Upaya Warga Kota Malang Melestarikan Tradisi Nusantara

Lukisan ini mengenalkan tradisi nusantara dan makna filosofinya yang masih sesuai sampai hari ini. Para pemuda tak boleh lupa dengan budaya bangsa ini.

oleh Zainul Arifin diperbarui 28 Okt 2018, 16:02 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2018, 16:02 WIB
Kampung Wayang, Cara Warga Kota Malang Melestarikan Tradisi Nusantara
Lukisan karakter wayang di tembok rumah warga di Jalan Kepala Sawit Kota Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Melukiskan 50 karakter wayang di tembok – tembok rumah warga Jalan Kepala Sawit, RT 5 RW 3, Kelurahang Pisang Candi, Kota Malang, Jawa Timur. Tema kampung wayang diambil warga untuk memperindah, sekaligus melestarikan tradisi.

Di salah satu kampung padat penduduk di Kota Malang ini, karakter wayang dari Mahabharata itu dilukis beraneka warna. Tekstur di tiap garis lukisan terasa menonjol jika diraba. Di setiap lukisan dilengkapi dengan tulisan nama–nama karakter wayang.

Secara filosofis, tiap karakter itu juga dianggap cocok menggambarkan aktivitas warga kampung. Para ibu – ibu yang aktif di PKK misalnya, diibaratkan seperti Srikandi. Karakter Abimanyu sang putra Arjuna juga cocok disematkan ke para pemuda yang aktif di karang taruna.

"Jadi lukisan ini mengenalkan tradisi nusantara dan makna filosofinya yang masih sesuai sampai hari ini. Para pemuda tak boleh lupa dengan budaya bangsa ini," kata Sumanto di Malang, Sabtu, 27 Oktober 2018.

Warga mulai melukis kampung mereka dengan tokoh – tokoh pewayangan itu pada ramadan lalu secara gotong royong. Melukiskan sebuah karakter wayang butuh 2 – 3 hari hingga sempurna. Pembuatan sketsa dikerjakan seorang diri oleh Saiman, salah seorang warga setempat.

Tahap awal, Saiman membuat sketsa. Berikutnya, ada yang bertugas menebalkan garis rancangan gambar itu dengan adonan lem dan semen. Terakhir, cat minyak aneka warna menyempurnakan lukisan.

"Saya mengawasi proses penebalan agar tak melenceng dari polanya. Ini memang perlu kehati-hatian," ucap Saiman sang pembuat sketsa.

Umumnya wayang dominan berwarna kuning keemasan, cokelat, hitam dan merah. Tapi di kampung memilih di luar pakem itu. Menggunakan aneka warna, alhasil karakter wayang di kampung yang masuk Kecamatan Sukun, Kota Malang ini tampak lebih cerah.

"Agar tampak lebih ceria dan menyenangkan dilihat terutama oleh anak – anak," ujar Saiman.

Menata Kampung

Kampung Wayang, Cara Warga Kota Malang Melestarikan Tradisi Nusantara
Tempa wayang dipilih warga untuk mempercantik kampung sekaligus melestarikan tradisi (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Di kampung ini ada sebuah rumah milik salah satu warga yang difungsikan sebagai sanggar seni. Di sanggar ini para pemuda diajak belajar bareng membuat kaligrafi dengan pola wayang. Serta kerajinan tangan lainnya berbahan limbah serabut kelapa. Termasuk juga belajar komposting.

"Kami ingin mengubah kampung ini agar lebih baik. Lewat lukisan ini jadi satu cara pertama," kata Feri salah seorang warga.

Feri yang juga perajin bahan serabut kelapa ini ingin mengajak para pemuda dan warga untuk belajar bersama di sanggar seni. Selain memperindah kampung, tak menutup kemungkinan ada dampak ekonomi juga yang bisa didapat warga.

"Seperti membuat seni kaligrafi itu kan juga bisa jadi penghasilan tambahan untuk warga. Semua belajar secara otodidak," kata Feri.

Sehingga para anak muda tetap mengenal budaya pewayangan serta ikut terlibat dalam berkesenian. Tapi memang butuh proses agar semua warga bisa terlibat bersama menata kampung. Setidaknya, satu tahap telah dimulai dan direspon positif.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya