Upaya Pemulihan Korban Gempa Lombok Ala Unsoed

Kegiatan produktif harian pertanian membuat masyarakat cepat melupakan luka mendalam akibat gempa Lombok

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 31 Mar 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2019, 07:00 WIB
Unsoed Purwokerto menggelar program alih teknologi pertanian untuk korban gempa Lombok sebagai bagian strategi trauma healing atau pemulihan psikologi paskabencana. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)
Unsoed Purwokerto menggelar program alih teknologi pertanian untuk korban gempa Lombok sebagai bagian strategi trauma healing atau pemulihan psikologi paskabencana. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Salah satu fase terberat dalam penanganan paskabencana adalah pemulihan kondisi psikis korban bencana atau trauma healing. Mereka kehilangan harta benda, keluarga dan bahkan mata pencaharian.

Bencana meluluhlantakkan kampung sekaligus mental korban bencana. Karenanya, salah satu yang menjadi fokus penanganan paskabencana adalah kondisi psikologis warganya. Beragam upaya trauma healing dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembaga nirlaba. Namun, apa yang dilakukan oleh Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini nampaknya patut ditiru sebagai salah satu terbosan program pemulihan paskabencana.

Mereka berupaya memulihkan kondisi psikologis masyarakat korban gempa dengan kegiatan produktif. Masyarakat diajak untuk bangkit dari keterpurukan melalui alih teknologi pertanian.

Koordinator Sistem Informasi Unsoed, Alief Einstein mengemukakan, salah satu metode pemulihan paling efektif bagi korban bencana adalah kembali bergulirnya aktifitas sehari-hari masyarakat. Kegiatan produktif itu akan mempercepat penyembuhan trauma paskabencana.

"Bagi saudara-saudara kita yang terkena bencana, trauma healing yang efektif salah satunya adalah kembali berlangsungnya mata pencaharian masyarakat," ucap dia, Sabtu, 29 Maret 2019.

Kegiatan produktif itu perlahan akan memupus kekhawatiran korban bencana mengenai masa depan mereka akibat bencana. Kembalinya kegiatan produktif harian pertanian membuat masyarakat cepat melupakan luka mendalam akibat gempa Lombok.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Varietas Padi Andalan

Padi Inpago Unsoed 1 yang ditanam di tiga wilayah Lombok memasuki usia panen. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)
Padi Inpago Unsoed 1 yang ditanam di tiga wilayah Lombok memasuki usia panen. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)

Sekretaris Pusat Penelitian Padi dan Kedelai LPPM Unsoed, Dyah Susanti mengatakan dalam pemulihan paskabencana ini, Unsoed menyiapkan dua varietas unggul untuk alih teknologi. Dua varietas itu yakni, Inpago Unsoed 1 dan Inpari Unsoed 79 Agritan.

Inpago Unsoed 1 yang dirakit oleh Prof. Suwarto dan Prof. Totok Agung Dwi Haryanto ini ditanam di tiga lokasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai bagian dari program Unsoed Peduli Lombok. Adapun tiga lokasi tersebut adalah Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Barat.

Inpago Unsoed 1 dikenal sebagai varietas genjah, berpotensi poduksi tinggi dan adaptif. Harapannya, dengan menanam padi jenis ini, petani Lombok akan bertambah sejahtera. Apalagi, program ini dibarengi dengan teknik penananaman paling mutakhir.

Selanjutnya, varietas unggul padi Inpari Unsoed 79 Agritan yang juga dirakit oleh pemulia dari Fakultas Pertanian Unsoed yaitu Ir. Suprayogi dan Dr. Noor Farid, juga ditanam di Demfarm (demonstration farm) pada tiga lokasi wilayah Provinsi NTB tersebut. Dia yakin, dengan keunggulan yang dimiliki oleh varietas ini, pertanian Lombok kembali bangkit.

“Padi Inpari Unsoed 79 Agritan ini memiliki keunggulan berupa toleransi terhadap salinitas, sehingga sesuai ditanam di lahan pesisir pantai,” ucap Dyah.

Dalam program alih teknologi pertanian ini, tim Unsoed Peduli Lombok dan Lembaga Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unram

Selain program alih teknologi varietas unggul padi Unsoed untuk Lombok Bangkit, Unsoed juga membangun hunian sementara (Huntara) pada fase rehan-rekon, serta pemberian bantuan alat-alat pendidikan dan minat-bakat bagi generasi muda.

“Bantuan ini menyusul bantuan berupa tenda darurat untuk sekolah-sekolah, sembako, pakaian, serta alat ibadah yang telah disampaikan pada fase tanggap darurat,” Dyah menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya