‎6 Berita Menggegerkan dari Riau Sepanjang 2017

Berikut beberapa peristiwa Top dari Provinsi Riau selama 2017.

oleh M Syukur diperbarui 28 Des 2017, 15:01 WIB
Diterbitkan 28 Des 2017, 15:01 WIB
Panti Asuhan Maut
Perwakilan dari Lembaga Perlindungan Anak Riau mengunjungi panti setelah meninggalnya salah satu penghuni secara tak wajar. Foto: (M Syukur/Liputan6.com)

Liputan6.com, Pekanbaru - Selama 2017, berbagai peristiwa terjadi di Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru dan beberapa kabupaten lainnya. Dari ragam peristiwa itu, ada beberapa kejadian yang menyita perhatian masyarakat pembaca Liputan6.com.

Berikut beberapa peristiwa TOP dari Provinsi Riau selama tahun 2017:

1. Kasus Panti Asuhan Maut

Akhir Januari 2017, warga Kota Pekanbaru dihebohkan dengan terungkapnya perlakuan tak layak terhadap belasan anak di panti asuhan milik Yayasan Tunas Bangsa. Salah satu penghuninya, Muhammad Ziqli yang saat itu masih berusia belasan bulan meninggal karena dianiaya.

Kasus ini menjerat Lili Rachmawati sebagai tersangka. Dia sudah disidang di Pengadilan Negeri Pekanbaru dan divonis tak lebih dari 5 tahun karena dijerat dengan pasal penelantaran anak, meski korban Ziqli meninggal secara tak wajar.

Wanita paruh baya ini ditangkap pada Senin petang, 30 Januari 2017 oleh Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru, setelah menolak dipanggil secara baik-baik.

Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Komisaris Bimo Ariyanto kala itu menyebut Lili langsung ditetapkan sebagai tersangka setelah diperiksa selama 12 jam di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Reskrim Polresta Pekanbaru.

"Lili ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan alat bukti yang ditemukan penyidik," sebut Bimo.

Menurut Bimo, salah satu bukti itu adanya tanda penganiayaan pada tubuh M Ziqli, berupa luka lecet, memar dan resapan darah pada organ vital.

"Korban diduga mengalami penganiayaan selama dititipkan ke panti asuhan sejak usianya masih enam bulan," kata Bimo.

Atas perbuatannya, Lili dijerat penyidik dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

"Ancaman penjaranya 15 tahun dan denda maksimal Rp 3 miliar," tegas Bimo kala itu.

Lili menjadi nama yang paling disorot dalam tewasnya M Ziqli pada pertengahan Januari lalu. Dia sempat menghilang ketika Lembaga Perlindungan Anak Riau mendatangi panti di Jalan Lintas Timur kilometer 13, Kecamatan Tenayan Raya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Riau Nanda Pratama meminta Lili ditahan. Lili disebut Nanda mengetahui keberadaan tujuh anak panti yang saat ini keberadaanya tak diketahui.

Nanda juga mengungkap panti asuhan di Kecamatan Tenayanraya itu sangat tak layak bagi anak. Mulai dari temuan bahan makanan kadarluarsa, makanan bekas gigitan tikus, tempat tidur tak layak, hingga sarana mandi, cuci serta kakus tidak bersih.

 

 

 

2. Rekayasa Bocah Ngaku Diculik

Penculikan Anak
Ilustrasi Foto Penculikan Anak (iStockphoto)

Masih di awal 2017, kala itu Riau dan beberapa daerah lain dihebohkan dengan maraknya penculikan anak. Di Bumi Lancang Kuning sempat heboh kasus penculikan, tapi tidak ada yang terbukti alias hoax. Dan ternyata isu penculikan anak ini dimanfaatkan murid kelas V SD di Kabupaten Pelalawan karena tidak ikut shalat zuhur berjamaah.

Tak ayal, cerita karangannya itu membuat seluruh polisi di Mapolres sibuk karena sebelumnya anak berinisial MH itu mengaku ditolong polisi. Perihal rekayasa sang anak ini disampaikan Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara.

"Saya sudah hubungi Kapolresnya, dia bilang ada yang aneh dari pengakuan anak itu," kata Zulkarnain di Kantor Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau, Kamis siang, 23 Maret 2017.

Berdasarkan laporan dari bawahannya, Zulkarnain menyebut cerita penculikan anak yang diembuskan sang anak karena telat mengikuti salat zuhur di masjid sekolah. MH kemudian lebih memilih pulang dengan alasan rumahnya dekat.

"Jadi kan waktu itu salat berjemaah. Nah, anak ini enggak ikut karena pulang. Kemudian ketika ditanya guru, dia ngakunya dimasukkan orang ke mobil dan berhasil selamat. Jadi, ini saya kira alasan karena tidak ikut salat," tutur Zulkarnain.

Berdasarkan cerita Kapolres Pelalawan AKBP Ari Wibowo, sambung Zulkarnain, anak itu berprestasi di sekolah dan pintar. Kemungkinan hal itu membuat dirinya bisa mengarang cerita ketika tidak ikut salat berjamaah.

"Jadi berdasarkan data di sekolahnya, anak ini terbilang pintar," ucap Zulkarnain.

Pengakuan bocah itu membuat seluruh polisi di Mapolres Pelalawan dikumpulkan melaksanakan apel. Setiap personel ditanyai apakah ada menyelamatkan sang bocah dari penculikan.

"Karena dia ngaku diculik dan dibantu polisi, ada juga polisi yang melihat. Namun pas ditanyakan, tidak ada anggota yang melihat dan menyelamatkan dari upaya penculikan," kata Zulkarnain.

Meski demikian, Kapolda Riau meminta masyarakat, sekolah, dan orangtua agar tetap waspada untuk menjaga anak-anaknya. Menurut Zulkarnain, kewaspadaan penting untuk menghindari kelengahan.

"Isunya kan di wilayah perbatasan pantai timur seperi Dumai, Bengkalis, Rohil, Meranti dan Inhil, ada penculikan anak. Sejauh ini masih hoax, tapi tetap harus waspada," kata dia.

Dalam pengakuannya, MH mengaku kepada guru sekolahnya selamat dari upaya penculikan ketika perjalanan pulang ke rumahnya. MH mengaku kepada gurunya dihampiri mobil dan dimasukkan ke mobil oleh lima orang. Dia mengaku selamat setelah berteriak dan meronta-ronta, hingga akhirnya diselamatkan polisi.

3. Ratusan Napi Kabur dari Rutan

Tahanan Kabur
Suasana di luar Rutan Pekanbaru usai kerusuhan dan kaburnya ratusan tahanan. Foto: (M Syukur/Liputan6.com)

Kota Pekanbaru pernah dibuat siaga I karena 400 lebih narapidana dan tahanan kabur dari Rutan Sialang Bungkuk. Polisi dan masyarakat berpatroli hingga beberapa hari dan satu persatu tahanan ditangkap, tapi hingga akhir tahun 2017 masih tersisa 90 tahanan yang belum tertangkap.

Kabur berjamaah ini bermula dari kerusuhan usai salat Jumat 5 Mei 2017. Ratusan tahanan kabur dan lari ke semak-semak sekitar lokasi dan permukiman di Jalan Sialang Bungkuk, Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayanraya.

Kabid Humas Polda Riau Kombes Pol Guntur Aryo Tejo saat itu menyebut keributan di Rutan Pekanbaru dipicu kondisi di penjara tersebut yang sudah sangat padat atau over kapasitas. Setiap kamar yang harusnya dihuni oleh beberapa tahanan malah diisi oleh 12 tahanan.

Untuk mengendalikan situasi, dua kompi Brimob dari Polda Riau dikerahkan ke Rutan Pekanbaru. Sementara itu, petugas gabungan reserse dan intelijen menyebar ke sejumlah lokasi untuk menangkap tahanan yang kabur.

Pengendalian situasi di rutan juga dibantu puluhan personel TNI. Sejumlah pemadaman kebakaran dan petugas penjara juga masih berjaga di luar pintu untuk mencegah terjadinya bentrok susulan.

Menurut warga sekitar, Hasan, keributan di Rutan Pekanbaru sudah didengarnya sebelum salat Jumat.

"Sudah ada teriakan, mereka bernyanyi. Tak lama kemudian terjadi keributan dan seperti ada suara lemparan," kata pria berumur 66 tahun ini kepada Liputan6.com.

Ketika salat Jumat di Jalan Sialang Bungkuk berlangsung, menurut Hasan, keributan semakin menjadi-jadi. Dia mendengar tahanan mendobrak pintu dan berhasil menjebolnya.

"Pas itu saya lihat ratusan tahanan keluar dari pintu hingga ke jalan. Mereka menyebar ke mana-mana," tuturnya.

4. Meninggalnya Dokter OZ Indonesia

Dokter Thamrin
Keluarga dr Ryan Thamrin menyiram kuburan almarhum yang akrab dikenal dengan DR OZ Indonesia. Foto: (M Syukur/Liputan6.com)

Dunia hiburan tanah air pada awal Agustus 2017 dikagetkan dengan meninggalnya dr Ryan Thamrin atau yang lebih dikenal dengan DR OZ Indonesia. Meninggalnya pria lajang tampan ini sangat mendadak karena dr Ryan memang sempat menghilang dari peredaran paska mengundurkan diri dari acara yang membesarkan namanya itu.

Dr Ryan Thamrin meninggal di rumah kakak kandungnya, Ferdi Thamrin pada Jumat, 4 Agustus 2017, sekitar pukul 03.30 WIB di Kota Pekanbaru. Pria kelahiran 1978 ini ternyata sudah setahun menderita maag akut dan tengah menjalani rawat jalan.

Menurut sepupu almarhum, Doni Apriyaldi, selama sakit lelaki bernama lengkap Hesta Meiriansyah selalu berada di Pekanbaru. Dia tidak lagi berada di Jakarta setelah tidak menjadi pembawa acara dr Oz Indonesia yang disiarkan di salah satu stasiun televisi nasional.

"Selama berada di Pekanbaru, almarhum selalu berpindah-pindah dari rumah kakak satu ke kakak lainnya. Dia berobat di Malaka, Malaysia, rawat jalan," kata pria yang menjabat Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau itu.

Selain menderita maag akut, dr Ryan Thamrin juga menderita benjolan pada kepalanya. Rencana operasi selalu gagal karena ketakutan pihak keluarga.

"Ibunya takut, begitu juga keluarga karena di bagian kepala benjolannya. Jadi, belum sempat dioperasi," kata Doni.

Akibat sakitnya ini, selain memutuskan tinggal di Pekanbaru, tepatnya di rumah kakak tertuanya, dr Ryan juga memilih tidak melanjutkan karirnya sebagai host Dr Oz.

Pada pukul 11.00 WIB, almarhum dimandikan di rumah duka di Jalan Kesadaran, Gang Kesabaran Nomor 2, Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukitraya, Kota Pekanbaru.

Pantauan di lokasi, rumah duka sudah dipadati pelayat, baik dari warga sekitar dan kerabat jauh. Tenda beserta kursi bagi pelayat juga sudah disediakan.

Kabar meninggalnya dr Ryan Thamrin tersebar dari media sosial Instagram dan pesan dari aplikasi Whatsapp Messanger. Rencananya, dr Ryan akan dikebumikan di pemakaman setempat dan akan disalatkan di Masjid Nurul Muttakin.

 

5. Anggota TNI Hajar Polisi Lalu Lintas

Serda Wira
Komandan Korem 031 Wirabima memberi keterangan penahanan anggota TNI yang pukul polisi. Foto: (M Syukur/Liputan6.com)

Awal Agustus 2017, media sosial seperti Instagram dan Facebook dihebohkan dengan viralnya video oknum TNI AD mengamuk kepada polisi lalu lintas di Kota Pekanbaru dan menamparnya beberapa kali. Sang Oknum, Serda Wira itu akhirnya ditahan Denpom TNI AD dan mendapat pembinaan meski akhirnya dilepas lagi karena gangguan jiwa.

Video berdurasi 60 detik beredar pada Kamis malam, 10 Agustus 2017. Video itu memperlihatkan seorang aparat berbaju dinas hijau mengamuk dan menghardik anggota Polisi Lalu Lintas Polresta Pekanbaru yang juga memakai baju dinas serta berompi hijau.

Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Polisi Susanto kala itu dalam keterangan persnya menjelaskan, kejadian itu terjadi sekitar pukul 17.30 WIB di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, persisnya di depan pusat perbelanjaan Sukaramai atau Ramayana.

Dia menyebut Polantas itu bernama Bripka Yoga Vernando dari Satlantas Pekanbaru. Kala itu, Yoga tengah melaksanakan patroli di sana. Di saat bersamaan, Yoga ?beriringan dengan pria berbaju dinas hijau yang tidak pakai helm.

"Namun saat itu Bripda Yoga tidak ada menegur atau pun memberhentikan oknum TNI tersebut," terang Santo.

Hanya saja ketika itu, pria berbaju dinas hijau tadi langsung mengejar Bripda Yoga dan menabrak motornya dari belakang.

"Selanjutnya memukul helm (kepala) Bripda Yoga empat kali," tulis Santo dalam keterangannya kepada wartawan.

Meski dipukul dan motornya ditendang, Yoga tetap tidak melawan dan berusaha tenang. Santo memberikan apresiasi kepada anggotanya itu dan mengatakan, "sabar itu indah".

"Dalam insiden itu, anggota saya tidak melakukan perlawanan, cukup sabar menghadapinya," ucap Santo.

Selanjutnya sekitar pukul 19.30 WIB, Katim Intel Korem Kapten Latif mendatangi Yoga. Dalam perbincangan itu, Kapten Latif meminta maaf kepada Yoga.

"Sudah ada yang meminta maaf atas insiden ini. Kepolisian tetap tulus dan ikhlas," kata Santo.‎

6. Bocah Kembar Diusir dari Sekolah Karena SPP‎

Dua Bocah
Dua bocah kembar yang sempat diusir dari sekolahnya karena telat bayar SPP. Foto: (M Syukur/Liputan6.com)

Dunia pendidikan di Kota Pekanbaru sempat heboh dengan diusirnya bocah kembar karena tak mampu bayar SPP. Kedua bocah itu, Simon dan Simeon, akhirnya bisa sekolah lagi tapi akhirnya dipisah karena disebut sering nakal.

Kedua bocah ini bersekolah di kawasan Palas, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Karena menunggak SPP sebesar Rp 2 juta yang harus dibayar pada Juli 2017 lalu keduanya disuruh pulang dan tak boleh kembali kalau SPP belum terbayar.

Mega Lubis, ibu si kembar menuturkan, putra kembarnya duduk di kelas berbeda. Meski usianya sama, Simon duduk di kelas 4, sedangkan Simeon di kelas 3. Sejak diberhentikan, keduanya menghabiskan hari-hari di rumah papan di Jalan Mastosan, Rumbai.

"Tiga kali diusir dari sekolah karena harus bayar Rp 2 juta untuk dua anak saya ini," kata Mega ditemui di rumahnya, Kamis siang, 19 Oktober 2017.

Untuk menutupi SPP Simon dan Simeon, Mega dan suaminya sudah mencari pinjaman ke berbagai orang tapi belum dapat. Sang suami tidak bisa menutupinya sendiri karena bekerja serabutan dan minim pendapatan.

Mega mengatakan, ia bersama suami, Benri Sitinjak, memiliki lima anak. Anak pertama bernama Rosmata, bersekolah di SDN 107 Rumbai bersama anak keempatnya Vila Selvia. Kedua anak itu kini juga berhenti sekolah seperti saudara kembarnya.

"Vila kemarin berhenti juga karena seragam belum lunas. Kakaknya juga nggak mau sekolah karena malu dengan kondisi adiknya yang juga dituduh mencuri donat," kata Mega.

Sementara, yang kecil belum bersekolah. Mega sendiri kini sedang mengandung calon anak ke-6. Dengan anggota keluarga yang relatif banyak itu, keluarga itu tinggal di rumah lapuk. Bahkan, rumah Mega tak memiliki listrik sehingga selalu gelap gulita pada malam hari.

Atas kejadian yang dialami anak-anaknya, Mega berharap uluran tangan untuk meringankan beban anaknya supaya bisa sekolah lagi.

Solusi datang dari anggota DPRD Pekanbaru, Dapot Sinaga. Ia mengaku sudah membawa Mega ke tempat si kembar bersekolah. Pihak sekolah swasta itu siap membantu serta memberi keringanan, tapi untuk satu anak saja. Anak tersebut bisa bersekolah kembali per hari ini.

"Mereka ini kan kembar, jadi satu saja yang dibantu. Menurut pihak sekolah, harus dipisahkan, supaya tidak nakal di sekolah," ucap Dapot.

Untuk satu anak kembar lagi, Dapot menyebut masih mencarikan sekolahnya. Dia bersama Mega sudah melihat beberapa sekolah di kawasan Palas Rumbai, supaya Simeon bisa melanjutkan pendidikannya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya