Trail Run, Cara Menyambut Pagi Lebih Syahdu

Trail run mengutamakan ketahanan daripada kecepatan. Pemanasan dalam trail run dimulai dengan lari pelan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 26 Okt 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2017, 06:00 WIB
Trail Run, Cara Bermartabat Menyambut Pagi
Seorang penggemar trail run melintasi track hutan pinus di Puncak Becici Imogiri, Bantul Jogjakarta. (foto: Liputan6.com/Freddy Santoso/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang Pernah mendengar kata Trail Run? Ini sebenarnya tergolong olahraga kekinian yang mengadopsi gaya hidup green life dan back to nature. Ia tak sekedar berlari, namun berlari dengan memilih track yang masih natural.

Rostian Gamananda dari Komunitas Playon Jogja bercerita kepada Freddy Santoso, Finalis Citizen Journalist Academy Semarang bahwa trail run dasarnya seperti lari seperti biasa. Bedanya hanya pada pemilihan jalur atau track saja.

Pemanasan bertujuan untuk mendapatkan oto yang rileks sehingga tak terjadi cedera. (foto: Liputan6.com/freddy santoso/edhie prayitno ige)"Jalur trail run yaitu di permukaan selain aspal bisa jadi tanah, bebatuan, pasir, hingga permukaan yang berair seperti pantai atau sungai," kata Rostian Gamananda, Rabu (25/10/2017).

Trail run mengutamakan ketahanan daripada kecepatan. Pemanasan dalam trail run dimulai dengan lari yang perlahan untuk mendapatkan kestabilan kecepatan tertentu yang dinginkan. Jadi trail run tidak terlalu mementingkan cepat sampai ke garis finish, namun ketahanan fisik dalam melintasi jalur alam yang bermacam-macam. Dalam trail run, yang utama adalah track yang bukan aspal. (foto : Liputan6.com/freddy santoso/edhie prayitno ige)"Bayangkan betapa asiknya saat kita olahraga sambil menikmati alam Indonesia yang luar biasa indah. Sehatnya dapat, pemandangannya dapat dan udara segarnya dapat sehingga fikiran semakin fresh," kata Rostiyan.

Yang utama ketika sudah memilih Trail Run sebagai pilihan berolahraga adalah dilakukan secukupnya. Tidak perlu berlebihan karena ditujukan untuk mendapatkan kebugaran tubuh, bukan mencederai diri. 

 Penulis: A. Fredy Santoso, finalis Citizen Journalist Academy EMP Semarang kelas Videografi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya