Karya Perupa ITB untuk Korban Banjir Bandung

Karya-karya itu kalau terjual ada yang seratus persen dihibahkan ke korban bencana banjir Bandung..

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 22 Apr 2018, 22:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2018, 22:00 WIB
Seorang pengunjung sedang berfoto di ruang pameran bertajuk "Banjir" yang dilaksanakan IASR ITB.
Seorang pengunjung sedang berfoto di ruang pameran bertajuk "Banjir" yang dilaksanakan IASR ITB.

Liputan6.com, Bandung - Puluhan karya seni baik lukisan, foto maupun bentuk tiga dimensi yang mengekspresikan kondisi masyarakat Bandung yang terkepung banjir ditampilkan dalam pameran yang digagas Ikatan Alumni Seni Rupa (IASR) ITB di di Gedung Gedung YPK (Yayasan Pusat Kebudayaan) Jalan Naripan Bandung.

Sebanyak 66 perupa dari berbagai angkatan menggelar karya mereka untuk korban bencana banjir dan kerusakan lingkungan di Bandung dan sekitarnya.

Kerusakan alam yang mengakibatkan terjadinya banjir lumpur di Cicaheum, Kota Bandung, misalnya, menjadi keprihatinan seniman Oco Santoso. Oco turut merespons bencana ekologis itu lewat karya tumpukan buku yang terkena banjir.

Karyanya persis ditempatkan dalam sebuah etalase transparan. Di bagian samping etalase terdapat tumpukan buku di atas sebuah gerobak kuning. Selain Oco, karya-karya terbaru mereka melalui pembacaan dan interaksi bertema “Banjir” dan isu lingkungan mampu menawarkan estetika dan inspirasi.

Terdapat empat jenis karya yang ditampilkan IASR ITB, mulai dari karya dua dimensi berupa lukisan, drawing, fotografi, dan lain-lain. Serta karya tiga dimensi seperti patung dan keramik.

Selain itu, ada karya instalatif seperti yang ditampilkan seniman Tisna Sanjaya. Instalasi yang dibangun Tisna berupa binatang sejenis ular dari susunan perkakas dapur mulai dari kompor, penanak nasih dan tumpukan galon.

Jika diamati dari jauh, instalasi tersebut seolah menggambarkan ular yang akan memakan tumpukan galon. Karya seniman ITB angkatan 1979 itu berada di bagian depan ruang pameran. Ukurannya pun sangat besar hampir setengah ruang pameran dengan tinggi hampir mencapai langit-langit.

Dari karya yang dipamerkan, mereka tidak menerjemahkan tema Banjir secara harafiah. Ada juga perupa yang merespons banjir sebagai metafora. Seperti perupa Wisnu yang menampilkan pembuangan air dengan gambar dan instalasi.

"Saya kerjakan itu dalam waktu lima hari. Inspirasinya dari pengalaman sendiri ketika melihat kebiasaan permukaan tanah yang kering kini jadi penuh air. Kita juga kan bagian dari masyarakat yang turut merasakan banjir," ungkap Wisnu saat ditemui Liputan6.com, Minggu (22/4/2018).

Alumni ITB dari 1955-2000

Seniman Oco Santoso merespons bencana ekologis lewat karya tumpukan buku yang terkena banjir.
Seniman Oco Santoso merespons bencana ekologis lewat karya tumpukan buku yang terkena banjir.

Tisna Sanjaya, kurator pameran mengatakan, peserta adalah para alumni SR ITB berbagai angkatan dari 1955 (A.D Pirous) hingga 2000 (Yadi Juliansyah). Mulanya, ia mengatakan gagasan pameran lahir dari diskusi terkait banjir Cicaheum berlangsung di grup whatsapp. Hingga akhirnya mereka terpanggil untuk bersolidaritas.

"Melalui kreativitas seni, desain dan kriya maka terciptalah seni-seni yang tujuannya supaya memberikan dampak terutama inspirasinya pada perubahan di kota Bandung," ungkap Tisna.

Dia menjelaskan, pameran Banjir berusaha menunjukkan kegundahan para seniman yang tergugah hatinya menghadapi banjir. Dari 66 peserta yang ada masing-masing menciptakan satu karya.

"Karya-karya itu kalau terjual ada yang seratus persen dihibahkan ke korban bencana, ada yang 50 persen. Jadi kita sekalian bikin penggalangan dana," jelasnya.

Selain pameran akan digelar diskusi yang menghadirkan bakal calon walikota Bandung dan pejabat yang terkait dengan kebijakan kota.

"Kita akan menggelar diskusi pada Sabtu (28/4) dengan mendatangkan tiga calon walikota dan calon wakil walikota," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya