Liputan6.com, Pekanbaru - Kecintaannya pada harimau Sumatera membuat drh Andita Septiandini rela meninggalkan keluarganya di Bali. Dia menantang maut ketika berhadapan dengan Bonita yang hanya berjarak 10 meter darinya.
Kartini penakluk harimau kiranya pantas disematkan kepada perempuan dipanggil Dita ini. Dia menjadi satu-satunya perempuan di antara belasan pria yang memburu Bonita sejak awal Januari 2018 di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir.
Seperti biasa, Jumat pagi, 20 April 2018, Dita bersiap ke lokasi perburuan Bonita. Bergaya tomboi dengan sepatunya botnya, Dita naik mobil double gardan supaya bisa menembus rawa gambut di Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang.
Advertisement
Kewaspadaan tingkat tinggi menjadi menjadi syarat utama. Pasalnya, Dita harus melihat belang di semak belukar di antara pohon sawit milik PT Tabung Haji Indo Plantation.
Baca Juga
Dia harus menemukan Bonita karena sudah memasuki pencarian 113 hari. Harimau ini harus ditangkap dan direlokasi dari habitatnya karena mengancam manusia.
Tepat pukul 06.15 WIB, sosok belang Bonita terlihat. Adrenalin makin kencang dan ketegangan makin tinggi. Sambil menghela nafas merilekskan situasi, Dita turun dari mobil bersama pria bernama Dimas Apriyanto.
"Ops belum saatnya, jaraknya belum pas untuk ditembak," bisik Dita kepada Dimas, penembak bius, dan tim lainnya.
Dita mengendap bersama tim lainnya. Salah langkah, bisa saja Bonita mengejar dan menerkam Dita atau tim lainnya.
Bonita memang sadar sedang dibidik. Karena perilakunya yang berubah, datuk belang ini tetap tenang dengan keberadaan manusia.
Jarak makin dekat hingga 10 meter. Instruksi dibisikkan Dita ke Dimas untuk menembak Bonita. Peluru bius dilesatkan dari moncong senjata dan mengenai tubuh Bonita.
"Yang menembak bukan saya. Saya hanya memutuskan untuk menembak sekarang atau nanti kalau jaraknya tepat," tutur Dita dihubungi dari Pekanbaru, Sabtu siang, 21 April 2018.
Â
Â
Paling Mengancam Nyawa
Tembakan mengenai sasaran. Hanya Bonita masih berdiri, berjalan dan masuk ke hutan. Mau tidak mau, Dita harus menguntit supaya Bonita tak lepas lagi.
Hampir 1 kilometer mengekori Bonita, Dita mengeluarkan instruksi menembak lagi. Bonita yang mulai gontai ditembak bius di badannya sehingga tumbang.
"Dosisnya tak bisa saya sebutkan. Yang jelas bisa membuat tertidur sempurna (pingsan) 30 menit," sebut Dita.
Meski Bonita sudah dimasukkan ke kandang, ketegangan belum usai. Bisa saja Bonita mengamuk di kandang usai biusnya habis. Beruntung, harimau berubah perilaku ini tetap tenang seperti hewan jinak.
Penuturan Dita, menyelamatkan Bonita setelah berkonflik dengan manusia takkan terlupakan. Dari 11 kali menangani harimau, Dita menyebut Bonita paling mengancam nyawa.
"Ini paling menantang dan mengancam nyawa. Sudah 11 kali menangani harimau, semuanya di Sumatera. Ada yang menyelamatkan harimau terjerat," terang Dita.
Dita menyebut menangani konflik harimau dengan manusia sejak 2010. Dia bergabung dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo dengan bekal sarjana dokter hewan dari Universitas Udayana, Bali.
"Kuliah mulai tahun 2004 dan bergabung dengan Yayasan Arsari tahun 2010," kata Dita.
Sejak bergabung, perpisahan dengan keluarga menjadi hal biasa dan yang terlama. "Apalagi saya satu-satunya perempuan, pengalamannya banyaklah di Bonita ini," sebutnya.
Meski Bonita telah tertangkap, tugas Dita belum selesai. Setibanya di Dharmasraya nanti, Dita harus mengobservasi harimau betina itu sebelum diteliti dan dilepasliarkan jika memugkinkan. Apalagi, Bonita disebut menjadi harimau pertama di Indonesia dan ketiga di dunia yang berperilaku aneh.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement