Kronologi Pemukulan Pelari oleh Warga di Kawasan Santri Mlangi

Kurangnya informasi yang diberikan pihak panitia dan universitas kepada warga dan peserta menjadi pemicu peristiwa itu.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Mei 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2018, 14:00 WIB
20160303-Ilustrasi lari-iStockphoto
Ilustrasi lari (iStockphoto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pengurus Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Muhammad Mustafid menyayangkan polemik yang terjadi saat ajang lari 5K UNISA Running 2018 dengan tema Let's Run with Physiotherapy Be Better & Healthy dalam rangkaian Milad ke-27 Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta pada Selasa, 1 Mei 2018 lalu.

Polemik ini terjadi ketika beredar video seorang kakek memukul pelari perempuan yang berpakaian minim diikuti dengan pemukulan pelari laki-laki yang merupakan rekan pelari perempuan itu.

Menurut putra dari Ketua Takmir Masjid Pathok Negoro Mlangi ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai latar belakang masalah itu. Gus Mustafied, sapaan akrab Muhammad Mustafid, mengatakan kurangnya informasi yang diberikan pihak panitia dan universitas kepada warga dan peserta menjadi pemicu peristiwa itu.

Gus Mustafied menjelaskan kronologi kejadian itu. Ketidaktahuan peserta terhadap rute yang akan dilewati menyebabkan peserta lari yang menggunakan pakaian minim tetap menerobos Mlangi menuju Unisa. Padahal, ketika akan masuk Mlangi, ada warga yang sudah mengingatkan untuk mengambil rute lain.

"Sebelum masuk Mlangi lewat sebelah utara itu, sudah diingatkan oleh anggota masyarakat agar para perempuan yang bercelana pendek ketat tidak lewat Mlangi. Sebagian ambil rute lain, sebagian nekat tetap lewat," kata Gus Mustafied dari keterangannya kepada wartawan.

Setelah itu, salah seorang pelari perempuan bertemu dengan lelaki sepuh. Saat itu, dia diingatkan kakek tersebut. Namun, peringatan tersebut tidak digubris.

"Ketika lewat daerah Mlangi tidak terjadi apa apa. Ketika diingatkan kedua kalinya oleh orang tua tadi, malah semacam nantang nantang dengan tidak sopan. Nah, beberapa anak muda yang ada tidak jauh dari lokasi mendatangi TKP, akhirnya emosi, karena dari jauh terlihat seperti membentak bentuk," jelasnya.

 

Kurang Sosialisasi Panitia

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Gus Mustafied menyebutkan adanya kekhilafan panitia tidak memberikan sosialisasi memadai kepada masyarakat tentang adanya rute maraton yang melewati jalan kampung itu.

"Pihak panitia dan universitas pasti tahu Mlangi, kampung pesantren yang memiliki norma-norma kearifan lokal, yang mestinya dihargai," dia menegaskan.

Dia menambahkan, pihak panitian memberitahukan acara tersebut pada Senin, 30 April 2018 pukul 14.00 WIB kepada Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dukuh Mlangi yang tinggalnya di Blendangan. Sang Plt Kepala pun tidak mengira peserta lari akan menggunakan atribut yang tidak pantas mengingat pihak penyelenggara merupakan universitas Islam.

Untuk itu, lanjut Gus Mustafied, pihak panitia dan universitas harus melakukan klarifikasi kepada warga Mlangi dan peserta agar tidak ada lagi kesalahpahaman, termasuk untuk warganet yang terlanjur berkomentar menyudutkan warga Mlangi.

"Saya sudah ketemu langsung dengan pemuda-pemuda yang di TKP, dan mereka siap minta maaf jika dianggap berlebihan karena emosi saat itu. Namun, panitia mestinya juga minta maaf. Sebab saat ini masyarakat Mlangi merasa disudutkan oleh pemberitaan yang tidak cover both side, dan komen-komen netizen, yang cenderung mem-bully," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya