Drama Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Salma-Sofia

Tim dokter yang mengoperasi pemisahan bayi kembar siam Salma-Sovia menyebut risiko yang dihadapi adalah risiko pangkat enam.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2018, 15:01 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2018, 15:01 WIB
Bayi Kembar Siam Salma-Sovia Mulai Hirup Udara Bebas
Berat badan bayi kembar siam Salma-Sovia sempat turun dalam masa kritis 28 hari yang ditetapkan dokter. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Bayi kembar siam yang tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya, Salma dan Sofia, Rabu sukses menjalani operasi darurat pemisahan yang berlangsung selama empat jam.

"Terdapat beberapa masalah saat proses operasi darurat pemisahan. Tim terlebih dahulu mencari liver yang ada di kedua bayi. Liver dari Salma ada di tempatnya dan bisa dideteksi. Saat dicari lagi kandung empedu, kandung empedu ada," kata Ketua Tim Pembedahan kembar siam RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Poerwadi usai operasi, Rabu, 31 Januari 2018, dilansir Antara.

Kemudian, tim mencari liver Sofia. Liver Sofia ternyata tertutup bongkahan usus. Bongkahan itu baru bisa diurai dan dicari hingga ditemukan. Namun, masalah belum selesai sampai di situ.

"Masalahnya setelah bongkahan usus diurai, ada kelainan lain yaitu kandung empedu sofia letaknya satu garis yang tidak semestinya. Livernya ada di bawah. Selain itu, usus 12 jari dari Sofia dan Salma menyatu," kata dia.

Dia menyebut operasi kali ini bukanlah operasi yang kecil. Itu dikarenakan bayi kembar siam itu lahir sudah mengalami risiko stres. Stres dari rahim ibu ke hidup sendiri. Lalu dari awalnya yang tidak perlu makan minum, kemudian hidup di luar dengan udara seperti ini.

"Bayi ini sakit. Bayi ini ketika lahir berat badannya berisiko dan harus dioperasi. Bayi ini risikonya R pangkat enam. Pangkat enam bisa dikurangi dengan profesionalisme, pengalaman, fasilitas, serta doa. Kami bisa memecahkan dalam waktu empat jam," katanya.

 

 

Risiko Terberat

Bayi Kembar Siam Salma-Sovia Mulai Hirup Udara Bebas
Bayi kembar siam Salma-Sofia di Surabaya. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Poerwadi mengatakan, risiko operasi sudah dilewati bayi tersebut. Namun, risiko akan kembali dihadapi pada 24 jam pertama pascaoperasi, sebab bayi masih dibantu alat bantu pernafasan sebelum bisa bernafas sendiri. Pada masa ini, risiko yang paling ditakuti adalah bayi mengalami hipotermia.

"Risiko berikutnya adalah infeksi karena memotong usus dan juga omphalogennya seperti itu sangat berisiko. Mudah-mudahan bayi diberikan kesembuhan. Kita awasi ketat dari menit ke menit," tuturnya.

Masalah utama yang dihadapi tim dokter ialah saat penyambungan usus. Hal itu karena posisi usus 12 jari terletak di dekat lambung yang menjadi tempatnya cairan keras, seperti asam lambung, getah pangkreas dan empedu. Pihaknya pun harus menjahit betul-betul benar agar tidak terjadi kebocoran.

Bayi Salma dan Sofia juga dibantu mesin nafas dan selalu dimonitor aliran darah sampai ke jaringan. Keadaan bayi Sofia yang paling dikhawatirkan karena sempat "drop".

Selain itu, dirinya mewaspadai bekas operasi pada dinding perut terbuka. Jika dipaksa, akan tekanan tinggi dan akan ditambal dengan bahan sintetis. Bahan itu harus dilapisi oleh kulit setelah itu dikelupas lalu ditarik ke tengah dan selanjutnya dipasang vakum yang makin lama, akan makin mendekat.

"Kami mewaspadai adanya infeksi karena menyambung usus. Kedua adalah kebocoran. Takut merusak jaringan sekitarnya. Hiperlordosis tidak ada masalah. Anak akan menyesuaikan," ujar Poerwadi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya