Liputan6.com, Bandung - Kehilangan kaki tak membuat Indra Sumedi berputus asa dalam menjalani hidup. Indra justru kini menjadi orang yang penting dalam membantu sesama difabel sebagai tukang pembuat kaki palsu. Inilah kisahnya.
Sepetak bangunan di Jalan Kawaluyaan Baru I RT 08/13, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, tampak biasa-biasa saja. Bangunan bercat putih itu mulai kusam diterpa hujan dan panas.
Seorang pria berjalan mengesot keluar dari dalam kamar berukuran 2 x 3 meter. Inilah bengkel yang dinamai Kelompok Kreativitas Difabel Kota Bandung.
Advertisement
"Maaf, tempatnya kecil banget," kata Indra Sumedi kepada Liputan6.com, Senin 20 Agustus 2018.
Baca Juga
Meski berukuran kecil, bengkel itu tetap semarak dengan kemerdekaan. Terdapat umbul-umbul merah putih di jalan masuk bengkel. Kondisinya sebenarnya memprihatinkan karena meski bernama bengkel, hanya berukuran kamar. Indra dan kawan-kawannya memanfaatkan halaman depan untuk memproduksi protesa.
Pria asli Bandung, 23 Juni 1973 lalu mengajak melihat masa lalunya. Jauh sebelum keterbatasan fisik menghinggapinya, pada suatu malam pada 1998, Indra sedang menumpangi kereta api.
"Saat itu saya mau menuju Cibatu Garut dari Bandung. Dulu kan keretanya padat banget, dan saya terjatuh dari kereta," tutur Indra.
Indra mengenang tragedi yang menimpa dirinya ketika dibawa ke puskesmas terdekat. Jatuh dari kereta, ia nyaris kehilangan nyawa.
"Waktu itu kehilangan darah banyak sekali. Kemudian, saya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat operasi," ucap dia.
Nyawa Indra tertolong. Di rumah sakit ia menjalani operasi tiga kali. Yang paling menyakitkan, ia harus menerima sebuah kenyataan bahwa kedua kakinya harus diamputasi. Artinya, ia harus menggunakan kaki palsu.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Simak video menarik berikut di bawah:
Tak Sanggup Beli Kaki Palsu
Rasa percaya diri seketika lenyap pasca-kecelakaan. Mentalnya kian terpuruk karena selain terbatas secara fisik, alat bantu pun sangat mahal kala itu.
Menghela nafas dengan berat, Indra mengambil sebatang rokok. Menyalakannya lalu menghisap dalam-dalam tembakau berfilter yang menempel di ujung bibir ayah tiga anak ini. Ia melanjutkan ceritanya.
"Rumah sakit menyarankan waktu itu pakai kaki palsu. Tapi harganya Rp 24 juta, saya tidak mampu. Untuk biaya operasi saja sudah pinjam sana-sini," tuturnya.
Ia kemudian terpikir menciptakan sendiri alat bantu berjalan. Kaki palsu buatannya waktu itu hanya terbuat dari pipa PVC.
"Saya bikin sendiri bahannya ambil dari tetangga, saya kumpulin. Tapi setelah jadi kaya kaki buatan, saya belum berani keluar rumah pakai pipa itu," ujar Indra.
Selain bentuk pipa yang kurang nyaman dipandang, bobot pipa juga cukup berat. Pergaulan dan aktivitasnya makin terbatas. Tapi, ia mulai mengakrabi lingkungan barunya, yaitu berteman dengan kaum difabel lainnya.
"Saya bertemu dengan Anwar Permana di GOR Pajajaran sekitar 2009. Anwar mengajak saya untuk bikin kaki palsu," ungkapnya.
Sejak itulah, Indra dan Anwar mulai memproduksi protesa kaki. Anwar sendiri saat ini menjadi Ketua KKD, sedangkan Indra sebagai kepala produksinya.
Advertisement
Lebih Murah
Hasil inovasi keduanya untuk membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik, awalnya menggunakan barang-barang bekas.
"Ini kaki palsunya pakai bekas shockbreaker motor," kata Indra sambil menunjukkan salah satu karya yang menjadi contoh di KKD.
Kaki palsu dengan bobot 2,5 kilogram itu tampak unik. Di bagian penopang paha menggunakan bahan pipa paralon yang dibalut dengan kain. Sementara, bagian bawahnya terdapat shockbreaker yang sudah dimodifikasi. Namun, benda itu memiliki mekanik yang membuat penggunanya bisa berjalan seperti normal kembali.
"Kaki palsu ini untuk yang sudah dewasa. Cara menggunakannya harus hati-hati karena ini untuk yang levelnya sudah mahir," ungkapnya.
Disinggung soal harga, kaki-kaki palsu di KKD sangat terjangkau bagi masyarakat dengan status ekonomi menengah ke bawah. Paling murah Rp 500 ribu dan paling mahal Rp 5 juta.
Bentuk dan bahan kaki palsu KKD juga sudah tidak seperti yang dulu. Kini sudah ada yang berbahan busa, silikon, alumunium, besi, hingga stainless. Dengan karakter material yang ada, bobot kaki palsu jadi lebih ringan tapi tetap kokoh.
Meski membuat kaki dan tangan palsu untuk membantu sesama difabel dengan menjual protesa, Indra dan kawan-kawannya hasil menyisihkan keuntungan untuk para difabel tak mampu. Bekerja sebagai pembuat kaki palsu, Indra merasa usaha bersama ini bukan semata mencari keuntungan.
"Yang tidak mampu kita gratiskan. Kita datangi sampai ke rumah. Jadi KKD bukan komersil, ada misi sosialnya. Orang yang bayarnya pakai dua ekor ayam juga kita terima saja," kata Indra.
Tempat Konsultasi
Indra bercerita bahwa ia baru saja menerima kedatangan Agus, seorang bapak asal Cianjur. Kehadiran Agus di bengkel KKD untuk berkonsultasi tangan palsu.
"Anaknya Pak Agus baru lima tahun. Dia menangis kepada bapaknya karena tidak punya tangan sejak lahir," kata Indra.
Indra pun menyarankan agar putra Agus untuk diberi tangan palsu berbahan spons atau busa. Kalau sudah dewasa bisa dibuatkan yang berbahan silikon.
Indra dan rekan-rekannya di KKD memang terbiasa membantu difabel untuk menghilangkan rasa minder yang dialami mereka karena cacat sejak lahir maupun kecelakaan. Di sini pun, ia bersama lima pegawainya ikut memberikan motivasi pada difabel lain.
"Kalau saya tidak mengalami kecelakaan dan diamputasi, pasti saya tidak di posisi ini. Tapi semuanya serba disyukuri, ada yang bisa kita bantu ya dibantu," kata Indra.
Advertisement