Kulonprogo - Orang-orang yang kembar, kerap kali selalu bersama ketika mereka masih berada di dalam masa tumbuh kembang, tetapi mereka sering kali memilih bidang yang berbeda ketika dewasa.
Namun, berbeda dengan Bripda Deta Lestari dan Bripda Deti Lestari. Sebagai kembar identik, mereka sama sekali tak terpisahkan, bahkan mereka sama-sama mengabdi sebagai anggota polisi dan ditugaskan pada tempat yang sama, yakni Polres Kulonprogo.
Pantauan Solopos.com, Cukup sukar membedakan kakak beradik kembar ini, apabila hanya memperhatikan wajah dan perawakan tubuh. Selain tinggi badan mereka yang hanya berbeda 1 sentimeter, air muka yang ditunjukkan keduanya tergolong serupa.
Advertisement
Raut penuh senyum, gaya menatap, tawa renyah hingga sifat cerewet mereka begitu serupa. Rentetan kalimat demi kalimat tak berhenti mengucur dari bibir mereka berdua, ketika ditanyai pengalaman menjadi sepasang kembar identik.
Baca Juga
Berbeda lahir 10 menit dari rahim ibu Sumiyati pada 12 Desember 1995, Deta dan Deti selalu diberi perlakuan dan kasih sayang yang sama dari orangtua mereka.
Pakaian dan semua pernak-pernik yang mereka miliki kala masih kecil selalu sama. Kalaupun berbeda, hanyalah persoalan warna. Deta begitu menyukai warna biru, sedangkan Deti tergila-gila dengan warna merah muda.
Mereka juga selalu menempuh di sekolah yang sama, kecuali saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Deta berada di SMA Negeri 1 Wates, sedangkan Deti bersekolah di SMAN 2 Wates.
"Kalau sakit satu, sakit semua. Jadi misalnya Deti sakit, atau salah satu dari kami sakit, biasanya yang satunya juga ikut diajak ke dokter. Ikut diperiksa juga, atau minimal dibelikan obat yang sama juga, karena seringnya nanti yang satu itu juga sakit selang beberapa hari kemudian," ujar sang kakak, Deta, Rabu, 28 Februari 2018.
Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.
Pengalaman Lucu
Si kembar yang sama-sama menyukai olahraga bola basket itu, kini juga sama-sama menjadi anggota Polres Kulonprogo. Mereka selalu saling mendukung dalam menjalankan tugas masing-masing. Kerap pula, salah satu dari mereka menjemput saudara kembarnya yang tidak berani pulang sendirian, seusai bekerja sampai larut malam.
"Saya di Satuan Reserse Narkoba Polres Kulonprogo, kalau Deti di Satuan Reserse Kriminal Polsek Panjatan, Kulonprogo," tutur Deta.
Dia tak henti melempar senyum kala mengisahkan potongan-potongan cerita hidupnya menjadi pasangan kembar. Setiap kali itu pula, Deti yang duduk di sebelahnya mengiyakan dan melengkapi cerita yang diurai oleh Deta.
Sampai pada titik kisah ini, Deti kemudian dengan semangat menceritakan pengalaman seru dan yang menurutnya unik dalam hidupnya, sebagai pasangan kembar Deta. Pengalaman paling umum terjadi adalah rekan dan atasan mereka yang salah memanggil nama.
Hanya saja, hal itu tidak terjadi pada rekan kerja yang kerap bertugas bersama mereka karena sudah bisa membedakan ekspresi antara keduanya. "Kalau dipanggil nengok berarti benar, kalau dipanggil-panggil kok diam saja tidak balik menyapa berarti salah atau ketukar," ungkap Deti.
Salah satu cara membedakan fisik antara kedua putri almarhum Karyono itu, bisa dilihat dari bekas jahitan di dagu Deti. Jahitan itu muncul dari luka masa kecil, Deti jatuh dari sepeda.
Teman si kembar sejak kecil, Bripda Arum Reswari Zoana, menuturkan sebelumnya, dia sukar membedakan kedua saudara kembar tersebut. Lama-kelamaan dia terbiasa dan mampu memilah yang mana Deta dan yang mana Deti.
"Mereka itu orangnya sangat bersahabat. Tapi kalau sedang marah, dua-duanya galaknya sama," ungkap Arum, lagi-lagi obrolan kali ini penuh gelak tawa.
Advertisement