Bentrok Warga di Kupang, Warga Mengungsi ke Gereja

Ratusan warga Desa Tanah Merah dan warga Desa Oebelo kecil di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur mengungsi akibat konflik yang terjadi sejak Kamis (23/8/2018).

oleh Amar Ola Keda diperbarui 29 Agu 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2018, 13:00 WIB
Bentrok Berdarah
Ratusan warga Desa Oebelo yang dihuni mayoritas warga Eks Timor-Timur saat melakukan penyerangan (Liputan6.com/Ola Keda

Liputan6.com, Kupang- Ratusan warga Desa Tanah Merah dan warga Desa Oebelo kecil di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungsi akibat konflik yang terjadi sejak Kamis 23 Agustus 2018. 

Ketua Majelis Jemaat GMIT Emaus Oebelo, Pendeta Regina Bule Logo Duri mengatakan, lebih dari 200 orang yang didominasi kaum perempuan dan anak-anak mengungsi di Gereja Oebelo sejak konflik pada Jumat 24 Agustus 2018 malam.

"Terutama anak-anak dan kaum perempuan terpaksa mengungsi ke gereja untuk menyelamatkan diri dari konflik antara warga Desa Oebelo dengan Tanah Merah," kata Regina kepada Liputan6.com.

Menurut dia, warga yang mengungsi masih mengalami trauma untuk kembali ke rumahnya sehingga masih bertahan di tempat pengungsian.

"Ada warga yang memilih pulang ke rumah untuk makan, mandi serta berganti pakaian, sesudah itu kembali berkumpul bersama warga lainnya di gereja tersebut," ujarnya.

Dia mengaku telah menghubungi pihak Majelis Klasis Kupang Tengah, dan Sinode GMIT, serta pemerintahan setempat untuk merespon dan memfokuskan perhatian bagi warga Desa Tanah Merah dan Oebelo yang menjadi korban secara mental dan trauma akibat konflik.

Ia juga meminta aparat keamanan TNI-Polri terus berjaga dan selalu meningkatkan kewaspadaan di sekitar lokasi bentrok serta mengantisipasi terjadinya bentrok susulan.

"Kami harap pemerintah daerah juga menyiapkan kebutuhan dapur umum untuk ketersediaan pangan yang cukup dan fasilitas obat-obatan, serta MCK bagi para warga yang berada di lokasi pengungsian," katanya.

Seorang warga Tanah Merah, Space Pah mengaku warga mengungsi sejak pecah konflik pada Kamis, 23 Agustus 2018. Dia mengatakan warga ketakutan dan trauma karena takut ada serangan susualan. 

"Sampai saat ini, Ibu-ibu dan anak-anak serta lansia masih mengungsi di gereja," kata Mirace.

Dia berharap aparat keamanan segera mengendalikan situasi yang saat ini masih mencekam agar konflik antarwarga segera redah sehingga bisa kembali ke rumah masing-masing.

Konflik antarwarga Desa Oebelo dan Tanah Merah terjadi pada Kamis (23/8). Konflik tersebut mengakibatkan dua warga tewas dan sebagian luka-luka. 

 

 

Sekolah Diliburkan

Bentrok Berdarah
Ratusan warga Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang mengungsi di sebuah gereja (Liputan6.com/Ola Keda)

Pasca-bentrokan, aktivitas warga kedua desa lumpuh termasuk aktivitas sekolah. 

Sejumlah sekolah seperti SD GMIT Oebelo, SMPN 1 Kupang Tengah, serta SMAN 1 Kupang Tengah meliburkan siswanya.  

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Kupang Tengah, Abdul Latif mengatakan sebagian besar orang tua siswa meminta agar anaknya dipulangkan lebih awal dari jam belajar.Hal itu demi mempertimbangkan keamanan dan keselamatan anak-anak sekolah.

"Banyak orangtua murid yang datang ke sekolah untuk meminta jaminan keamanan terhadap keberadaan anak-anaknya di sekolah, sehingga kami telah berkoordinasi dengan pimpinan untuk memulangkan para murid lebih awal dari biasanya sebelum pukul 12.00 wita," ungkap Latif.

Dia berharap agar situasi segera kondusif sehingga anak-anak dapat kembali bersekolah tanpa ada rasa takut. 

 Mengatasi bentrok berdarah itu, Penjabat Gubernur NTT, Robert Simbolon menggelar rapat bersama Forkompinda, Minggu (26/8/2018). 

Karo Humas Pemprov NTT, Samuel Pakereng mengatakan, hasil rapat itu disepakati beberapa hal sebagai langkah penyelesaian konflik antar dua desa tersebut. 

Dia mengatakan, Pemprov NTT segera membentuk tim untuk menyelesaikan masalah-masalah yang selama ini belum terselesaikan, khususnya menyangkut tuntutan warga Eks Timor-Timur, seperti sertifikasi lahan/tanah dan rumah.

"Kalau soal masalah sertifikasi lahan akan dikoordinasikan oleh Asisten 1 Sekdaprov NTT," kata Samuel. 

Selain itu, kata Samuel, Pemprov NTT mendorong dilakukannya rekonsiliasi dua kelompok warga yang bertikai dengan menyiapkan acara perdamaian dan deklarasi hidup berdampingan secara damai. 

"Ada juga semacam uang duka bagi keluarga korban meninggal dan bantuan uang pengobatan bagi keluarga korban luka-luka," imbuh Samuel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya