Aksi Hidup Mati Ayah Selamatkan Anak dalam Longsor

Sang ayah memilih bertahan menahan gempuran longsor berupa tanah lumpur dan benturan puing demi menyelamatkan anak dan korban lain.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 25 Feb 2018, 03:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2018, 03:00 WIB
Empat korban dalam longsor Jingkang, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)
Empat korban dalam longsor Jingkang, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Sukimin mengernyitkan dahi ketika pelan-pelan berpindah posisi duduk. Kaki dan tubuh warga Desa Jingkang Kecamatan Karangjambu, Purbalingga ini, masih terasa sakit.

Namun, rasa sakit di tubuh luarnya itu tak seberapa dibandingkan duka dan sakitnya kehilangan sang buah hati, Abdul Rouf (10), dalam tragedi longsor Kamis malam (22/2/2018) di kediaman Solikhin, tetangga yang juga masih terhitung kerabatnya.

Dia masih mengingat baik-baik peristiwa malam itu. Listrik padam usai guyuran hujan lebat sejak siang harinya.

Mereka baru saja selesai berdoa bersama menjelang hajat keluarga Solikhin yang akan mengkhitankan dan menikahkan dua anaknya. Jam menunjukkan pukul 21.00 WIB, ketika sebagian tamu pulang ke rumah masing-masing.

Tamu dan kerabat yang masih tinggal pun larut dalam obrolan ringan. Sesekali, gelak tawa terdengar dari ruangan yang hanya diterangi beberapa lilin. Sanak kadhang tampak turut berbahagia untuk keluarga yang hendak menggelar hajat besarnya.

Sementara, anaknya, Rouf, memilih tidur bersama dengan Sifaul Umam (9) di kamar, bersama dengan dua anak kerabat lainnya, Al Taromi (7) dan Safangatun Isnain (4).

Keceriaan itu berubah menjadi hiruk pikuk kepanikan kala tiba-tiba tanah menjebol tembok belakang dan samping rumah. Gemuruh tanah beserta puing yang terbawa longsor menerobos ruang utama.

Hiruk Pikuk Longsor Jingkang di Gelapnya Malam

Sukimin (bersarung) bersama dengan keluarga lain yang menjadi korban longsor Jingkang. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sukimin (bersarung) bersama dengan keluarga lain yang menjadi korban longsor Jingkang. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Orang-orang berlarian keluar dari pintu depan. Sukimin memiliki kesempatan berlari, tetapi ia ingat anaknya yang berada di kamar.

Dia memilih bertahan menahan gempuran longsor berupa tanah lumpur dan benturan puing. Dia berupaya menggapai kamar di mana Rouf dan tiga kawannya, termasuk anak tuan rumah, tertidur di kamar.

Tetapi, ia tak kuasa bertahan. Ia terdorong keras dan nyaris terjelembab. Beruntung, ia hanya tertimbun hingga batas dada.

Erangan kesakitan dari orang yang terluka mengiang. Sekilas, dilihatnya, ayah dan kerabatnya menggapai minta tolong. Dalam kegelapan, tatapan matanya tertuju pada kamar di mana anaknya tidur.

Kamar itu tertimbun oleh material begitu tinggi, nyaris mencapai atap rumah. Dalam kegelapan, ia mencoba mencari-cari pegangan apa apa saja untuk keluar dari timbunan.

"Saya lihat tanah sudah tinggi menimbun kamar yang ada anak saya. Jadi saya pasrah," tuturnya, Jumat, 23 Februari 2018.

Sukimin Selamatkan Bapak dan 2 Kerabatnya

Prosesi pemakaman jenazah empat anak korban longsor Jingkang. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)
Prosesi pemakaman jenazah empat anak korban longsor Jingkang. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Secepat itu pula, ia sadar, sulit untuk menyelamatkan anaknya yang berada di kamar yang tertimbun tanah sebegitu tinggi. Saat itu lah ia dengan jelas mendapati ayahnya, Syahrudin terimbun tanah dan terpeit puing hingga nyaris tenggelam.

Di bagian lainnya, dilihatnya kerabat lainnya, Syafik dan Ruslan dalam keadaan yang nyaris serupa. Tetapi, posisi Syafik dan Ruslan relatif lebih aman dibanding ayahnya, Syahrudin.

Ia tak berfikir untuk mencari peralatan atau memanggil orang-orang yang masih panik untuk menyelamatkan mereka. Di luar rumah, didengarnya tangisan dan teriakan panik. Gelap, dan mencekam.

"Saya lihat kamar anak saya sudah tertimbun. Saya kemudian selamatkan tiga orang yang jelas masih hidup. Ada yang sudah tertimbun setinggi dada, saya selamatkan," Sukim mengisahkan.

Dengan perasaan campur aduk, ia mengangkat satu persatu puing dan material longsor yang menjepit tubuh ayahnya. Akhirnya, ia berhasil mengangkat tubuh ayahnya dengan susah payah.

Purbalingga Berduka

Ribuan pelayat hadir dalam pemakaman empat anak korban longsor Desa Jingkang, Purbalingga. ( Foto: Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)
Ribuan pelayat hadir dalam pemakaman empat anak korban longsor Desa Jingkang, Purbalingga. ( Foto: Liputan6.com/Dinkominfo Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Saat itu lah, orang-orang cukup keberanian untuk masuk dan turut menolong korban lainnya yang masih terjepit. Syahrudin lantas dievakuasi keluar nyaris bersamaan dengan Syafik dan Ruslam yang hanya menderita luka ringan.

Syahrudin sendiri terluka parah. Ia dilarikan ke Puskesmas Karangjambu dan lantas langsung dirujuk ke RSUD Goeteng Tanoedibrata, Purbalingga.

Nahas, Sukimin tak berhasil menyelamatkan anaknya. Kamar itu tertimbun material longsor begitu tinggi.

Dengan peralatan seadanya, Sukimin dan puluhan warga lainnya berupaya mengevakuasi empat anak yang tertimbun di kamar. Menjelang tengah malam, Rouf dan tiga tubuh kecil lainnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Jumat pagi, empat anak tak berdosa ini dimakamkan dalam upacaya pemakaman yang dilakukan bersamaan. Ribuan pelayat memadati Desa Jikang. Purbalingga, Berduka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya