Kisah Tragis Tewasnya Sepasang Lansia di Magelang hingga Membusuk

Sejak istrinya stroke, Sukarjo dengan telaten merawat istrinya. Semua dibereskan Sukarjo karena sang istri lumpuh total.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 29 Jan 2018, 08:05 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2018, 08:05 WIB
blabak
Suasana menjelang evakuasi jenasah Sukarjo-Sutari yang sudah membusuk dari dalam rumah. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang Kisah Romeo dan Juliet gubahan William Shakespeare sungguh cocok menggambarkan pasangan lansia di Kampung Sanggrahan, Mungkid, ini. Bukan hanya saling mencintai dan saling bersetia, bahkan ketika meninggal pun keduanya tak ada yang mengetahui, hingga membusuk di rumahnya.

Yang membedakan, jika Romeo dan Juliet harus mengakhiri hidup dengan bunuh diri akibat minum racun, pasangan manula Sukarjo dan Sutari karena anak-anaknya jauh dan rumahnya juga jauh dari tetangga. Mereka berdua ditemukan oleh menantunya dalam keadaan sudah meninggal dunia dan jenazahnya bahkan sudah membusuk, Minggu, 28 Januari 2018.

Menurut para tetangganya, Sutari yang berusia 60 tahun ini menderita stroke. Ia lumpuh dan tak bisa beraktivitas. Sementara Sukarjo yang berusia 70 tahun merawatnya sejak istrinya terkena stroke bertahun-tahun lalu.

"Pastinya berapa tahun kok enggak paham ya. Tahunya cuma stroke dan dirawat Pak Karjo," kata salah satu tetangganya.

Kehidupan pasangan Sukarjo-Sutari mulai berubah sejak anak-anaknya berumah tangga. Para tetangga hanya menyebutkan anak-anaknya bekerja di Jakarta dan Bogor.

"Setahu saya anaknya empat. Pertama Mas Agus, terus Mbak Hesti, Mas Heri, dan Mbak Anik. Tapi saya kurang paham mereka tinggal di mana," kata tetangga tadi.

Menurut Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edi Susanto, saat ditemukan jenazah Sukarjo sudah membusuk di kursi tamu. Tak jauh dari situ, membujur pula jenazah Sutari yang juga sudah membusuk.

"Perkiraan jenazah itu sudah dua atau tiga minggu. Diketahui ketika menantunya berkunjung dan mengetuk pintu tidak ada yang menjawab. Malah ada bau busuk dari dalam rumah," kata Edi Susanto.

Khawatir kondisi mertuanya, sang menantu lantas minta tolong para tetangga mendobrak pintu. Mengetahui kondisi Sukarjo sudah membusuk di kursi tamu dalam posisi tidur, dan Sutari di tempat tidur juga dalam posisi tidur, sang menantu langsung kaget dan shock.

"Dugaan kami, Pak Karjo meninggal terlebih dahulu. Ia mungkin kelelahan dan beristirahat di kursi tamu," kata Edi.

Karena sang perawat yang menyetiainya sudah tiada, Sutari yang tak bisa beraktivitas apa pun akhirnya menyusulnya. Entah selisih berapa lama.

 

Dikira Mengunjungi Anak

blabak
Jalan raya Blabak-Sawangan, dimana kedua manula itu tinggal. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Sementara itu di mata para tetangga, Sukarjo dan Sutari semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang baik. Mereka tinggal di perumahan karyawan pabrik kertas PN Blabak.

Pada masa jayanya, pabrik kertas PN Blabak sempat membangun perumahan karyawan. Rumah yang ditempati Sukarjo-Sutari ini berada dalam perumahan C dan satu deret berjumlah tujuh rumah.

Meski demikian, jarak antar rumah memang berjauhan. Perumahan A saat ini sudah pindah tangan ke swasta  dan sudah berubah menjadi ruko, serta diperuntukkan untuk jajaran pemimpin di PN Blabak.

Bentuk rumah dinas karyawan pabrik kertas PN Blabak. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

"Setelah istrinya sakit, Pak Karjo rajin ke masjid. Sangat aktif. Memang dalam beberapa hari enggak kelihatan, tetangga mengira sedang berkunjung ke rumah anaknya," kata tetangga lain.

Meskipun disampaikan juga bahwa anak dan menantunya memang sering mengunjungi kedua manula itu, tapi sudah beberapa hari juga tak terlihat. Itulah sebabnya warga menyimpulkan Sukarjo-Sutari tengah berkunjung ke anak-anaknya.

Setelah dievakuasi oleh BPBD dan polisi, jenasah divisum dan dimakamkan di pemakaman Sanggarahan yang tak jauh dari perumahan C itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya