Liputan6.com, Bandung - Pembongkaran bangunan cagar budaya kembali terjadi. Tak tanggung-tanggung, kali ini bangunan yang terdampak merupakan karya Presiden pertama RI, Sukarno.
Salah satu karya Sukarno atau Bung Karno, yang jumlahnya semakin hari sudah semakin sedikit itu dibongkar oleh pemilik rumah di Jalan Gatot Subroto Nomor 54 atau yang terletak di sisi barat Jalan Malabar, Kota Bandung, Jawa Barat.
Pembongkaran dilakukan dengan dalih merenovasi. Namun, persoalannya bangunan tersebut adalah bagian dari cagar budaya Kota Bandung.
Advertisement
Baca Juga
Untuk diketahui, bangunan yang didirikan tahun 1935 ini sebenarnya kembar dengan bangunan lain yang dipisahkan oleh Jalan Malabar. Disebut kembar karena kedua bangunan kembar ini berfungsi sebagai gerbang kawasan dan sekaligus menunjukkan integrasi desain bangunan dengan lansekap ruang kota.
Pegiat sejarah Bandung, Ridwan Hutagalung, menyayangkan pembongkaran rumah karya Sukarno. Menurut dia, kehadiran bangunan cagar budaya adalah tolak ukur masyarakat mengapresiasi nilai-nilai sejarah sebuah kawasan.
"Nilai pentingnya bukan hanya pada bangunannya, tapi pada apreasiasi karya dari seorang tokoh masyarakat, yang kemudian menjadi tokoh politik dan akhirnya ambil peran penting dalam Kemerdekaan RI ini, bahkan menjadi presiden pertama RI," ucap Ridwan kepada Liputan6.com, Senin, 23 Juli 2018.
Jejak-jejak Bung Karno termasuk karyanya selama di Bandung, kata dia, perlu untuk dipelihara. Hal itu dilakukan agar masyarakat sekarang bisa belajar apa saja yang pernah dilewatkan dan dilakukan oleh Sukarno sebelum akhirnya dikenal sebagai Presiden RI. Bukan malah menutupi bagian dari jejak sang Proklamator.
"Walaupun saat ini informasi spesifik tentang karya-karya Sukarno belum banyak dikenal, tapi kalau jejaknya masih ada, kita masih bisa berharap banyak akan ada penelitian lebih lanjut nanti oleh generasi yang lebih baru," ujar Ridwan.
Ridwan mengatakan pula, tak menutup kemungkinan bila Sukarno punya banyak simbol lain dalam karyanya selain bentuk gada di atap rumah yang menandakan kekuatan, keteguhan, dan perlawanan.
Pena sejarah mencatat, Sukarno yang lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) atau yang sekarang dikenal dengan ITB, mendirikan sebuah biro arsitek pada tahun 1926 bersama rekannya, Ir Anwari, dan setelah itu mendirikan biro lainnya bersama Ir Rooseno.
Ada cukup banyak bangunan yang pernah dirancang dan dibangun oleh biro arsitek ini di Kota Kembang, tapi perlahan-lahan berkurang.
"Dalam catatan saya dari 2014 tinggal 15 bangunan saja karya Sukarno yang masih dapat dilihat di Bandung," ucapnya.
Beberapa karya Sukarno di Bandung di antaranya, Penjara Sukamiskin, Hotel Preanger, Rumah Dinas Wali Kota, toko, dan sejumlah rumah.
Simak video pilihan berikut ini: