Mendadak Kabut Tebal di Gunung Sumbing, Helikopter Pemadam Kebakaran Balik Kanan

Kabut tebal menyelimuti Gunung Sumbing. Pandangan pilot pun terbatas. Operasi water bombing dihentikan sementara.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 19 Sep 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 13:00 WIB
Pantauan visual di Gunung Sumbing, Selasa siang sekitar pukul 13.30 WIB. (Liputan6.com/BPBD Temanggung/Muhamad Ridlo)
Pantauan visual di Gunung Sumbing, Selasa siang sekitar pukul 13.30 WIB. (Liputan6.com/BPBD Temanggung/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Temanggung - Setelah delapan hari, kobaran api di lahan-lahan Gunung Sindoro akhirnya berhasil dijinakkan, Minggu, 16 September 2018. Sebaliknya, titik api masih terdeteksi di Gunung Sumbing, usai sembilan hari sejak pertama kali terpantau.

Selasa, 18 September 2018, kepulan asap masih terdeteksi dari sejumlah posko pemantauan. Relawan pun masih berjibaku menyisir dan memadamkan api.

Helikopter Kamov, pembawa bom air, hilir mudik dari Telaga Menjer, Wonosobo. Ada kalanya, heli ini mengambil air dari Waduk Wadas Lintang, Kebumen.

Sejak Selasa pagi, 18 September 2018, helikopter telah melakukan empat kali pemadaman (water bombing). Titik api yang mula-mula masih terdeteksi di lima titik perlahan turun menjadi empat, tiga, dan akhirnya tinggal dua titik.

Mendekati waktu salat Zuhur, pada pukul 11.45 WIB, kru helikopter beristrirahat. Mereka akan kembali beroperasi pada pukul 13.00 WIB.

Jika berjalan sesuai rencana, ada kemungkinan seluruh titik api berhasil dipadamkan. Operasi pemadaman pun tinggal menunggu laporan petugas gabungan yang menyisir lereng Gunung Sumbing.

Mendadak, cuaca berubah. Kabut tebal menyelimuti Gunung Sumbing. Pandangan pilot pun terbatas. Dengan berbagai pertimbangan, operasi water bombing pun dihentikan.

"Jam 1 siang akan kita operasikan lagi ternyata berkabut, sehingga untuk water bombing tidak bisa dilakukan, dan helikopter kembali ke Semarang," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Harian BPBD Temanggung, Gito Walngadi saat dihubungi Liputan6.com, Selasa siang.

Tak hanya di Gunung Sumbing, kabut ini juga bergelayut di sumber air di Telaga Menjer, Wonosobo dan Waduk Wadas Lintang, Kebumen. Kedua sumber air ini gelap dan berbahaya untuk penerbangan.

Penyisiran Titik Api Jalur Darat

Panorama Gunung Sindoro dan Sumbing dilihat dari Gunung Prau. (Liputan6.com/Misyadi untuk Muhamad Ridlo)
Panorama Gunung Sindoro dan Sumbing dilihat dari Gunung Prau. (Liputan6.com/Misyadi untuk Muhamad Ridlo)

Oleh sebab itu, helikopter berhenti beroprasi dan water bombing akan dilanjutkan Rabu sembari menunggu perkembangan terakhir.

Namun begitu, Gito mengklaim operasi pemadaman yang dilakukan hari ini menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan. Lima titik api yang terdetekasi pada Senin lalu kini sudah berkurang menjadi dua titik. Kedua titik ini berada di petak 27 KPH Temanggung.

"Sama dengan yang kemarin. Hanya berkurang tinggal dua," dia mengklaim.

Meski operasi pemadaman dengan helikopter dihentikan, namun petugas gabungan dari unsur BPBD, TNI, Polri, relawan dan masyarakat masih menyisir lokasi kebakaran. Hal ini dilakukan untuk memastikan tak ada lagi titik api yang tak bisa dipantau secara visual dari udara.

"Kalau ada titik api, meski pun kecil, harus dipadamkan," jelasnya.

Gito menambahkan, saat ini yang beroperasi di Gunung Sumbing tinggal helikopter Kamov. Adapun heli Bolco yang Senin lalu bertugas sebagai pemantau telah kembali ke markas BNPB, seiring menunurunnya jumlah titik api.

Keprihatinan atas terbakarnya Gunung Sindoro-Sumbing pun memantik berbagai komunitas untuk urun tenaga. Salah satunya, komunitas Gunung Prau. Sejumlah pengelola Basecamp Petakbanteng turut menjadi relawan yang menyisir titik api Gunung Sumbing.

Mempertimbangkan jumlah personel yang terbatas, secara bergilir mereka diberangkatkan. Saat ada personel diberangkatkan ke Sumbing, yang lain tetap tinggal untuk menjaga kawasan Gunung Prau.

Pasalnya, Gunung Prau pun menghadapi risiko serupa. Apalagi, saat ini adalah puncak kemarau di mana titik api sekecil apa pun bisa begitu berbahaya dan cepat menyebar.

"Kita bergantian, karena juga harus menjaga Gunung Prau juga," pengelola Basecamp Petakbanteng, Misyadi menegaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya