Mengenal Zulkarnain, Fotografer Difabel Pembawa Obor Asian Games di Banyuwangi

Zulkarnain sempat berlari kecil tanpa menggunakan kursi roda saat membawa obor Asian Games 2018 seberat 2 kilogram.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Jul 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2018, 12:00 WIB
Mengenal Zulkarnain, Fotografer Difabel Pembawa Obor Asian Games di Banyuwangi
Zulkarnain sempat berlari kecil tanpa menggunakan kursi roda saat membawa obor Asian Games 2018 seberat 2 kilogram. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Kirab obor Asian Games melintas di Banyuwangi pada Ahad, 22 Juli 2018, terasa spesial. Di tengah kalangan atlet atau tokoh masyarakat yang ikut mengarak, terdapat seorang penyandang disabilitas berprestasi yang ikut serta membawa obor api abadi tersebut.

Penyandang disabilitas tersebut bernama Achmad Zulkarnain. Ia mendapat kehormatan untuk membawa obor yang menjadi lambang momen olahraga paling akbar di Asia itu. Obor tersebut diserahkan langsung oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada Zulkarnain di depan Stadion Diponegoro, Banyuwangi.

Walaupun kondisi kaki dan tangan Zul–demikian sapaan karib lelaki berusia 25 tahun itu– tidak sempurna, ia tak kesulitan membawa obor yang beratnya mencapai 2 kilogram tersebut.

Zul menempuh rute sepanjang 500 meter dari depan stadion hingga sisi selatan dari Simpang lima Banyuwangi. Pada 100 meter pertama, ia terlihat berlari kecil dengan diiringi Bupati Anas dan forum pimpinan daerah yang kompak hadir khusus untuk kirab obor Asian Games.

Kemudian, untuk mempermudah perjalanan di tengah jubelan penonton yang memadati sepanjang perjalanan, Zul harus menggunakan kursi roda sembari menenteng obor tersebut. Bupati Anas dan tokoh masyarakat yang lain bergantian mendorongnya.

"Alhamdulillah, senang banget rasanya. Bisa mewakili Banyuwangi pada event sebesar ini," ungkap Zulkarnain usai menjalankan tugasnya.

Ia mengaku mempersiapkan diri secara khusus untuk menjalankan tugas ini. Selain menggunakan celana cukup tebal untuk melindungi kakinya dari gesekan aspal, ia juga melatih membawa obor.

"Latihannya bawa botol air mineral yang besar dan lari-lari kecil di rumah," katanya.

Sedangkan untuk bobot obor sendiri, tak menjadi masalah baginya. "Sepertinya masih beratan kamera saya," ujarnya sembari menunjuk kamera DSLR dengan lensa 70-200.

Tak hanya kebanggaan yang memenuhi perasaan Zulkarnain. Sebagai penyandang disabilitas, ada makna besar yang diharapkannya.

"Bagi saya ini adalah sebuah demo, menunjukkan kemampuan seorang difabel. Bagi saya ini bisa meminimalisasi pandangan aneh dari masyarakat kepada difabel. Inilah misi penting yang harus saya tampilkan pada kesempatan ini," ucapnya.

 

 

Alasan Keterpilihan Zulkarnain

Pawai obor Asian Games
Cucu pendiri Aqua ikut Pawai Obor Asian Games di Yogyakarta

Terpilihnya Zulkarnain bukan sekadar memilih penyandang disabilitas. Namun, ada semangat besar yang ingin ditampilkan dari sosok pria asal Desa Benelan Kidul, Kecamatan Kabat, Banyuwangi itu. Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi.

Zulkarnain tersohor sebagai seorang fotografer profesional. Ia telah meraih banyak prestasi dari keahliannya memotret tersebut. Di antara prestasinya adalah meraih The Best Photo Nice Shoot, Anugerah Gantari Award Metro TV, dan Motivator Hellen Keller, Surabaya.

"Kegigihan Zulkarnain dengan segala keterbatasannya mampu mengukir prestasi yang luar biasa. Ini pelajaran penting bagi kita, bahwa dengan semangat yang pantang menyerah, apa pun kendala dan hambatannya bisa kita hadapi," tutur Bupati Anas.

Sebagaimana yang Zulkarnain ceritakan, untuk bisa menjadi seorang fotografer profesional sebagaimana saat ini, bukanlah hal yang mudah. Ia harus melawan stigma dan pandangan merendahkan dari orang lain.

"Saya kenal fotografi ini sekitar empat tahun yang lalu. Awalnya saya hanya tukang foto KTP di sebuah warnet (warung internet)," kata Zulkarnain.

Yang awalnya hanya memfoto untuk kebutuhan KTP yang hanya berupa pas foto ukuran 3x4 itu, bakat Zul pada dunia pemotretan mulai terasah. Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi itu lambat laun mulai mengumpulkan uang untuk membeli kamera sendiri. Dari sanalah, ia mulai belajar untuk menjadi fotografer profesional.

"Awalnya belajar kepada teman-teman, kemudian saya juga dapat kesempatan untuk belajar ke Darwis Triadi School of Photography," ujarnya.

Zulkarnain tidak hanya menggeluti fotografi. Ia juga pernah menekuni bidang lainnya. Tercatat, ia pernah menjadi musisi di grup kasidah al-Mumtaz. Ia juga pernah belajar skateboard, mengendarai sepeda motor khusus, dan banyak hal lainnya.

"Saya ingin keterbatasan ini tak membuat orang lain memandang remeh," ucapnya tegas.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya