Gunung Agung Semburkan Abu Vulkanik, Embusan Bukan Letusan

Asap kelabu yang membumbung setinggi 2.200 meter dari puncak kawah membawa material abu vulkanik.

oleh Dewi Divianta diperbarui 08 Des 2017, 10:15 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 10:15 WIB
Pengamatan Gunung Agung
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, di Pos Pengamatan Gunung Agung, Rendang, Karangasem, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar - Gunung Agung kembali memuntahkan material abu vulkanik, Kamis, 7 Desember 2017. Abu vulkanik itu disemburkan gunung setinggi 3.142 mdpl itu bersamaan dengan asap kelabu tebal setinggi 2.200 meter di atas puncak kawah.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi membenarkan gunung tertinggi di Bali itu memuntahkan materal abu vulkanik.

Namun, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, menegaskan abu vulkanik itu bukan dihasilkan dari letusan Gunung Agung. Devy menyebut abu tersebut dihasilkan karena proses embusan.

"Abu yang terlontar kita klasifikasikan sebagai embusan (bukan letusan),‎ karena didominasi oleh gas," kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Jumat (8/12/2017).

Meski menyemburkan abu vulkanik, Devy memastikan hal itu tak terlalu tebal dikeluarkan oleh Gunung Agung. Sebab, jika dilihat dari asap yang membumbung tinggi, masih didominasi berwarna putih. Warna itu mengindikasikan tebal dan tipisnya abu yang dimuntahkan.

Devy juga menyebut sebaran abu itu tidak mengganggu aktivitas penerbangan. Sebab, abu vulkanik itu jatuh tak lama setelah disemburkan ke udara.

"Dia jatuh di dekat puncak. Arah penyebaran abu itu masih di sekitaran kawah saja, jadi tidak mengganggu aktivitas penerbangan," ujarnya.

Menurut dia, antara abu yang dilontarkan oleh letusan dan embusan memiliki mekanisme berbeda. Klasifikasi abu yang tercipta karena embusan terjadi apabila masih didominasi oleh gas dan tak ada magma yang terfragmentasi.

"Yang dimaksud di sini artinya magma baru yang terpecahkan karena erupsi, maka kita sebut itu sebagai embusan asap," ujarnya.

Hal itulah yang terjadi pada siang kemarin. Itu sebabnya meski menyemburkan abu vulkanik Gunung Agung belum kembali dinyatakan erupsi.

Jika abu yang dikeluarkan karena erupsi akan disertai oleh naiknya magma baru ke atas dan terfragmentasi. ‎"Maka, itu kita sebut sebagai erupsi. Tapi kalau ditanya apakah ada abu siang tadi itu? Ya jelas ada abu, karena warnanya juga abu-abu tadi ya," katanya.

"Ada abu yang naik ke atas permukaan. Kalau kita lihat dia mengisi aliran-aliran sungai di hulu atau di dekat puncak Gunung Agung. Oleh karena itu, ke depan potensi yang perlu kita waspadai adalah saat hujan. Potensi lahar hujan ini perlu diwaspadai masyarakat yang tinggal di bantaran sungai," kata Devy menambahkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya