Perlukah Kunjungan ke Pulau Komodo Dibatasi?

Dinas Pariwisata NTT mewacanakan penerapan sistem kloter bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Pulau Komodo.

oleh Ola Keda diperbarui 13 Jan 2018, 18:28 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2018, 18:28 WIB
Pink Beach
Jika Yunani punya Balos Lagoon sebagai pantai berpasir merah jambu, maka Indonesia memiliki Pink Beach yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo).

Liputan6.com, Kupang - Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (Association of the Tours and Travel Agencies / ASITA) Nusa Tenggara Timur mengkhawatirkan kondisi satwa purba Komodo di Pulau Komodo, Flores Barat, terganggu akibat kunjungan wisatawan yang terus meningkat.

"Kami khawatirkan Pulau Komodo akan penuh yang berdampak pada kondisi satwa Komodo itu sendiri karena arus wisatawan dari waktu ke waktu terus meningkat," kata Ketua ASITA NTT Abed Frans kepada Liputan6.com, Sabtu (13/1/2018).

Ia mengatakan, meskipun belum mendapatkan data perbandingan jumlah kunjungan wisatawan dalam tahun ini dengan sebelumnya, namun sebagai agen operator tour pihaknya mengetahui kondisi arus kunjungan wisatawan saat ini jauh lebih banyak.

Untuk itu, menurutnya, jika kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo tidak dibatasi setiap hari, ia khawatir akan terjadi kelebihan kapasitas. Padahal, Pulau Komodo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan

"Dampaknya bisa saja menggangu kenyamanan satwa komodo itu sendiri. Karena kalau tiap hari menjadi sorotan manusia yang membanjir, bisa membuat mereka terancam," katanya.

Menurutnya, pembatasan kunjungan itu perlu dilakukan untuk menjaga agar habitat satwa purba bernama latin, Latinvaranus kommodoensis tetap lestari. "Tentu kita tidak inginkan komodo di sana menjadi liar dan justru berbalik menyerang wisatawan," katanya.

Abed meminta otoritas Taman Nasional Komodo di Pulau Komodo bisa mengatur secara baik arus kunjungan wisatawan ke daerah itu sehingga aspek keamanan dan keselamatan wisatawan bisa dijamin.

 

 

Komodo akan Diteliti

Selamatkan Naga Terakhir, Pulau Komodo Menjadi Target Selanjutnya
Pulau Komodo, menjadi salah satu tempat dimana Komodo, sang naga terakhir di dunia hidup. (Liputan6.com/ Harun Mahbub)

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Ardu Marius Jelamu, secara terpisah mengaku pihaknya juga mengkhawatirkan membludaknya kunjungan wisatawan ke Pulau Komdo, karena sewaktu-waktu bisa mengusik keberadaan habitat satwa purba itu.

"Jangan sampai kehadiran wisatawan dalam jumlah banyak membuat satwa komodo terganggu dan bereaksi balik terhadap rangsangan dari luar, ini yang penting kita jaga," ujarnya.

Untuk itu, perlu ada penelitian dari kementerian dengan menggandeng perguruan tinggi atau lembaga-lembaga penelitian terkait sejauh mana sensitivitas komodo terhadap rangsangan suara atau kegaduhan, warna-warna, dan gerak-gerik.

Jika ada hasil penelitian ilmiah terkait hal itu, lanjutnya, dapat diantisipasi manakala kehadiran wisatawan dalam jumlah banyak membuat satwa komodo mengalami stres, jatuh sakit, dan berusia pendek.

"Kalau kehadiran banyak sekali orang membuat komodo terganggu, maka perlu diatur. Misalnya dengan sistem kloter, jadi berapa jumlah pengunjung dalam beberapa jam, kemudian diganti kloter pengunjung lainnya, dan seterusnya," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya