destinasi wisata nasional dengan empat di antaranya adalah taman nasional. TNBTS merupakan satu di antara empat taman nasional tersebut.
Tiap tahun sarana dan prasarananya terus dibenahi dengan anggaran di tahun ini sebesar Rp 13 miliar. Tahun depan anggaran renovasi sarana pendukung diusulkan sebesar Rp 26 miliar.
"Pengembangan taman nasional sebagai salah satu destinasi wisata nasional tetap tak akan berbenturan dengan konservasi," ujar John.