Libur Lebaran Penuh Tantangan di Lembah Ngingrong Gunungkidul

Lembah Ngingrong yang dulunya dikenal angker kini menjadi destinasi wisata minat khusus di Gunungkidul.

diperbarui 15 Jun 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2018, 06:00 WIB
Lembah Ngingrong
Permainan flayingfox diatas lembah. (Foto : Agus Waluyo)

Yogyakarta - Ngingrong yang terlatak di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari merupakan salah satu geosite dari 16 geosite Gunungsewu Geopark Network di Gunungkidul. Lembah Ngingrong yang dulunya dikenal angker kini menjadi destinasi wisata minat khusus di Gunungkidul. Lembah yang luasnya sekitar 10 hektare dengan kedalaman 80 meter itu terletak di pinggir jalan raya antara Mulo-Tepus menjadi daya tarik wisatwan dari dalam dan luar negeri.

"Sejak Dinas Pariwisata Gunungkidul membangun Taman Batu atau Taman Geopark di sebelah barat Lembah Ngingrong, Pemerintah Desa Mulo bersama masyarakat  sejak 2016 silam menjadikan Lembah Ngingrong menjadi destinasi wisata yang dikelola oleh Desa Wisata Mulo," kata Ketua Pokdarwis Suwarno kepada KRJOGJA.com. Desa Wisata Mulo atau Lembah Ngingrong kini dilengkapi berbagai fasilitas di antaranya flyingfox di atas lembah Ngingrong sepanjang 135 meter dengan ketinggian 78 sampai 80 meter. Juga disediakan holling bagi wisatawan yang ingin turun dengan menggunakan tali sampai di dasar lembah dan susur gua.

Berbagai fasilitas yang disediakan oleh pengelola desa wisata tentu saja dipandu oleh para pemandu yang sudah profesional dan sudah bersertifikasi. Goa yang ada di Lembah Ngingrong ini memiliki keunikan, selain terdapat tiga step juga di dalam goa terdapat sungai bawah tanah yang airnya cukup jernih.

Pokdarwis Desa Wisata Mulo sejak 28 Januari 2018 lalu, melengkapi keragaman destinasi wisata dengan dibukanya pasar wisata kuliner yang buka setiap Sabu dan Minggu. Pasar wisata kuliner yang digagas pokdarwis ini juga terus mengalami perkembangan terutama jumlah pengunjung terus berdatangan.

"Pada awal berdiri baru ada beberapa pedagang sekitar yang menjajakan makanan tradisional, tetapi karena antusias warga terus meningkat maka jumlah pedagang terus bertambah. Hingga saat ini ada 35 pedagang tetap, belum termasuk pendatang dari luar daerah," tambahnya.

Pasar wisata kuliner ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar agar perekonomiannya meningkat. Masyarakat yang semula hanya bertani didorong untuk memproduksi makanan tradisional khas dan dipasarkan di pasar wisata.

Berbagai jenis makanan tradisional yang sementara waktu sudah hampir terlupakan dapat ditemui di sini seperti botok, sambel tawon, makanan dari ketela, pecel, nasi gudeg, gudangan, nasi thiwul dan gathot. Ada pula makanan dari ketan, glinding dara atau ayam dan aneka makanan tradisional lainnya termasuk umbi-umbian.

Ditambahkannya Lembah Ngingrong ini merupakan tanah milik kehutanan, namun antara Pemerintah Desa Mulo dengan Dinas Kehutanan DIY sudah ada kerjasama dan kesepakatan untuk pegembangan pariwisata. Bahkan dalam waktu dekat Dinas Kehutanan akan membangun pagar keliling lembah demi keamanan para pengunjung.

Di samping itu Dinas Pariwisata DIY juga akan membangun semacam pasar kaki langit untuk melengkapi pasarkuliner. Taman batu yang ada akan semakin dilengkapi sehingga menjadi museum batu atau Geo Park, yang bisa menjadi wisata edukasi dan penelitian.

Desa Wisata Ngingrong ini mudah dijangkau dari Kota Wonosari hanya berjarak 3 kilomter. Letaknya berada di pingir jalan menuju pantai selatan Gunungkidul sehingga siapapun yang melewati jalan ini akan dengan mudah menemukannya.

Baca berita menarik lainnya dari KRJOGJA.com di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya