Martapura - Kala musimnya tiba petani dan pedagang durian Desa Bi'ih, Martapura, Kalimantan Selatan, bakal kedatangan banyak pembeli. Para pembeli yang berusaha mendapatkan harga murah berupaya melakukan berbagai siasat, salah satunya mengaku saudara.
Jurus 'mengaku saudara' tersebut kadang jitu. Petani yang hatinya lugu mudah tersentuh. Namun jangan senang dulu. Para petani sadar, semangat ungkapan saudara itu bagus, tapi ada maunya.
Mereka pun melancarkan jurus tangkisan. Strateginya, mereka pun menyapa 'Bos' kepada warga perkotaan yang berniat menikmati buah.
Advertisement
Panggilan bos juga bertujuan, apalagi kalau bukan pujian. Anggap mereka orang sukses dan berdompet tebal, ujungnya lembaran rupiah yang diterima lebih banyak.
Â
Baca Juga
"Setiap bertemu orang, saya selalu dipanggil dangsanak. Oi dangsanak ada haja kan durian pian? Kami sudah biasa mendengar sebutan dangsanak," kata Hakim, warga Bi'ih, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, di Agro Wisata Durian, Sabtu pagi, 23 Desember 2017.
Giliran belum masuk musim buah, jangankan dipanggil dangsanak atau saudara, menelepon saja jarang, apalagi berkunjung ke Bi'ih. Fenomena tersebut, ujar dia, sering jadi kelakuan pembeli atau kawan yang tinggal jauh dari Bi'ih.
"Ternyata saya punya banyak dangsanak bila musim buah," tutur Halim, lantas terkekeh menertawakan kelakuan kawan lama yang saban tahun mengeluarkan ungkapan itu.
Dia yakin bila tidak ada durian enak di Desa Bi'ih mana mungkin kawan-kawannya menyapa dangsanak. Ungkapan tersebut tidak mengganggunya, malah membuat pasar durian cukup menguntungkan. Minimal petani buah dapat laba dan pembeli yang mengaku dangsanak diberi harga yang wajar.
Ingat Bi'ih pasti identik dengan durian. Durian Bi'ih bukan durian kaitan (hasil dari memetik), tapi buah yang jatuh sendiri dari pohon bila masak. Rasanya dijamin enak, manis, dan bijinya kecil namun padat dengan daging yang menyelimuti biji durian.
"Kami meluncurkan program belah duren dan dinikmati langsung di kebun," terangnya.
Baca berita seru Jawapos.com lain di sini.Â
Â
Â
Desa Sentra Durian
Memang, sepekan terakhir banyak pengunjung yang menyerbu Desa Bi'ih, Kecamatan Karang Intan. Akses ke Bi'ih lumayan mulus. Jalannya turun naik khas pegunungan. Ada beberapa titik jalan desa yang kurang bagus, selebihnya lebih banyak yang bagus.
Dari Martapura sekitar 30 menit, kita melaju melewati Bincau, Jinggah Habang Ilir, Mali-Mali, dan Sungai Besar. Tiap persimpangan, ada garis penunjuk arah ke Bi'ih, jadi tidak mungkin tersesat.
"Di kebun kami siapkan banyak balai-balai kecil beratap, jadi dijamin aman dari bahaya kejatuhan buah durian," kata Abdul Halim.
Desa Bi'ih dikenal sebagai sentra durian. Di sana lahir si Pengantin, si Dodol, dan si Penyengat. Itu adalah varietas durian yang selalu jadi jawara kontes durian di Kabupaten Banjar sampai tingkat nasional.
Nama-nama durian tersebut bisa bertambah seiring meningkatnya pengetahuan warga mengelolah king of fruit atau si raja dari segala buah itu.
"Tiap varietas buah berbeda rasa dan ketebalan serta warnanya. Si pemilik varietas yang paling mengetahui. Ada biji kecil, namun isinya padat, juga dagingnya lumer ketika digigit dari bijinya. Jadi, bergantung pembeli mau yang mana," katanya.
Lia, warga Martapura, suka durian justru karena aroma kuat dan menyengat serta rasanya yang manis. Hal tersebut terÂbalik bagi orang yang enggan menyentuh durian.
Tubuh terasa panas sehabis makan durian dianggapnya reaksi normal. Dia menyiasatinya dengan makan manggis atau menuangkan air tawar hangat ke ceruk buah tersebut, lantas meÂminumnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Advertisement